Part 2

377 21 13
                                    

Happy Reading!

***

Rencana lembur seperti nya harus kuperhitungkan kembali, tidak ingin berbuntut panjang diselesaikan secepat mungkin agar menghilang dari pandangan harus kulakukan.

Kedua tanganku ku angkat keatas udara, mencoba olah raga ringan demi kelancaran aliran darah yang mengalir ke seluruh tubuh. Setiap hari berkutat dengan monitor dan keyboard membuatku hampir tidak pernah lagi memanjakan tubuh.

Seseorang yang selalu setia menemaniku pun tidak lagi memberikan penawaran, lelah mungkin jawaban yang tepat.

Dateline rangkuman pekerjaan setiap bulan plus belum dengan pekerjaan yang lain selalu berakhir pembatalan sepihak hanya untuk beristirahat dengan kekasih dimalam hari sepanjang libur.

Bibirku mengukir senyum saat kejadian semalam terlintas dikepala. Wajah cantik dan menggemaskannya memang menjadi magnet sendiri membuat seseorang tidak ingin melupakan.

Keuntungan takdir mempertemukan kami sehingga anak itu baik-baik saja.
Tapi.... apakah takdir ini akan berlanjut? Atau hanya sebuah takdir pertemuan tanpa silahturahmi?

Tanganku mencari tas dan mengeluarkan isi yang terdapat sebuah kartu terselip disana, bolehkah? Bukankah mereka sendiri yang menawarkan?

"Aries ada permintaan pembayaran dari Asian Corp, coba baca email." perintah Bella membuyarkan lamuan.

Jari lincahku bermain dengan mouse memberi perintah pada target yang telah dibidik.

Time limit sebelum jam 11:30 wib.

Mataku reflek melirik jam di dinding 10:30 wib, aku hanya diberi waktu 1 jam? Senyum licik terukir dibibir, menekan tombol angka pada telepon meja disamping yang sudah kuhafal diluar kepala.

"Bercanda hm.." ucapku sarkatis. Sosok Aries yang dikenal temanku dikantor seolah lenyap bila berurusan dengan agent perusahaan.

Terdengar gelak tawa diseberang ."Wow sabar non, gue ubah ya jadi jam 11." Godanya.

Bibirku mengerucut kesal. "Yah.. lo mah nyiksa gue Far, besok ya? Gue siappin hari ini. Please." mohonku. Ku lirik Bella, Jihan, dan Ceri menatapku jijik. Aku yang sudah terbiasa hanya membalas mereka dengan cengirran.

"Oke besok, engga ada tawar menawar lagi. Emang lo kira gue inang-inang dipasar senen." Ucapnya sinis. Gilirranku yang tertawa mendengar nada bicara Farah yang sedang merajuk.

"Oke nona bawel, akh gue sayang sama lo deh. Sini mau dipeluk gak?" godaku balik.

"Ichh... males banget. Emang gue lesbian." tawaku meledak seketika. Untungnya ruanganku pintu sedang tertutup. Jadi tidak akan terdengar sampai keluar.

"Terima kasih Farah cantik. Lo emang temen gue yang paling buaik."ucapku dengan nada dibuat-buat. Farah adalah teman yang selalu membantuku soal tagihan dari perusahaannya. Karena tagihan kami akhirnya berteman.

"Huh ada maunya baru bilang cantik, dasar. Udah akh engga kelar-kelar gue teleponnan sama lo, bisa makan gaji buta gue. Bye." Aku menggelengkan kepala dia terlalu melebih-lebihkan masalah..

"Bye cantik."godaku lagi, menghembuskan nafas lega aku memenangkan pertempuran untuk kesekian kali.

"Mau ke Pak Yudha kak Ar?"tanya Ceri, anak baru 7 bulan bekerja divisiku. Aku memang sedang mempersiapkan bahan diskusi.

"Iya mau lapor dulu." jawabku melemparkan kedippan mata dan melenggang pergi.

Kakiku melangkah kelantai atas, lantai tiga, lantai tempat para manager berkumpul.

ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang