01 ; The Beginning

117 10 0
                                    

Di sinilah kini gadis bernama Mijoo itu berada. Sebuah perpustakaan kecil milik keluarga Lee yang tidak terlalu berantakan, tak pula sangat rapi. Ruang kecil penuh buku yang jarang digunakan olehnya. Hanya kakak lelakinya yang sering kesini, sekedar untuk mencarikan bahan tugas sang kekasih –Si Urakan yang berusaha romantis, begitu Mijoo menjulukinya. Rambut panjang sepinggang milik gadis itu nampak makin kusam oleh debu bersama dengan tungkainya yang makin dalam menyusuri tiap sudut perpustakaan dengan seksama, berusaha agar tak ada setitikpun yang terlewatkan.


"Dimana, ya?" gumamnya sembari membuka sebuah laci, meneliti satu demi satu buku yang ada disana. Harap-harap cemas jikalau buku harian yang dicarinya ternyata sudah tak lagi berada disini, melainkan di gudang, dan mungkin tempat pembuangan sampah, atau lebih parah lagi mungkin sudah di daur ulang ?


"Astaga. Ini benar-benar merepotkan!" keluhnya lalu menutup laci dengan kesal –Ia gagal menemukan bukunya di laci itu. Dengus sebal keluar saat Mijoo merasa perlu repot-repot menarik sebuah kursi agar bisa meneliti buku-buku yang ada di rak atas.


"Biru, kecil, agak tebal, beruang...? atau rubah, ya? Aku tak begitu ingat gambar sampulnya," gumam gadis cantik itu setengah menggerutu, berusaha mengingat ciri-ciri buku yang kira-kira sudah tigabelas tahun tak dipakainya lagi. Jemari lentiknya kini tengah menyapu pinggiran buku yang berjejer rapi diatas sana.


"Dasar kakak tidak berguna. Dia yang punya keperluan, kenapa jadi aku yang direpotkan ? Sedangkan dia malah berduaan dengan kekasihnya di ruang tamu," umpat Mijoo mengerucutkan bibir.


"Lee Howon sial–"


BRUK


"–lan"


Sepertinya karma sedang dalam kondisi prima, begitu cepatnya ia mendatangi Mijoo. Baru saja si gadis hendak mengatai kakaknya dengan umpatan lain, tahu-tahu tubuh indahnya sudah mendarat secara tidak etis ke lantai perpustakaan. Yang lebih sial lagi, sebuah buku terjun bebas tepat ke atas kepala Mijoo.


"Aw!" rintihnya sambil mengusap puncak kepala yang baru saja dijadikan sasaran terjun si-buku-sialan itu.


"Heol. Menyebalkan. Aku muak dengan–" ucapan Mijoo terhenti ketika iris matanya menangkap sosok benda yang tadi menghantam kepalanya. Seketika, rasa sakit itu lenyap begitu saja tergantikan dengan rasa lega dan takjub. Jemarinya perlahan turun dari kepalanya menuju tempat dimana buku itu tergeletak. Perlahan ia menyentuh hard-cover buku harian yang agak kusam itu. "Oh! Akhirnya aku menemukanmu!" Mijoo menjerit tertahan, masih dengan mata berbinar.


Dengan penuh semangat Mijoo berdiri –agak melompat. "Baiklah. Mari bertemu kakakku yang menyebalkan itu dan lihat apa yang akan dia lakukan padamu," ucap Mijoo pada si-buku-yang-sudah-jelas-takkan-mendengarnya itu.


Mijoo menggenggam buku mungil itu dengan satu tangannya, sedang tangannya yang lain ia gunakan untuk melakukan pekerjaan lain: mengembalikan kursi ke tempat semula, merapikan buku-buku yang berjatuhan, mematikan lampu dan menutup pintu perpustakaan. Begitu bahagianya ia menyelesaikan titah kakaknya itu hingga hampir jatuh terpeleset ketika hendak keluar dari perpustakaan.

[in revision due to some circumstances] Midnight CircusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang