unpredictable

14 1 0
                                    

Dan

"Anjir! Sumpah ini kerjaan siapa? Sampah! Ga guna masang di mading hal kayak ginian! Ga pantes! Apalagi buat gue yang masih di bawah umur."

Teriak gue, pede. Langsung gue cabut artikel itu dari akarnya. Bodo amat sisa sisa kertas masih nempel disitu yang penting artikel itu gaada yang baca lagi. Apalagi guru.

---------------------------------------
"Kenapa bisa ada artikel gajelas kayak gitu sih di sekolah? Ga pantes tau ga!"

Kenalkan gue adalah Wakil Ketua OSIS di sekolah gue. Garang kan? Ya emang. Gua cuma kalah 1 vote dari Andri, ketua OSIS sekolah ini. Tapi ya, gue tetep kalah.

"M...maaf Tir. Gua yang piket hari ini. Gua gatau bakal ada kejadian kayak gitu."

"Ya siapa sih yang bakal tau ada kejadian kayak gitu! Lagijuga ini bukan cuma salah yang piket hari ini. SALAH SEMUA! Buat apa kita capek capek kerja tapi hasilnya? Kecolongan juga kan."

"Yaudah Tir, sabar. Jan terlalu esmosi." Kata Ketos. Andri.

Suasana rapat OSIS kali itu berjalan sangat alot. Lebih dari daging bebek.

Sangat berapi api. Lebih dari orang abis patah hati.

Gua gasuka OSIS MPK yang harusnya jadi pelindung, penyalur aspirasi anak anak satu sekolah malah jadi bahan celotehan yang tercoreng bukan karena salah dari mereka.

For whoever that posted that thing, you are a useless person.

--------------------------------------
Keesokan harinya,

"Do, jangan sampe masalah itu di ketahui masyarakat sekolah ya. Everybody in here."

Gua dan Rido bercakap cakap di depan kelas gua. Mata gue natap Rido serius banget. Kayak mau ngerancang BOM. Tepat di bangku koridor sekolah. Kebayang kan orang ngobrolin rancangan bom di koridor sekolah?

"Yo siap."

Pandangan mata Rido masih menatap layar hpnya. Entah lagi buka aplikasi apa. Aplikasi bom kali. Hah receh.

"DO IH!"

"TATAP MATA GUE!" tegasku. Kesal mungkin.

"Eh... eh.. iyaa Waketos." tuturnya. Sedikit mengarahkan matanya padaku.

"Kantin yuk. Males gua disini." Lanjutnya. Sambil narik tangan kanan gue.

"Ya."

Langsunglah kami pergi dari koridor sekolah yang menjadi saksi perbuatan tidak senonoh Rido yang entah sengaja atau tak sengaja membaca diary sialan itu.

----------------------------------------------

"Ada apaan kemaren? Osis heboh amat." Celetuk Rido. Sambil menyeruput jus mangga nya. Seger banget sih keliatannya.

"Itu si Ghina, ketahuan udah ga perawan." Kataku, gamau kalah menyeruput jus stroberi+naga ku.

"Oh ketahuan. Mampus." Kata Rido. Ngomongnya muncrat.

"Woles bang! Gua berasa fans fans anarkis yang kena semprot semprotan air. Gapapa sih sekalian mandi." Langsung gua bersihkan muka gua yang terkena semprotan jus mangga nya. Sedikit sih. Pengen nambah lagi? Bayar.

"Hahaha. Sorry. Rambut lu kena jus gua juga tuh." Sambil menunjuk ke rambut gua.

"Bersihin kali bro."

"Iye iye sini. Baru mau dibersihin udah ngomong ae."

"Udah." Sambutnya setelah 2 menit bersihin rambut gua. Lama amat ya, sekalian nyari kutu kayaknya.

"Makasih. Btw, lu udah kenal Ghina lama kan?"

"Ya. Temen kecil gua. Ketika gua masih segede botol."

"Apanya?"

"Kakinya."

"Ha-ha. Ga lucu ah." Dan ku meletkan lidah ku ke arahnya.

"Yeh. Yaudah. Cabut yu, pulang. Udah di teriakin suruh pulang daritadi ama Mang Jaka."

"Supir lu udah nungguin daritadi? Gila bukannya pulang."

"Ye nungguin ratu ngomong, Tiara Almesya." Sambil senyum ke arahku.

"Manis amat." Celetukku, ga sengaja.

"Emang." Jawabnya, seraya senyum. Lagi.

"Maksud gua jusnya yang kemanisan. Diabetes gua gini mulu mah." Dan gua palingkan wajah gua darinya. Malu lah, bro sist.

"Yeh. Pulbar?"

"Yaudah kalo ga ngerepotin. Makasih dulu nih."

"Yok. Cabut."

*****

Continue? Vote and comment!

Sucks FeelingWhere stories live. Discover now