06

27 1 0
                                    


Author pov.

Shila dan Varo keluar dari supermarket dengan kedua tangan yang menenteng bahan belanjaan.

Rencana nya hari ini. Tugas memasak nya akan di lakukan di rumah Shila.

kebetulan hari ini Varo membawa mobil. Dengan sigap dia membukakan pintu mobil untuk Shila layak nya seorang gentlemen.

"Emang kita mau masak apaan, Shil?" Tanya Varo yang berusaha memecah atmosfer keheningan.

"Gimana kalo capcay aja." Usul nya yang di ikuti anggukan setuju dari Varo.

Beberapa menit kemudian mobil sport hitam tersebut mulai memasuki sebuah pekarangan yang cukup luas.

"Ayo masuk?" Tangan Shila bersiap untuk membuka pintu mobil.

"Eh, bentar." Sergah Varo. Shila langsung terdiam mematung menyaksikan Varo yang tiba - tiba keluar dari dalam mobil. Dia mengitari mobil dan berhenti tepat di deoan pintu mobil Shila.

Sekali lagi dia membuka kan pintu untuk Shila. "Silahkan, tuan putri Shila."

Shila hanya terkekeh melihat perbuatan Varo.

"Gausah segitunya. Gue bukan tuan putri kok." Ucap nya santai lalu melenggang pergi meninggalkan Varo yang masih setia membuka pintu mobil nya.

"Duduk aja dulu, Var. Gue mau ganti baju dulu." Ucap Shila. Gadis itu kemudian pergi menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

10 menit kemudian Shila keluar dari kamar dengan mengenakan sebuah kaos berlengan pendek dan sebuah hotpans. Dia menghampiri Varo yang sedang asik berkutat dengan iphone nya.

"Ehem.. mulai sekarang aja kali ya." Deheman Shila membuat Varo terlonjak kaget.

Saat ini keduanya tengah berada di dapur. Shila bertugas memotong kecil ikan - ikan pelengkap membuat capcay. Sementara Varo sedang memotong - motong sayuran yang di butuhkan.

"Hmmm... bau nya sedap banget, jadi laper gue."

"Siapa dulu dong yang masak, Shila."

"Cih... pd banget,"

"Serah lo."

"Cieleah ngambek nih." Tangan Varo mengacak pelan rambut Shila membuat Shila berdecak kesal.

"Varo, itu rambut gue berantakan." Keluhnya dan Varo hanya tertawa kecil.

"Bodo amat, wlekk." Ujar Varo sambil menjulurkan lidahnya membuat Shila merengut.

Keduanya terlibat kejar - kejaran hingga salah satu memintanya untuk berhenti.

"Varo berhenti, Gue cape bego!"

"Ah lemah lo," cibirnya.

"Ya lo kan cowo. Masa iya lo lemah! Bego kok disimpen sendiri."

"Oh, jadi lo mau gue bagi ke-bego-an gue?" tanya Varo dengan sebelah alis yang terangkat.

Shila meninju pelan bahu Varo. "Ogah lah, males banget."

Keduanya saling terdiam. Kehabisan topik mungkin.

"Eh, Shil. Main 20 question yuk!" Ajak Varo.

"Ogah ah, ntar lo nanyanya aneh - aneh lagi," jawabnya dengan enggan.

"Abis gak tau mau ngapain nih."

"Gak mau," kekeuh Shila membuat Varo gemas ingin menjaili gadis di hadapan nya saat ini.

Tiba - tiba Varo mengeluarkan jurus puppy eyes nya. "Please. 20 question mau ya, ya!"

"Ishhh.. udahlah ayo."

"Yeee.. Shila baik deh makin sayang *eh"

"Eh itu mulut sembarangan aja kalo ngomong," Shila menggetok kepala Varo dengan sendok bersih dihadapan nya membuat Hari mengaduh kesakitan.

"Lo cewek tapi tenaga cowok. Cocok banget buat jadi abang - abang tukang bangunan."

Pletak..

Shila menggetok lagi kepala Varo dengan sendok yang tadi ia gunakan. Membuat Varo meringis kesakitan.

"Gila lo, Shil. Gue amnesia kalo gini caranya," keluh Varo. Dan Shila hanya menatap acuh Varo yang kesakitan.

"Ini jadi gak mainnya, gue ngantuk pengen tidur."

"Eh, jadilah. Lo ngebo amat jam segini udah mau tidur," ucap Varo sambil mengecek jam yang ternyata sudah pukul 5 sore.

"Gue duluan ya," Shila mengangguk pertanda 'ya'

"Nama lengkap?"

"Natashila Permata Kusuma,"

"Eh cie nama kita samaan. Jodoh kali ya," goda Varo yang sukses membuat pipi Shila berubah menjadi agak kemerahan.

"Gausah blushing kali mbak,"

Pletak..

Varo mengaduh kesakitan untuk kesekian kalinya lantaran Shila terus memukulinya dengan sendok tersebut.

"Makannya ngmong itu dijaga. Sekarang gue. Kenapa lo pindah sekolah?"

"Gue sering di D.O gara - gara tawuran." Dan Shila hanya ber-oh-ria.

"Respon lo gitu amat, ck."

"Ya, lo mau gimana?"

"Ya gini kek. Hah, seriusan lo di D.O padahal tampang lo alim gitu." Shila tercekat mendengar kepedean Varo.

"Alim, aliran maling gitu dibilang alim." Ucapnya datar.

"Oke, oke. Sekarang gue. Hal yang paling memalukan seumur hidup?"

"What! Lo nanyain aib gue?"

"Maybe," jawab Varo santai.

"Ogah ah, gue gak mau berbagi aib gue apalagi ke orang model - model kaya lo." Protesnya.

"Yaudah deh, tinggal jawab doang ribet amat neng. Lagian aib lo aman kok sama gue," Shila menghela nafas berat sambil memikirkan hal aib apa yang paling memalukan nya.

"Apaan lama banget, lumutan gue nunggu nya!" Protesnya.

"Gak ada,"

"Gak percaya gue,"

"Serah lo. Udah ah udah sore ini. Sono balik asal lo!" Usirnya.
Varo segera bangkit dari duduknya meraih tas hitam sekolah dan kunci mobilnya diatas meja.

"Yaudah gue balik dulu. Lo ati - ati dirumah sendirian. Kalo ada apa - apa tinggal telpon gue," titahnya seakan tak mau Shila kenapa - napa.

"Elah, gue bukan bayi Varo. I can take care of my self," jawab Shila yang diikuti senyuman tipis di wajahnya. Hatinya menghangat saat Varo memberinya perhatian kecil yang jarang atau mungkin tak pernah ia dapatkan dari siapapun.

* * *

TBC~

Udah panjangkan chapter ini..
maaf kalo absurd. Author bakal slow update nih kayanya soalnya mau fokus belajar buat UN maklum dilema anak kelas 9.

11 april 2016.

Everything About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang