~3

7 0 0
                                    

Lelaki setengah baya itu berlalu. Aku melihat dia menyapa orang-orang yang ditemuinya. Sesekali melirikku dan tertawa seakan aku memakai kostum udang merah menyala. Apa aku tampak begitu aneh? Ahh, bukan aku yang aneh. Sikap merekalah yang mencurigakan.Aku pun rasanya ingin berlalu saja dari sini, secepatnya. Aku kembali ke penginapanku. Aku punya pikiran untuk menyiapkan malam keduaku. Akumengambil beberapa lilin dan menyalakannya serta ku letakkan dibeberapa bagian rumah ini.
" Brugghh.."
Ah, berkas-berkasku berjatuhan dari tas. Tampak sebuah lembaran yang mencantumkan namaku. Randh Filzi. Melihat lembaran dengan gambar pegunungan dan orang-orang dengan tas yang tampak begitu berat. Aku merindukan mereka. Teman-temanku itu. Kalau saja kemarin penyakit lambungku tak kambuh, pasti aku sedang bersenang-senang dengan mereka.
" Hahahahahahha.."
Terdengar sekumpulan orang tertawa diluar sana. Aku mengumpulkan berkas-berkaskudan merapikannya ke dalam tas. Kulihat tingkah mereka dari balik jendela. Tampak sekumpulan orang bersenang-senang ditengah kegelapan,tanpapencahayaan sedikit pun.Senja mulai berpamitan. Hanya tinggal jingga-jingga tua dengan garis-garis hitam awan yang tampak. Semakin gelap semakin tergelak tawa mereka. Bahkan, sekarang tampak makin ramai.Tak sanggup aku menyaksikan keanehan mereka. Kupilih untuk berbaring dan tidur hingga matahari menyapa dan semoga teman-temanku besok akan menjemputku. Ntah kenapa aku merasa terpojok dengan situasi ini.Mataku mulai terpejam. Cahaya belum redup sepenuhnya. Diriku sudah ada dimensi lain imajinasi ini. Aku mulai kehilangan kesadaran.

" Dark.. Darkp.. Darkkpp.. " Tidurku terganggu. Terdengar suara berisik seakan ada yang berjalan. Aku mengucek mataku untuk menyempurnakan kesadaran. Sial, kurang ajar, semua kalimat jengkelingin ku lontarkan. Listrik padam dan lilin yang tadi telah meleleh semestinya. Kali ini aku jengkel pada diriku sendiri karena menyadari betapa bodohnya aku. Aku menyalakan semua lilin saat cahaya masih tampak, tidak memikirkan untuk malam yang gelap. Kini lilin-lilin itu telah lenyap.Tunggu dulu, aku tak sepenuhnya bodoh. Aku menyisakan setengah lilin yang kukira takkan berguna bagi malam yang panjang ini. Dalam kegelapan aku menyusuri semua tempat yang bisa kujangkau. Lilin itu tadinya ada diatas meja di samping tempat tidur. Mejanya cukup panjang hingga membuatku harus jauh menyusuri setiap sisinya.
" Bruggh.. "
Sesuatu terjatuh. Kotak lilin. Kotak lilinnya terjatuh.
" Drappp... Drappp.. Krieeettt... Dap.. Darkkk.. " Taklama setelah itu keributan yang sangat berisik menghujam rumah ini. Lagi, dan lagi aku tak sadar kalau tadi aku mendengar suara langkah kaki. Ahh, bodohnya aku.Dengan cepat aku mencari lilin dan korek yang aku yakini akan jatuh berdekatan. Dapat, lilinnya telah kudapat. Sekarang korek apinya, sudah ku telusuri dengan telapak tanganku sekitaran lantai tapi tak kutemukan. Gawat ! Aku mencoba lagi, kucari lagi. Kurasakan kertas berbentuk kotak. Tepat, itu korekapinya.
" Krieeeeettt... Damnnpp. " Lagi suara ribut pintu dilantai dua. Aku yakin ada seseorang disana. Cepat kunyalakan lilinya dan berhasil.Aku tepat di depan pintu kamar. Dengan tekad bulat ku jelajahi setiap sisi rumah ini. Perlahan aku mendekati anak tangga menuju lantai dua rumah ini.Tak ada apapun, ku coba memastikannya dengan naik ke atas. Masih dengan perlahan. Anak tangga pertama masih aman, dua aman, tiga aman, saat kakiku menginjak tangga keempat terasa ada ribuanjarum menusuk bagian betisku. Aku mengarahkan lilinku ke bawah.
" Ap-apaa ini ?" kataku agak teriak.
Tampak serangga-serangga yang lebih mirip ulat melekat dikakiku. Warna mereka merah menyala dengan salah satu bagian bulat seperti kepalanya dan satu bagian lagi terbentuk banyak cabang-cabang yang menjulur panjang.Anehnya, aku tak melihat begitu banyak serangga aneh itu. Tapi, rasanya tubuhku dipenuhi dengan tusukan jarum. Aku berusaha menggeliat,sia-sia. Tak lama tampak serangga-serangga itu memerah disekujur tubuhku. Mereka menghisap darahku! Dan serangga itu berwarna bening awalnya.Tubuhku makin dikuasai. Serangga itu bahkan telah berada di pelipis mataku. Wajahku semuanya telah dikuasainya. Aku mengibas-ngibaskan tangan dan kakiku. Tapu mereka melekat di sekujur tubuhku. Lilibku terjatuh dan padam. Aku pun demikian, aku terjatuh dari tangga.
" Argghhh.. " Gerutuku.
Tubuhku terasa sakit. Aku harus meminta pertolongan. Aku menabrakkan tubuhku kesegala bentuk benda dengan tujuan serangga ini menghilang. Namun, sekali lagi sia-sia.Aku melihat sedikit cahaya dari jendela dapur. Aku mengikutinya dan tampak wanita dengan pakaian hitam itu membawa lentera. Seperti biasanya. Wajahnya tak tampak, namun dia selalu terlihat seakan menatapku.Aku terlalu sibuk dengan tubuhku. Hingga rasa takutku pada wanita itu pun tak timbul. Tubuhku mulai terasa tak berdaya. Tiba-tiba lampu menyala keadaab terang benderang. Kulihat wanita itu menghilang dengan mata yang mulai terpejam dan terdengar lagu suara keramaian orang tertawa.
" Hahaahah..."
Haruskah aku tertidur secara paksa dan tak sengaja untuk kedua kalinya ?

-Darkness-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang