8.

84 4 0
                                    

Langit Jakarta yang cerah. Bulan dan bintang terlihat akrab dengan langit hitamnya. Aku mulai menuliskan sebuah nama yang akhir-akhir ini membuatku tersenyum tanpa alasan, membuatku lupa bahwa ada luka sebelumnya, membuatku lupa bahwa luka bisa saja datang kapan saja.

"Assalamualaikum?"

"Waalaikumsalam Sal, kenapa?"

"Gapapa, gue cari temen aja. Sepi banget nih hp gue."

"Sedih banget dah. Sini gue temenin." Kata Ari di seberang saja. Suaranya lucu, seperti sedang menggodaku. "Eh gimana lo sama Zidan?"

Masih aja ya nanyain Zidan. Gue tuh udah lupa sama dia gara-gara elo.

"Gimana apanya?" Tanyaku datar. "Yah biasa aja sih."

"Masih ngarepin dia gitu?"

"Enggak. Btw lo juga masih ngarepin Fira juga?"

"Cepet banget sih lupainnya?" Jeda. "Kok gue susah banget ya lupain Fira." Terdengar Ari menghembuskan napas panjang.

"Oh gitu ya?" Aku berpura-pura menguap panjang. "Gue ngantuk tiba-tiba nih. Gue tidur ya.

Telepon terputus sepihak.

Rasanya sakit ya. When I love someone, but he's loving someone else.

...
" pagiii Sal!!" Sapa Aira mendadak. Sempat membuat Salsa jantungan, mati di tempat.

"Berisik banget sih! Masih pagi nih." Jawabnya jengkel.

"Maafin elah, biasanya ya gini. Kenapa tuh muka ditekuk kasar Sal? Hahaha!" Tawa Aira memudar ketika melihat reaksi Salsa tetap sama. Miris, menyedihkan. "Sal?"

"Lo tau gimana rasanya diistimewakan? Padahal dia datang cuma cari teman karena kesepian?"

"Oh lo ngutip dari kata-kata ini ya. Ekhem!" Aira berbatuk kecil. "'Jika kamu hanya datang dikala kesepian maka jangan bawa aku ke dalam suasana dimana aku merasa diistimewakan.'"

"Hmm..." Salsa bernapas panjang. "Capek gue diberi harapan mulu, tanpa kepastian yang jelas."

"Sab-"

"Kalo lo mau bilang sabar, gue ga butuh itu Ra. Gue cuma tau kalo cinta gue bertepuk sebelah tangan."

Salsa berjalan cepat, meninggalkan sahabatnya yang termenung kebingungan.

"Sebegitu galaunya ya lo gara-gara Ari." Aira segera berjalan menyusul Salsa.

...

"Sal lo kemaren kok tiba-tiba tidur?" Tanya Ari ketika Salsa sampai di kelas.

"Penting sekali?"

"Ya kan gue tanya. Takutnya lo tiba-tiba galauin si itu hehehe"

" ha-ha lucu banget Ri." Salsa tertawa sumbang. Tidak ingin ikut dalam tawaan Ari.

"Lo kenapa sih Sal?"

"Udah ah gue mau belajar deh, ntar ulangan."

"Ulangan paan?kita kan free hari ini."

"Lintas minat"

"Ini kan hari rabu, Sal."

"Bodo amat!!" Suara Salsa nyaris teriak. "Pergi sana duh!"

Kamu tau sistem SNMPTN? Bagi sekolah berakreditasi A, 75% dibolehkan mendaftar dan sisanya tidak. Padahal 25% itu belum tentu kalah dari si 75%, tapi untuk sekadar mendaftar saja, mereka tidak diperbolehkan.

Begitulah Salsa kepada Ari. Untuk sekadar mengharapkan saja, sudah tidak diperbolehkan. Apalagi mencintainya. Bedanya, Salsa sudah benar-benar tidak akan menang untuk masuk ke dunia Ari. Jadi akan lebih baik bila mundur saja perlahan.

But, you know.
It hurts to let go, but it hurts more to hold on.

PretendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang