Perlahan ku buka mataku, hal yang pertama kusadari bahwa sekarang ini aku sedang tidak berada di kamarku, lalu aku berada di kamar siapa dong?
"Sayang udah baikan atau kepalanya masih sakit?"ucap seseorang yang langsung kusadari bahwa itu suara tante riska.
"Mamah?"ucapku mencari.
"Mamah kamu lagi dalam perjalanan kesini sayang,"balas tante riska.
"Miih dasi aku di mana yah?"teriak seorang lelaki perlahan memasuki kamar yang sedang ku tempati ini.
"Raaaadit? Koq kamu ada di sini?"tanyaku bingung melihat ada radit di ruangan ini.
"Ini rumah gue"jawabnya dingin, baru semenit yang lalu aku melihatnya bersikap sebagai manusia normal sekarang sudah balik lagi jadi beruang kutub.
Setelah sekian lama aku baru tersadar, tadi radit memakai seragam itu berarti hari ini seharusnya aku juga sekolah tetapi sekarang aku masih asik tiduran disini, tidak sengaja mataku menatap jam dinding.
"Kyaaaaaa aku telaaaat hari ini jam pertama ada ulangan kimia, mampusss dah!"aku menghambur panik mencari kamar mandi.
"Samping kanan dari lemari"ucap radit memberi petunjuk. Langsung saja aku berlari ke kamar mandi, setelah sampai di dalam aku baru tersadar dengan sesuatu. Seragamku?
"Tante cari ariyana yah? Lagi mandi tante,"ku dengar radit sedang berbicara dengan mama, yeeay mama.
"Na... udah baikan sayang? Kamu yakin mau kesekolah hari ini? Ya sudah kalau emang mau ke sekolah ini seragam kamu mamah taruh di depan pintu yah"terdengar suara mama dari balik pintu.
Sekarang aku sudah siap berangkat sekolah ku hampiri mama untuk segera berpamitan.
"Udah sana langsung kedepan aja, radit udah nunggu dari tadi"ucap mama memerintahku.
"Iyaa na biar radit yang antar dan jemput kamu untuk hari ini"tambah tante riska.
"Ya sudah ana berangkat dulu mah tante, assalamualaikum"pamitku segera paa ibu dan mamahnya radit.
Kuturuti saja ucapan para ibu tadi bahkan mau membantah pun aku tidak bisa karena melihat tatapan ibuku. Setelah berpamitan langsung saja aku berlari keluar , dan benar saja dia sudah siap dengan motor CBR-nya,sejenak aku menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut dan satu kata untuknya kereen.
"Sudah puas ngeliatin gue?!, cepat naik"sindir radit.
"Idiih siapa yang liatin lo"sanggahku lalu segera naik di motornya.
Perjalanan menuju sekolah terasa lebih lama dibanding biasanya, membosankan.
Di tengah perjalanan mulai terasa sedikit demi sedikit butir air mengenai wajahku, kurentangkan tanganku untuk memeriksa. Dan benar saja butiran air hujan itu semakin banyak dan cukup membuat seragamku basah.
"Kyaaaa hujaaaan, radit kita neduh dulu aja"aku meneriaki radit yang dibalas dengan anggukan oleh radit. Tapi apa boleh dikata kami sudah terlanjur basah. radit menepikan motornya ke salah satu halte, kami berlindung dari derasnya hujan di halte itu hanya berdua.
"Huufft hujannya deres banget"aku mengulurkan tanganku merasakan rintikan hujan. Tiba-tiba radit meraih tanganku lalu digenggamnya.
"Ntar lo sakit, jangan seneng dulu ini gue lakuin karna nyokap nitip lo sma gue jadi sekarang lo tanggung jawab gue"ucap radit dingin.
"Idiiih pede abis! Halaah palingan ini alasan lo ajakan, huuu dasar modus"balasku dengan menatap tajam kematanya. Ia balas menatapku, awalnya tatapannya penuh kemarahan tapi perlahan entah bagaimana bisa tatapannya berubah seperti cowok-cowok dalam drama romance gitu. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke arahku, aku melotot sambil menahan nafas karenanya.
Tetapi selang beberapa saat, wajahnya kembali menjauh dengan menyunggingksn senyum mengejek."Dasar cowok aneh"ucapku setengah berbisik.
"Dan Gue pastiin suatu saat lo bakalan jatuh cinta sama cowok aneh, pegang kata-kata gue"ucapnya terkekeh sambil mengulurkan tangan kirinya untuk merasakan tetesan hujan. Aku ikut mengulurkan tangan kananku membiarkan butiran-butiran air jatuh di telapak tanganku "emang lo aja yang bisa nyumpahin gue okee gue pastiin juga suatu saat nanti lo bakalan jatuh cinta banget bahkan lo bakalan cinta mati ke cewek yang super duper aneh"balasku menatapnya.
"Gue pastiin kata-kata gue yang akan jadi kenyataan lihat saja nanti"ucap mereka pada waktu yang sama saling menatap dan seolah alam mendengarkan kata-kata kami, perlahan menetes butiran air hujan beriringan dalam waktu yang sama pula mengenai telapak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Teen FictionIni bukan cerita yang bergenre sad, yang bisa menguras air mata. Ini juga buka cerita remaja romanpicisan. Tokoh dalam novel ini juga tidak ada yang bernama rain, seperti kebanyakan novel yang berjudul rain. Ini adalah novel yang bercerita bagaimana...