Tok..tok..tok..
Terdengar suara ketukan dari luar pintu kamarku." Nak .. Bangun udah pagi, nanti terlambat loo. Sarapannya udah bibi siapin." suara tersebut terdengar tak lama setelah suara ketukan pintu. Seperti hari - hari biasanya bibi Sumi lah yang membangunkanku, bukan mamaku.
" iya bik, Lala bangun" sahutku singkat.
Sambil mengucek ucek mata, aku duduk ditepi ranjang. Biasa lah.. Ngumpulin nyawa dulu. Hehe
.
.
Setelah aku ngrasa kalo nyawaku udah kumpul, aku segera beranjak dari ranjang empuk yang selalu menggidaku buat tidur lagi. Lalu aku mandi dan bersiap-siap berangkat ke sekolah tercintaku.Aku udah rapi nih dengan seragam abu-abu putih, serta rambut panjang yang terurai. Eeiits.. Jangan sampe lupa poles sedikit wajah dengan bedak padat serta sedikit olesan lipblam agar bibirku gak kering. Aku mah ngak rempong orangnya.
Aku langsung tancap ke meja makan. Aku kaget banget karen tumben mama dan papa bisa nemenin aku sarapan pagi ini.
"Pagi sayang.. Sini duduk dekat papa" sapa papaku sambil melambaikan tangan menyuruhku untuk duduk disampingnya."Tumben papa sama mama bisa nemenin Lala sarapan , kok belum berangkat ke kantor sih?" tanyaku kepada kedua orang tuaku.
" Gak ada apa apa nak, cuma mau nemenin kamu aja. Jarang sekali kita bisa sarapan bersama kan?" sahut mamaku.
"Ooo.." jawabku singkat, singkat banget malah.Setelah selesai makan, aku berpamitan kepada kedua orang tuaku.
" Ma, pa, Lala berangkat dulu " pamitku sambil mencium punggung tangan dan pipi orang tuaku.
" Baiklah.. Hati-hati ya sayang.."
Jawab papa dengan nada lembut.
Kami pun berpisah dan pergi meninggalkan rumah untuk kepentingan masing masing. Aku naik ke mobil dan pergi ke sekolah diantar sama Pak Man supir keluargaku. Sedangkan mama dan papa berangkat naik mobilnya masing - masing, Dan menuju kantornya masing-masing.Aku sekolah di SMA favorite di Bogor. Sekarang ini aku kelas XI jurusan ipa. Aku ini termasuk anak yang pintar dikelas, bahkan selalu juara paralel di sekolah.
Sesampainya disekolah aku turun dari mobil, dan berjalan memasuki sekolah.Di halaman sekolah tiba - tiba aku dikagetkan dengan seseorang.
" Heeey.."
" Ehh.. Elu hil, ngagetin gue aja" seruku sambil memasang wajah sebel. Aku emang sebel banget kalau dikagetin, rasanya jantung ini kayak mau berhenti.
"Gitu aja kok marah sih mei.. Kan gue cuma becanda doang." kata Hilda.Hilda adalah sahabatku. Dia sekelas denganku, sebangku malah. Dia lah tempatku mencurahkan isi hati ketika sedih.
Aku dan Hilda masuk ke kelas dan duduk dibangku kami.Kriing.. Kriing.. Kriing..
Bel berbunyi pertanda jam pertama segera dimulai. Dan yang paling membuatku badmood, sekarang waktunya matematika. Yang bener aja, masak pagi pagi gini udah suruh ngitung ini ngitung itu. Ditambah lagi guruku matematika yang namanya gue samarkan ini sangat killer.
.
Setelah tiga jam berlalu, waktu istirahat pun tiba. Pelajaran ini membuatku lapar.
" Hil.. Ke kantin yuk, laper nih!!" ajak ku kepada sahabatku hilda.
" ayok deh " jawab Hilda sambil berdiri.
Aku juga mengajak Aisyah untuk makan dikantin.
"Lo ngak laper ya Aisyah?" tanyaku.
" Laper sih" jawabnya.
Mendengar jawabannya, aku langsung aja gandeng Hilda dan Aisyah.Aisyah adalah sahabatku yang paling alim. Taat banget sama agamanya, dia selalu mengenakan jilbab dimanapun dia pergi. Katanya dia sudah berjilbab sejak SD.
Aisyah berkulit putih, berperawakan kecil. Imut - imut gitu deh pokoknya. Aisyah sangat pendiam, beda banget sama aku yang pecicilan. Meski berbeda kepercayaan dan sifat
kita tetep kompak. Dia itu baik banget, selalu bisa ngertiin aku.Dikantin aku sama kedua sahabatku becanda gila-gila an. Aku adalah tipe orang yang humoris, nggak suka banget kalau banyak orang tapi pada diem. Jadi aku buat semua orang bisa tetawa lepas dengan candaanku.
Hanya di rumah kedua ini aku bisa tertawa lepas, sedangkan dirumah aku nggak ada temen buat becanda. Mama dan Papaku juga nggak peduli sama aku. Paling - paling cuma bibi Sumi yang menemaniku. Itupun juga gak terlalu asik, karena kami tidak seusia. Perbedaan itulah yang membuat gue canggung terhadapnya. Karena apabila berbicara dengan orang yang lebih tua ada batasan - batasan yang tidak boleh aku lampaui, apalagi kepada orang yang merawat gue sejak masih bayi.
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Happy reading readers..
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta dalam Perbedaan
Fiksi RemajaAku merasakan perbedaan antara aku dan Rendy semakin nyata. Aku tidak ingin hal yang terjadi dengan orangtuaku terulang lagi kepadaku. Aku mencoba melupakanya namun aku tidak sanggup. Rasa ini sangat dalam tertancap dihatiku. Melihat matanyapun aku...