Kesibukan mengawali hari ketiga setelah weekend. Manager Yoon baru saja membuka email yang ternyata berisi pemberitahuan bahwa pengisi rubrik hiburan yang baru membatalkan kerjasamanya. Pengisi rubrik hiburan yang lama sudah berhenti sejak seminggu lalu. Dan manager Yoon telah mendapatkan pengganti.
Beberapa hari lalu, Manager Yoon memang melihat email itu tapi dia berpikir email itu adalah puisi yang akan dimasukkan ke dalam rubrik hiburan. Jadi, dia tidak membuka email tersebut. Barulah hari ini, hari dimana setiap rubrik sudah harus disusun, Manager Yoon baru menyadari kesalahan terbesarnya.
Manager Yoon yang bertanggung jawab di rubrik hiburan kini tengah menelpon untuk mencari pengganti. Sebisanya aku juga membantu Manager Yoon menelpon pengisi rubrik hiburan lama yang mungkin saja ingin kembali bekerja sama.
Sayangnya, hampir semua menjawab "Besok sudah harus jadi? Saya tidak bisa. Saya juga punya proyek lain. Kalau minggu depan mungkin saya bisa"
Tanpa terasa, jam menunjukkan waktu makan siang. Sementara belum ada kepastian mengenai siapa yang akan mengisi rubrik minggu depan. Manager Yoon menghempaskan tubuhnya di sofa sudut ruangan. Ternyata rubrik hiburan yang selama ini dianggap remeh, bisa membuat masalah sebesar ini.
Aku tetap mencoba menelpon. Mungkin saja keajaiban turun dari langit. "Sudahlah, Seungcheol. Nanti kita lanjutkan setelah makan siang. Kepala Yoo dan Manager Choi juga pasti sudah kembali" Tegur Manager Yoon dengan wajah kusutnya.
Memang hanya ada aku dan Manager Yoon di ruangan ini karena Kepala Yoo dan kakakku tengah mengurus keperluan di luar.
Aku ikut duduk di samping Manager Yoon. Sejenak kubalik badanku menghadap jendela. Berharap bisa dengan tidak sengaja melihat wajah Jung sepulang sekolah.
Dan memang benar awalnya Tuhan memberikan kesulitan tapi nanti diakhiri dengan kebahagian berlimpah. Buktinya sosok Jung yang baru pulang sekolah melintas. Tapi yang membuat perasaanku tidak enak adalah si pengantar Jung. Motor sport merah persis seperti motor laki-laki yang sangat akrab dengan Jung.
"Tenanglah Choi Seungcheol!" Laki-laki itu pasti hanya teman sekelas Jung yang tidak sengaja mengantar Jung. Mereka tidak ada hubungan sama sekali.
"Jung!"
"Jung? Jung kenapa? Jung dimana?" Aku refleks berdiri tegak sambil bertanya dengan ling-lung. Tak ada siapa-siapa. Segera kulirik Manager Yoon yang menggumamkan nama itu.
"Kau kenapa? Melamun yah?" Manager Yoon justru mengajukan pertanyaan balik, seolah tak peduli dengan tatapan penasaranku. Aku mengangguk, kikuk "Maaf. Jadi, kenapa dengan Jung?"
"Kepala Yoo memberitahuku bahwa mungkin kita bisa memasukkan karya Jung ke dalam rubrik hiburan. Jung seorang author" Manager Yoon berucap santai. Berbeda denganku yang kini membulatkan mata, tak percaya.
Selama aku menyukai Jung, aku tidak pernah tahu bahwa dia adalah penulis. Aura yang dikeluarkannya tidak menunjukkan sedikitpun tanda bahwa dia adalah penulis. Ternyata aku belum tahu banyak hal mengenai gadis yang kusukai itu.
"Jadi..." Manager Yoon menatapku lamat, meminta perhatian karena sejak tadi pikiranku melayang ke dunia baru bernama Jung. Aku mengangguk, mengizinkan dirinya melanjutkan ucapannya.
"Kepala Yoo bilang kalau Jung punya beberapa cerpen yang belum pernah dipublikasikan. Bisakah kau ke rumah Jung setelah makan siang dan membahas cerpen apa yang akan kita masukkan? Bagaimanapun, cerpen itu sudah harus ada besok siang"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Seventeen FF]Book of Love
Fiksi PenggemarBuku ini berisi 13 kisah cinta berbeda. Satu Bab akan membahas satu kisah member. Awalnya kisah-kisah di buku ini akan Alra post secara terpisah, tapi mengingat masih ada beberapa fict yang belum Alra selesaikan, dan takutnya ide ini akan Alra lupa...