AYAH KEMBALI (Tondo (1))

159 10 13
                                    

Senja telah datang. Senja yang kini menjemputku. Aku bersalah. Seharusnya aku yang menjemput senja. Kepulanganku kali ini pasti dinanti kegelisahan ibu.

Ibu, jangan risau

Tondo pulang

Benar saja. Ibu kini tentu berada di beranda rumah bersama kursi goyangnya. Menanti kepulangan Malin Kundang. Rasanya hati terkoyak perih hingga menjalar menghujam mata. Memaksa airnya keluar.

"Ibu, maaf Tondo pulang terlambat. Tapi ngga seharusnya ibu tunggu Tondo di luar, tanpa ibu tunggu di luar sampai maghrib begini pun Tondo pasti pulang. Lagi pula cuaca pergantian siang dan malam ngga baik" jelasku sembari berlutut mencium kedua tangan penuh keriput yang berpangku di atas kedua lututnya.

"Tidak ada pulang yang terlambat. Semua sudah diatur Tuhan, mendiang ayahmu juga pulang dengan tepat waktu bukan?"

Ibu...

Sepertinya merindukan ayah

"Ibu jenuh berada di dalam rumah. Dulu mendiang ayahmu pun gemar duduk di mari bersama secangkir kopi buatan ibu, teman sejati koran terkini. Patutlah ayahmu betah berlama-lama hingga senja, indah luar biasa rupanya" mata ibu basah, tetapi belum mengalir. Hanya basah.

"Tondo minta maaf, Bu. Harusnya Tondo pulang lebih awal biar ibu ga sendiri"

"Ahh, sudah besar rupanya jagoan ibu, pandai merayu. Siapa gerangan nama wanita yang sering muncul di ponselmu"

Tidak ada.

Aku yakin sebenarnya ibu tau bahwa aku tak pernah berbicara lebih dari 500 kata per hari kepada wanita.

Bukan sok cool. Hanya saja aku merasa cukup ibu wanita yang ada di dalam hatiku. Otakku. Tujuan hidupku.

"Kenapa diam? Belum ada?"

Aku hanya menggeleng disusul senyum paksa.

"Ndoo..ibumu ini sangat rindu sosok ayahmu. Ibu ingin melihat secara nyata sosok seorang kepala rumah tangga yang rasa tanggung jawabnya sebesar ayahmu. Menyaksikan pengorbanan berbentuk kasih sayang tulus seorang suami kepada istrinya. Dan ibu ingin melihat semua itu ada di diri kamu Ndoo.... Jagoan mendiang ayahmu"

Apa maksud ibu?

Aku baru semester ke-5 di jenjang SMA

"Mendiang ayahmu memiliki seorang sahabat yang kini sakit keras. Bukannya keluarga mereka berkeyakinan bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Ini mengenai putri semata wayangnya. Sahabat ayahmu sangat ingin menyaksikan pernikahan putrinya tersebut sebelum 'pulang' datang. Kenginginan yang sama dengan ibu bukan?"

Aku mengerti kemana arah pembicaraan ini

"Ibu ingin menjodohkan Tondo dengan putri dari sahabat almarhum ayah?"

"Sungguh Ndoo. Kini tiada kebahagiaan Ibu selain melihat ayahmu kembali. Dan tadi ibu sudah jelaskan bukan bagaimana ibu bisa merasa ayahmu kembali?"

Pernikahan dini tidaklah suatu hal yang benar. Namun setidaknya aku bisa mengembalikan kebahagiaan ibu. Lagipula aku sudah mapan berkat aset-aset perusahaan wasiat ayah yang hanya ditujukan padaku. Tidak sulit menikah lalu kita bisa pisah rumah sementara waktu sampai lulus kuliah atau setelah menggapai mimpi kami, tentunya kewajibanku membiayai hidup calon istriku kelak akan aku penuhi.

"Apapun untuk Ibu, Tondo bersedia"

STAND BY METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang