02

16 2 0
                                    

Rakael pun menutup pintu UKS dan tiba-tiba dia keingat sesuatu apa yang dikatakan dia tadi.

"Anjir! Kenapa tadi gw bohong ya? Padahal gw ama Syara pernah ketemu..." kata Rakael sambil mengusap-usap rambutnya.

"Sekali doang sih...Mungkin dia gak ngelihat gw kali ya," pikir Rakael sambil jalan keluar sekolah. Gak sadar, Rakael menabrak seseorang dan orang itu jatuh.

"Eh! Maaf−

Mata Rakael dan mata perempuan itu bertemu.

Dingin. Itu satu kata yang dipikir Rakael saat matanya bertemu dengan mata perempuan itu.

"Deari! Kamu gak apa-apa kan?" tanya Silvia yang menghampiri Deari.

"Iya. Aku gak apa-apa kok, via," jawab Deari sambil memakai kacamatanyayang terjatuh. Silvia menawarkan tangannya sehingga Deari bisa berdiri.

"D-Deari..." kata Rakael terbata-bata. Tentu Rakael tidak ingin menimbulkan masalah lagi dengan Deari karena kejadian itu.

"Lain kali kalau lu jalan lihat-lihat ya," kata Deari sambil menarik dasi Rakael dengan kencang sehingga mata Rakael bertemu lagi dengan mata Deari yang dingin.

"I-Iya."

"Kalau gitu gw duluan," sambung Deari sambil melepaskan dasi Rakael yang tadi ia tarik dan pergi meninggalkan Rakael bersama Silvia.

"Kenapa tuh Deari?" tanya Rakael dengan bingung.

***

"Tadi Rakael ya, Deari?" tanya Silvia.

"Iya, jangan sampai dia dekat sama Syara lagi," kata Deari dengan serius.

"Kalau bisa jangan sampai Syara mau sama cowok kayak gitu," sambung Silvia dengan nada yang tidak senang.

TOK!TOK!TOK!

"Syara?" tanya Deari sambil membuka pintu UKS dengan pelan.

"Iya?" kujawab sambil merapikan seragam.

"Ini aku bawa tasmu," kata Deari sambil memberikan tasku.

"Makasihh," kataku dengan senyum.

"Kepala kamu udah gak pusing kan?," tanya Silvia.

"Iya aku udah gak pusing lagi kok," jawabku.

"Pada gak mau pulang...Ayo keburu gelap," Deari mengingatkanku dan Silvia.

"Ayo! Deari, Silvia makasih ya sudah menjadi temanku," kataku sambil memegang tangan mereka dengan erat.

"Iya, ra!" balas Deari dan Silvia dengan senang. Tiba-tiba aku lari dengan kencang dan berseru, "Siapa yang terakhir traktir es krim!" Dengan cepat, Silvia pun lari dengan kencang mengejar Syara. Deari hanya bisa pasrah dan ikutan lari.

"H-Hei! Jangan tinggalin akuuu! Kalian tahukan kalau aku itu lari gak secepat kalian!" teriak Deari sambil lari berusaha sebisa mungkin. Memang benar, Deari kalah dan dengan pasrah mentraktiriku dan Silvia es krim.

"Es krim! Es krim!" kataku sambil memakan es krim rasa vanilla.

"Aduh kalau gini terus uang tabunganku habis," kata Deari dengan pasrah melihat dompetnya.

"Lain kali aku deh yang traktir," kata Silvia sambil memakan es krimnya. Kaget dengan apa yang dikatakan Silvia. Deari pun berkata, "Benarkah? Yeaaaaaay, akhirnya."

"Itulah gunanya teman," sambung Syara dengan ketawa kecil. Kami pun tertawa bersama-sama dan jalan pulang menuju rumah masing-masing.

________________________________________________________________


Makasih telah menunggu chapter ini. Kali ini aku panjangin ceritanya dari biasanya ^.^

Vote ya kalau mau tahu kelanjutannya \(^.^)/

-R-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 20, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang