The Airport

26 1 1
                                    

Matahari mulai menyeruak masuk ke dalam kamarku. Well, hai. Aku Naraya Allegra. Hari ini aku akan berangkat ke Paris. Papa menyuruhku untuk tinggal di Paris. Ia bilang Paris adalah kota yang indah sekaligus bagus dalam bidang pendidikan. Walaupun sebenarnya Mama tidak pernah menyetujuiku untuk tinggal di Paris, tetapi entah kerasukan apa dia menyetujui perkataan papa kali ini.

"Cepat bangun. Hari ini kamu harus berangkat ke Paris!" suara Mama meyeruak ke dalam telingaku. Aku tahu, aku akan pergi meninggalkan Indonesia.

Aku bergegas turun ke bawah membawa serta barang yang sudah kumasukkan ke dalam koperku.

"Ma. Pa. Sebelum aku berangkat, boleh kan aku ke rumah Bintang dulu? Rasanya aku agak kurang ajar kalau nggak berpamitan sama sahabat yang kuanggap saudariku sendiri. Boleh kan?" aku merengek pada Papa dan mama untuk mendapatkan izinnya. Bertemu dengan Bintang, sahabatku.

"Oke, kita akan kesana. Tapi jangan lama-lama ya. Pesawat kamu bakal berangkat sebentar lagi" kata Papa padaku. Oke setidaknya aku memiliki waktu sekitar 5 menit untuk pergi ke rumahnya dan mengucapkan salam perpisahan.

Aku mengangguk kecil pada papa dan mengucapkan terima kasih padanya.

Biar kuceritakan padamu mengenai diriku. Aku sudah mengenalkan namaku kan? Oke panggil saja aku Nara. Aku tinggal di Surabaya, kota kelahiran mama. Papaku berasal dari Perancis dan Mamaku dari Indonesia. Tahu kan? Perancis adalah negara yang sangat indah. Apalagi Indonesia. Meskipun berat untuk meninggalkan Indonesia yang sangat indah ini. Aku harus pergi untuk melanjutkan pendidikanku. Mama dan Papa bertemu saat pameran seni di sebuah mall di Bali. Mama memang penggila seni. Dan Mama akan mengunjungi pameran manapun yang menunjukkan nilai seni.

Padahal dulu Papa nggak mau aku sekolah di Paris, tempat kelahirannya. Ia lebih kagum dengan negara kelahiran Mama. Selain karena indah, banyak juga kebudayaan disini. Dan dari sekian banyak budaya aku sangat menyukai pewayangan. Itu indah. Mama juga sering menceritakan tentang pewayangan. Saat aku berada di Yogyakarta. Aku bisa mengenal wayang lebih dekat.

Mobil yang dikemudikan Papa berbelok menuju sebuah gang. Menampakkan sebuah rumah yang sangat khas sekali dengan budaya jawa. Ya, rumah Kinara Bintang.

Aku melihat wanita paruh baya sedang menyirami bunga di samping rumah itu.

"Selamat pagi, Budhe. Bintang ada?" aku menyapa wanita itu. Dia ibu Bintang. Dia sangat ramah.

"Loh, Nara kok tumben main pagi banget? Ayo masuk, nduk. Budhe panggilkan Bintang dulu"

"Enggak usah, Budhe.. Aku cuma mau ngomong sebentar aja"

"Ya sudah, Tunggu sebentar ya, nduk"

Aku mengangguk. Membiarkan Budhe Dewi memanggil anaknya. Sesaat kemudian Bintang muncul di depanku

"Nara, kenapa pagi-pagi kesini? Ada apa?" Bintang yang terheran karena bukan kebiasaanku main pagi ke rumah orang menyerobotku dengan pertanyaan itu.

"Kamu kan udah tau. Aku cuma mau pamit. Hari ini aku harus berangkat ke Paris untuk ngelanjutin pendidikan disana" aku menunduk. Aku hanya tidak siap jika harus berpisah dengan sahabatku ini. Kami menghabiskan waktu bersama selama 10 tahun ini. Dia yang selalu membantuku, menemaniku. Tapi saat ini aku bahkan seperti orang yang tidak punya rasa terima kasih.

"Iya aku gak lupa kok. Tapi secepat inikah? Aku kan masih pengen berlama-lama sama kamu. Kita bahkan belum menyelesaikan puisi yang kita karang itu loh"

"Mungkin kita harus menghentikan proyek puisi itu, Bi" aku melirik jam yang melingkari pergelangan tanganku. "Aku harus pergi. Waktuku cuma 5 menit, Bi. Aku pamit dulu ya"

NARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang