03 ; Get Ready

50 7 0
                                    

Jemari lentik Mijoo dengan terampil membersihkan lensa kamera penuh perhatian. Ini adalah misi perdananya, mana mungkin ia mau merusaknya dengan menghasilkan gambar kurang baik dari lensa yang rusak? Merasa kondisi kameranya sudah cukup baik, dikalungkannya strap bertuliskan merk kamera pada leher jenjangnya. Gadis itu nampak manis meski sekedar dibalut ripped jeans dan kaos berlengan pendek.


TOK! TOK!


Suara ketukan pada pintu terdengar sesaat setelah Mijoo memasangkan sneakers di kakinya. Gadis itu menatap sejenak si pintu jati lantas segera menghampiri benda persegi itu. Desah nafas kesal keluar dari bibir Mijoo begitu daun pintu terbuka, lengkap dengan putaran bola mata jengah miliknya. Berbanding terbalik dengan reaksi Mijoo, di hadapannya, seorang Mark muncul dengan wajah riangnya.


"Whoa! Coba lihat siapa yang membukakanku pintu ! Seorang bidadari !" seru Mark berbinar-binar –sekaligus menggoda Mijoo.


"Berisik !" ketus Mijoo lalu melangkah keluar melewati Mark.


"H-Hey, putri Lee Mijoo. Kau tak seharusnya bersikap ketus kepada pangeranmu ini !" celoteh Mark sambil berusaha menyamai langkah Mijoo. Bibirnya yang tadi tersenyum lebar kini merengut lucu –namun tampak menyebalkan bagi Mijoo.


Mijoo menghentikan langkahnya, lantas berbalik menatap Mark tak suka. "Kemarin kau memanggilku 'princess', tadi 'bidadari' dan barusan 'putri', sebenarnya berapa banyak panggilan lagi yang kau punya untukku, Mark ?" tanya Mijoo dengan nada sarkasme.


Mark nampak berfikir sejenak dengan gestur yang agak dilebih-lebihkan. "Mungkin... bahkan lebih banyak dari yang kau pikirkan, Michu-ya," jawabnya kemudian.


"Cukup panggil aku Lee Mijoo, atau Mijoo, oke ? Aku tak suka namaku diubah-ubah!" pungkas Mijoo cepat lalu berbalik menjauhi Mark. Secepat apapun Mijoo berjalan, tak terlalu berpengaruh sebenarnya, karena Mark dengan sangat mudah mampu menyusul Mijoo. Diraihnya lengan Mijoo dengan lembut.


"Mijoo-ya. Maaf kalau aku membuatmu tak nyaman," ujar Mark meminta maaf dengan tatapan penuh penyesalan.


Dengan ketus Mijoo menarik tangannya dari genggaman jemari Mark. Tatapan matanya dengan tajam memindai sosok Mark dari ujung rambut hingga ujung sepatu, membuat yang ditatap sedikit ciut. Mijoo menghela nafas panjang lantas berujar, "Ku maafkan. Berhentilah bersikap menyebalkan dan kuharap kau masih ingat jalan kesana, Mark."


Mark meringis sembari mengusap tengkuknya canggung. "Sebenarnya... aku agak lupa jalan kesana, hehe," tutur pemuda itu. Sontak, tempramen Mijoo mendidih, matanya melotot tak percaya. Ia benar-benar tak mengerti jalan pikiran teman sekelasnya ini. Sebelum sempat meledak, buru-buru Mark mengklarifikasi ucapannya. "A-ah! I-itu! Ja-jangan khawatir! Aku masih punya alamat dan petanya, kok!"


Mijoo menghembuskan nafasnya kasar lalu menatap Mark tajam. "Semoga petamu tidak menyesatkan," geram gadis itu setengah mengancam. Ia benar-benar dibuat kesal oleh teman sekelasnya ini. Namun sebisa mungkin ia mengontrol emosinya mengingat Mark adalah 'adik' Howon selain dirinya. Howon mungkin akan mencincangnya segera jika mengetahui wajah Mark hancur dicakar Mijoo. Terkadang, Mijoo sendiri terfikir 'Sebenarnya yang adikmu ini aku atau dia ?'

[in revision due to some circumstances] Midnight CircusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang