0.5

865 14 4
                                    

LucyPOV

Aku hanya memainkan ponselku. Daddy tak kunjung datang. Apakah daddy keberatan dengan kedatanganku? Apakah aku harus kembali dengan mom?

Haruskah aku menelfon mom sekarang? Aku menimbang-nimbang

Telfon
Tidak
Telfon
Tidak

"Luccyyyyy..."

Aku menoleh mendapatkan dad terengah-engah sembari membuka jaketnya.

"Apa mom mu kemari?" Tanya daddy.

Aku tetap diam. Dan memainkan ponselku.

"Lucy" dad menghampiriku lalu duduk di sampingku.

"Kau marah ya?" Tanya dad lagi.

Aku tetap diam, dan bergeser agar tidak terlalu dekat dengan dad.

"Lucy please.. Jangan seperti itu, aku kan ada kepentingan mendadak. Bukankah aku sudah mengatakan itu padamu."

Kau pikir aku bodoh dad? Jelas-jelas aku mendengar desahan wanita saat aku menelfonnya. Ya meskipun aku tidak tahu banyak tentang 'itu' namun berkat teman-temanku aku jadi sedikit mengerti. Sedikit

"Lucy." Dad kembali bergeser mendekat padaku. Saat aku ingin kembali menyingkir dad menahanku.

"Cukup. Aku sudah muak, aku sudah minta maaf padamu sampai kapan kau seperti ini."

Aku memutuskan untuk berbicara. "Kau tahu apa kesalahanmu dad?"

"Meninggalkanmu terlalu lama." Ujarnya singkat.

"Selain itu"

Daddy mengusap-usap dagunya sedikit berfikir. Ku harap dia mengerti apa yang ku maksud.

"Apa lagi? Bukan kah hanya itu?"

Aku berdecak kesal. "Baiklah. Aku pulang sekarang."

"Lucy." Dad kembali menahanku, namun aku menepisnya dengan cepat.

Aku berlari menuju kamar. Mengambil koperku dan membereskan pakaianku yang ada di dalam lemari. Belum ada satu hari aku di sini, namun dad sudah berbuat seperti itu.

Aku mendengar pintu kamarku terbuka. Aku tahu itu pasti dad makanya aku sengaja tidak menoleh untuk melihatnya.

"Lucy.. Harus berapa kali aku minta maaf agar kau memaafkanku?"

Aku tetap menghiraukannya.

"Lucy tolong dengarkan aku." Dad meraih tanganku.

"Dad. Please cukup. Sudah cukup aku tak mau lagi berada di sini."

"Tolong dengarkan aku lucy sekali ini saja."

"APA LAGI YANG MAU KAU KATAKAN DAD?" Teriakku frustasi.

Daddy diam tidak berkata apapun. Aku hanya menunggu dad sembari sedikit meredakan amarahku.

Daddy mendekatiku, dekat bahkan sangat dekat. Entah mengapa aku tak berani menatap matanya, aku menundukan kepalaku agar mataku tidak bertemu dengan matanya.

Daddy ~ h.sHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin