LIMA

1K 72 40
                                    

"Lo ngajakin gue ke mana sih?" ucapku saat menuruni sepeda motor milik Aby. Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar. Hanya ada pepohonan yang berdiri kokoh di sini.

Aby ikut turun juga dari motornya. "Nggak ke mana-mana. Cuma duduk-duduk doang lihat sunset."

Aku memelototkan mata. "Kurang kerjaan tau nggak, By!"

"Udah tenang aja, lo pasti suka." ujarnya yang diiringi dengan senyuman misteriusnya.

"Badmood gue," aku menatapnya tajam.

Tanpa membalas ucapanku, Aby memegang pergelangan tangan kananku lalu membawaku hingga ke suatu tempat. Yang aku ketahui ini adalah di atas bukit yang dipenuhi dengan pepohonan.

"Diem aja, ntar juga ngerti."

Hingga akhirnya Aby memberhentikan perjalanan kita di depan lautan yang bila dipandang oleh mata, airnya berwarna biru. Belum menyentuh airnya saja, aku sudah merasakan hawa sejuk menerobos masuk ke dalam kulitku, hanyut ke dalam nadiku, kemudian menyatu dalam darah-darahku.

"Katanya pengen punya temen yang baikin pas lagi badmood, nih udah gue baikin kan," Aby tertawa, padahal menurutku tidak ada yang lucu sama sekali.

Aku kembali teringat pada kirimanku di LINE. Aku menuliskan bahwa aku ingin punya teman yang mampu membuatku merasa baik-baik saja di kala suasana hatiku sedang buruk, bukan menambah buruk suasana hatiku. Dan yang tidak sama sekali aku sangka adalah mengapa dari sekian banyak orang yang ada, harus Aby yang selalu ada untukku?

"Lihat, Kei, ke arah mataharinya. Keren ya?" tanya Aby di saat matahari mulai tertutup seluruhnya.

Aku menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Aby. Perlahan, ujung bibirku tertarik ke atas. "By, ini keren banget!"

Dari atas bukit ini aku dapat menikmati pemandangan hijaunya perbukitan juga birunya laut. Dari sini, aku juga dapat melihat bagaimana semesta menyuguhkan garis senja yang menembus cakrawala. Perlahan namun pasti, matahari mulai menyembunyikan dirinya entah ke mana.

"Great! Lihat sunset bareng Bidadari," Aby menoleh ke arahku.

Aku tersenyum lagi. Bagus. Setidaknya, masih ada satu orang yang peduli kepadaku di saat berjuta-juta orang sedang mengabaikan aku. "Terus, kita mau ke mana lagi?"

"Lo maunya ke mana?" tanya Aby lagi.

"Pulang, mungkin?"

"Nggak mau jalan dulu?"

"Nggak, udah malem gini. Mau belajar gue."

"Ah, calon istri yang baik."

Seperti disambar petir, aku kaget setengah mati. "Hah?"

Aby terkekeh. "Ayo, gue anterin lo pulang."

***

Setelah aku sampai di rumahku, aku merebahkan diriku ke kasur. Satu kata yang terlintas di pikiranku saat ini; nyaman. Entah nyaman karena apa, aku tidak tau.

Tidak berapa lama, ponselku bergetar. Aku sudah menebak kalau itu Aby, karena tadi saat dia berpamitan untuk pulang, aku menyuruhnya untuk mengabariku jika dia telah sampai.

Aby Rahardika: Hai, Bidadari! Gue udah sampe rumah.
Aby Rahardika: Dan juga, selamat malam! Jangan lupa makan malam ya. Hati-hati. Jaga diri baik-baik.

Keira Shabira: Alhamdulillah. Tadi udah makan kok gue. By the way, terimakasih ya, By, buat hari ini.

Aby Rahardika: Nggak masalah kok. Langsung belajar ya, jangan keluar malem kalo nggak penting. Bidadari nggak baik keluar malem.

Aku membaca pesan dari Aby. Senyuman mulai menghiasi wajahku. Aku tidak tau perasaan apa ini namanya, namun aku menemukan satu jawaban.

Aku merasa nyaman karena Aby ada di dekatku.

Namun entah kenapa, aku menjadi takut akan satu hal. Aku takut Aby pergi dari hidupku kapan pun dia mau. Aku takut jika nantinya Aby menjauh di saat aku sudah terlanjur menitipkan hatiku padanya. Aku takut jika nantinya Aby meninggalkan aku di saat nantinya aku merasa aku butuh dia. Aku takut itu semua terjadi.

Dan yang paling aku takutkan adalah, dia berubah tanpa adanya alasan.

Aku mengerti bila nantinya yang tinggal akan segera pergi, entah kapan dan bagaimana caranya. Tapi, apa aku siap jika nantinya Aby yang belakangan ini mengisi hari-hariku pergi meninggalkanku di saat aku mulai jatuh hati kepadanya?

Aku tidak mengerti mengapa tiba-tiba aku berpikiran seperti ini. Hanya saja, aku takut. Aku takut membayangkan betapa datarnya hidupku bila hal terpenting dari hidupku lenyap begitu saja. Aku... aku tidak mengerti.

Keira Shabira: Gue emang Bidadari, makasih, hm.

Aby Rahardika: Iya-in aja. Lo senang, gue juga senang.

Keira Shabira: Apa sih, ngikut mulu dari tadi. Kayak itik ngintilin emaknya mulu. Jangan-jangan lo fans gue ya.

Aby Rahardika: Iya, iya-in aja biar lo seneng. Kan kalo lo sedih gue juga yang repot.

Keira Shabira: BEGO BEGO BEGO.

Aby Rahardika: LO LEBIH LO LEBIH LO LEBIH.

Keira Shabira: Biarin gue bego, intinya gue kayak Bidadari, hm.

Aby Rahardika: Jika kita saling mencintai, kenapa tidak? Tidak ada yang mustahil untuk yang saling cinta. Sorry, dibajak temen.

Keira Shabira: By, kok gue ngakak ya.

Aby Rahardika: Cinta terhalang cucian berat? Pakai Easy.

Keira Shabira: Idih, promo, By?

Aby Rahardika: Iya nih, lagi di-endorse gue, Kei.

False HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang