Aku tidak mengerti mengapa Almas tidak ada disini. Entah tidak datang atau dia marah. Yang jelas ini bukan Almas. Aku merasa ada yang ganjal. Firasat buruk.
Saat aku hendak pulang tiba-tiba ponselku bergetar. Ada pesan masuk. Dan pesan itu dari....
Almas's mom
Zii..udah selesai ngopinya? Tante ada perlu sama Almas
Deg
Ngopi? Sejak kapan aku dan Almas pergi ke kedai kopi?
Jantungku berdegub sangat laju. Rasanya seperti darah jantung muncrat membasahi seluruh organ dalam dada akibat tertusuk-tusuk rusuk. Sekedar memastikan keberadaan Almas, aku pergi ke rumahnya. Sebelumnya Almas punya agenda dengan ibundanya, tentu beliau yang tau pasti tentang keadaan ini.
Kurang lebih 30 menit aku sampai di rumah bergaya klasik milik keluarga Almas menggunakan taksi. Untungnya aku memakai sepatu kets, mudah untukku mengejar waktu. Mengorek keberadaan Almas.
"Assalamualaikum"
Tok tok tok
"Walaikummussalam, Hazifa..Almasnya mana?"
Tante, harusnya Hazifa yang tanya seperti itu
Lantas aku pun menceritakan kejadian yang pelik ini, dari aku mengulang pelajaran olah raga materi sepak bola yang membuatku terlambat 5 menit menemui Almas hingga menjelaskan fakta bahwa tempat kami janjian di kedai teh bukan kedai kopi. Bahkan Almas dan aku tidak tau ada atau tidaknya kedai kopi di daerah ini.
Raut wajah ibunda Almas berubah menjadi kekhawatiran. Matanya yang sayu akibat tertarik kulitnya yang tak kencang lagi berlinangan air mata. Secara spontan pun kecemasan beliau yang berujung air mata pun tertular padaku.
Apa yang sebenarnya terjadi?
"Tante menyembunyikan sesuatu dari Hazifa ya?"
"Bahkan Almas mulai melupakan kamu yah zi. Maafkan Almas"
Maksud tabte apaaa, Hazifa pengen nangis banget nih
"Almas menderita penyakit Alzheimer. Lambat laun penyakitnya akan memakan habis memori yang ada di otaknya. Jangankan ingat tempat favorit kalian berdua, pembantu kami pun sempat ia panggil Mamah"
Almas....
Kamu melupakan ibu kamu sendiri?
Kamu melupakan kebahagiaan kita? Apakah aku juga telah kamu lupakan?
Aku. Kekasihmu
"Tapi Almas masih bisa sembuh kan tante??"
"Belum ada obat atau tenaga medis yang bisa menyembuhkan penyakit mematikan Alzheimer. Kata dokter, sementara ini yang dibutuhkan Almas adalah orang-orang yang menyayanginya. Tante pun terkadang merekam peristiwa kami berdua dimana Almas ingat bahwa tante adalah ibunya. Mumpung masih ingat. Jadi jika sewaktu-waktu Almas lupa sama tante, tante akan tunjukan rekaman video tersebut"
Penyakit tersebut bisa menghilangkan dan memunculkan kembali memori yang dimiliki penderita secara tiba-tiba?
Itu artinya, Almas bisa saja tersesat!!!
"Engga, Almas bisa sembuh!! Hazifa pamit tante, Hazifa mau cari Almas. Assalamualaikum"
Segera aku berlari meninggalkan kediaman Almas setelah mencium tangan ibunda Almas. Sudah puluhan kali aku menghubungi Almas tetapi ponselnya tidak aktif. Aku mencari kesegala penjuru kota. Cek google maps. Tanya sana sini. Lewat media social. Hingga bertanya kepada orang-orang yang hilir mudik untuk menanyakan dimana kedai kopi yang ada di kota ini.
Bahkan mentari pun menyerah untuk membantuku menemukannya. Mengibarkan bendera putih. Berhenti menerangiku menyusuri jalan untuk menemuinya. Dan mengerahkan bulan dan bintang untuk menemaniku.
Aku terkulai lemas dipenghujung tenagaku.
Semua kedai kopi sudah aku telusuri. Bahkan semua tempat menjamurnya muda mudi di kota ini telah aku sambangi.
Tetap saja.
Tak jumpa aku dengannya.
Hingga ponselku kembali bergetar, 2 pesan masuk sekaligus.
Almas's Mom
Mom
Maafkan Hazifa mah, tapi kabar yang sedari tadi Hazifa tunggu karena sangat genting adalah kabar tentang Almas. Pasti mamah hanya sekedar Tanya dimana Hazifa kan?
Almas sudah pulang, omnya tadi yang menemukannya di kantor pusat perpajakan
Syukurlah.
Walau konyol sekali, aku mencari Almas di tempat-tempat tongkrongan anak muda malah adanya di kantor tempatnya orang-orang paru baya.
Oh iya, pesan masuk dari mamah belum aku baca
Ke rumah sakit sekarang zi. Papah kritis
Apa lagi Tuhan???
Ada apa dengan papah...
Tadi pagi baik-baik saja
Apakah....?
PAPAH!!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
STAND BY ME
RomansaKetika sebuah pengakuan harus dibatasi oleh prinsip yang dipegang teguh. Ketika itulah kesempatan kedua harus segera diperjuangkan jika pada akhirnya pengakuan tersebut memang harus terungkap Cinta segitiga memang lumrah terjadi saat ini, biasanya t...