PROLOG

3.2K 129 48
                                    

Mataku menyapu setiap sudut ruang yang aku lewati. Aku melihat daun-daun menari dengan lincahnya, angin-angin saling berkeliaran ke sana ke mari, serta kicauan burung-burung yang seakan menyuruhku untuk bernyanyi seperti mereka.

Aku menarik ujung bibirku ke atas ketika mendengar ataupun melihat orang-orang memanggil namaku atau hanya sekedar tersenyum kepadaku. Hingga akhirnya aku melihat perempuan yang sedari tadi aku cari, aku berhenti di depannya.

"Tumben, jam enam udah berangkat," ujarku ketika sampai di depannya.

"Gue hari ini kan piket, Kei," jawabnya lalu mengeluarkan tisu dari dalam sakunya, lalu mengelapkan ke wajah putihnya itu.

Apa perlu aku memperkenalkan diriku? Baiklah. Namaku Keiratna Shabira. Aku baru menginjakkan kakiku di kelas sepuluh. X IPA 5. Ya, itu rumah ke duaku selama satu tahun ini.

Dan dia, perempuan yang berdiri di hadapanku dan membawa gagang sapu itu adalah Athena Fransisca, sahabat karibku. Kata orang, gaya bicara kita mirip. Sama-sama frontal dan blakblakan. Namun bedanya, aku lebih kalem. Katanya begitu.

"Ya udah, gue masukin tas ke kelas dulu ya," ucapku yang kemudian direspon anggukan oleh Athena.

Aku berjalan menuju bangku yang biasanya aku duduki. Lalu kemudian--

"ABY!" Aku membelalakkan mataku saat aku melihat tumpukan kertas di mejaku. Siapa lagi kalau bukan Aby? Cowok sialan yang berani-beraninya mengganggu hidupku belakangan ini.

Aku mengambil kertas-kertas itu dari mejaku. Aku tertawa miris ketika membacanya. Semua kertas itu bertuliskan satu kalimat yang sama. Tiga kata yang sama. Tidak ada bedanya satu sama lain. Apa tidak pegal tangannya menulis di kertas sebanyak ini? Mungkin cowok itu sudah sinting.

"Selamat pagi, Bidadari!"

Aku mendongak mendengar suara itu. Aku menyobek kemudian menghamburkan kertas-kertas itu kepada pemilik suara itu. Jangan salahkan aku. Salahkan saja pada cowok sialan yang berada di hadapanku ini.

"Kenapa sih, Bidadari? Pagi-pagi udah marah-marah gini?" tanya cowok itu, Aby, yang masih terlihat tenang.

"Lo itu--"

"KEIRA!"

Aku menoleh ke pintu kelas. Aku mendapati Athena yang sudah menekuk tangannya di pinggangnya. Oh, Tuhan. Lagi-lagi harus berakhir seperti ini.

Aku berjalan lesu ke belakang kelas. Mengambil salah satu sapu. Aku menggerutu. Lelah. Ya, aku lelah karena setiap pagi aku harus menyapu karena ulahku. Baiklah, bukan sepenuhnya ulahku. Salahkan saja pada cowok sialan itu yang setiap pagi selalu mengirimiku banyak kertas warna-warni bertuliskan tulisan yang sama. 'Selamat pagi, Bidadari!'. Menyebalkan sekali, bukan?

Aku mulai menyapu dengan kasar. Bahkan mungkin tidak cocok kalau disebut dengan sebutan 'menyapu'. Lebih pantas jika disebut 'merusak sapu'.

Dan yang lebih menyebalkan lagi, cowok itu, Aby, berdiri di depanku kemudian meraih sapu yang aku genggam. "Sini aku sapuin."

False HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang