Mataku terbuka sedikit demi sedikit dan rasanya aku telah mengedipkan mataku berkali-kali. Tapi kenapa tak ada cahaya sama sekali ? Kenapa rasanya mataku masih tertutup ? Gelap.Aku merogoh kantong celanaku. Mengambil ponsel genggam. Saat layar ponselku bersinar, 4 digit angka membentuk barisan 12.07. Aku mengarahkan sinar ponselku ke sekeliling ruangan, mencari saklar.
" Aku pasti ketiduran. Sampai lampunya belum dinyalakan. Tapi, dimana saklarnya ? " Ucapku dalam hati.
Rasanya setiap sisi dan sudut rumah ini sudah ku jelajahi. Tapi, tak ada satu saklar pun yang ku temui. Aku mulai gelisah. Tinggal satu ruangan lagi yang belum ku datangi. Ruangan itu terletak di lantai 2 rumah ini, tapi penyewa rumah ini hanya memperbolehkanku memakai ruangan di lantai 1.Dengan sedikit jiwa pelanggar dan rasa gelisah, aku menaiki satu persatu anak tangga. Sesampainya di anak tangga terakhir hanya ada satu pintu yang berada tepat didepan anak tangga terakhir itu. Aku melangkah mendekatinya, ku genggam gagang pintu itu dan belum sempat membukanya. Saklar ! Saklarnya tepat di samping pintu itu. Aku menekan tombolnya, namun tak satupun tombol menghasilkan cahaya. Aku ingat sesuatu, pemilik rumah ini bilang kalau di daerah sini sering terjadi pemadaman listrik. Sial !Baterai ponselku hampir habis. Aku tak punya lilin, korek, atau apapun. Aku berfikir untuk mencari sesuatu di balik pintu itu. Aku masih dibayangi peraturan tak beralasan. Tapi, tanpa pikir panjang aku memegang gagang pintu itu, kudorong pintunya perlahan. Saat sudah cukup lebar untuk bisa masuk, aku melangkah perlahan memasuki ruangan itu. Aku mengarahkan ponselku ke segala arah, cahaya ponselku mulai redup. Hanya ada benda-benda yang ditutupi kain putih di ruangan ini dan juga cahaya di ujung jalan di depanku. Aku berjalan cepat namun tetap menjaga ketenangan malam. Cahaya ponselkumulai timbul tenggelam. Aku sampai diujung jalan.
" Srekkkh " Aku membuka tirai berdebu tebal yang mengahalangi masuknya cahaya rembulan.
" Apa ? Apa-apaan ini ? Kenapa lampu di rumah lain semuanya menyala ? Bahkan, sangat terang. " Aku bingung dan sedikit jengkel.
Aku membuka tirai hingga batasnya, benar-benar diluar sana terang tapi sepi. Aku mulai merasa bahwa ini semua tak adil. Aku langsung berfikir untuk memuncratkan segala ketidak adilan yang kurasakan malam ini. Setidaknya, pemilik rumah ini memberiku lilin ! Aku menyandarkan badanku di jendela usang nan berdebu. Memandang keadaan luar sambil menyiapkan kalimat-kalimatuntuk memaki pemilik rumah ini.
" Dreett dreett " Ponselku mati.
Tapi setidaknya, aku cukup nyaman di tempat terlarang yang mendapat sedikit cahaya ini.Aku memperhatikan ponselku yang mengakhiri perjalanannya untuk hari ini dan gelap sudah layar ponselku. Aku mendongak keluar. Aku terkejut. Seseorang berbaju serba hitam berdiri di bawah tiang listrik di ujung jalan. Tampak dia memakai cadar dan membawa sedikit pencahayaan, dia mengarahkan cahaya itu ke samping wajahnya, dia mendongak. Dia menatapku ! Matanya menatapku ! Aku terkejut. Ku hempaskan tirai jendela itu. Aku teringat sesuatu." Jangan pernah berurusan dengan wanita berpakaian hitam di sekitar sini. Dia berbahaya ! " Ucap pemilik rumah. Mengingat itu, aku langsung menjauhi jendela.
" Brakkk " Aku menabrak sesuatu dan ribuan kecoa keluar dari benda berbalut kain putih tadi. Lari kocar-kacir, ke arahku ! Bahkan tikus-tikus juga ikut bergabung. Jumlahnya tak terhitung, aku berlari meninggalkan ruangan itu. Aku kalah cepat, kecoa-kecoa itu sudah menapaki tubuhku bahkan ada yang terbang kesana- kemari. Aku juga merasa menginjak sebagian dari mereka. Sebenarnya siapa yang merasa terancam sekarang ?
KAMU SEDANG MEMBACA
-Darkness-
Mystery / ThrillerMemilih untuk tinggal di pos terakhir membuat seorang pendaki harus menginap beberapa hari disuatu daerah lereng pegunungan. Namun hari-harinya diselimuti kegelapan jiwa maupun suasana. Dibalik itu semua terdengar rumor yang tak sengaja terpecahkan...