1. 2

268 28 5
                                    

Sampai di kantor, aku tidak bisa fokus mengerjakan apapun. Aku takut perkataan Minyoung benar. Walau berkali-kali menggeleng, aku tetap ragu pada diri sendiri.

Tepukan Manager Yoon menyadarkanku "Kalau kerja harus fokus, Choi Seungcheol" Aku hanya mengangguk. Manager Yoon adalah orang yang paling sering menegurku tapi kuakui hal itu sangat membantu. Mungkin itu karena Cuma kami berdua di divisi ini yang masih berada di usia 20-an.

Sekuat tenaga aku mencoba fokus. Cukup berhasil. Jadinya belakangan ini aku malah malas makan dan menghabiskan jam makan siangku dengan mengamati pergerakan Kepala Yoo, dia menjemput Jung atau tidak. Sejauh ini, Kepala Yoo selalu menjemput Jung pulang sekolah. Aku menjadi sedikit lega.

Tak kusangka, sikapku membuat semua orang khawatir "Seungcheol, apa yang terjadi padamu? Ayo ikut bersamaku pulang makan siang" Ajak kakakku. Aku menggeleng cepat "Aku masih memiliki pekerjaan yang mendesak. Aku sudah beli makanan ringan, jadi tidak perlu khawatir" Bohongku.

Bukan hanya kakak, Manager Yoon dan Kepala Yoo juga bingung dengan sikapku "Aku tidak tahu apa yang dilakukan gadis itu sampai membuatmu patah hati, tapi jangan berharap aku akan dengan senang hati direpotkan olehmu kalau kau sampai pingsan di kantor" Ucapan Manager Yoon memang sedikit kasar dan mengandung teguran, tapi hebatnya dia tahu saja apa yang kupikirkan.

Aku paling suka mendengar nasehat Kepala Yoo "Anak muda itu punya banyak masalah. Tapi bukan berarti kau harus menyiksa dirimu dengan semua masalah itu. Masalah itu harusnya kau jadikan pacuan untuk keluar dari masalah-masalah tersebut" Dan Kepala Yoo akan mengucapkannya dengan senyuman, sungguh menenangkan hati. Kalau diperhatikan, Kepala Yoo ini memiliki rona wajah yang sama dengan Jung, mungkin hal itu salah satu alasan aku bisa tertarik pada Jung.

Walau semua orang telah begitu peduli padaku, aku tetap tak bisa melewatkan keberadaanku mengawasi Kepala Yoo pada jam makan siang. Sampai hari itu, Kepala Yoo keluar dari kantor tapi dia justru pulang ke rumah untuk makan siang tanpa menjemput Jung. Rasa takutku semakin membuncah. Pandanganku tak pernah lepas dari jendela.

Waktu makan siang hampir berakhir, Manager Yoon kembali ke kantor "Aku bawa kue beras. Makanlah. Kasian sekali tubuh kurusmu itu" Ia mengakhirinya dengan decakan. Aku tersenyum sambil melahap kue beras yang ia bawa.

Diakhir penantianku, Jung lewat diantar sebuah mobil pink yang bisa kupastikan milik salah satu sahabat Jung yang tentu saja perempuan. Aku lega. Sangat lega. Kuputuskan untuk mengakhiri pengawasan ini setelah dua minggu lebih. Sudah terbukti Jung dan laki-laki itu tidak memiliki hubungan apapun. Tubuhku juga semakin melemah. Yang pastinya, kekhawatiranku telah hilang.

~-~

Pagi ini tampak sangat cerah. Burung bernyanyi di dahan pohon dengan iringan desiran angin. Dedaunan melambai bahagia padaku. Seolah mereka mengirim aura positif pada tubuhku. Minyoung di sampingku berdiri tegap. Ia tersenyum, aku ikut tersenyum. Sesaat aku merasa hal yang baru saja Minyoung dan aku lakukan itu sangat menggelikan. Tapi aku maupun Minyoung merasa pagi ini penuh dengan aura positif.

Di pekarangan, Ibu Minyoung tengah menyiram bunga. Seperti pagi-pagi biasanya, kulirik rumah Jung dan dia ada di depan rumahnya, dengan wajah frustasi.

"Jadi siapa yang akan mengantarku pergi sekolah, eomma?" Nada suara Jung terdengar menuntut. Suara Jung tidak terlalu keras tapi jarak rumah yang dekat dan keadaan pagi yang masih sepi membuatku dapat mendengar suaranya.

"Kamu naik bis saja. Appamu kan sedang sakit" Jawab Ibu Jung, ragu. Jung membulatkan matanya, tidak percaya "Eomma menyuruhku ke halte? Bisa-bisa aku terlambat. Perumahan ini tidak kecil, eomma"

[Seventeen FF]Book of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang