[]
"FEY! Gue udah lama suka sama lo, mau jadi pacar gue nggak?"
Sorak sorai dari siswa-siswi SMA ter-elit se-Ibu Kota membuat suasana lapangan terasa makin riuh. Bahkan ada beberapa siswa yang tidak segan-segan berteriak toa, menambah suasana.
"Terima! Terima! Terima!"
Seolah ada yang memandu, kerumunan siswa-siswi itu menyoraki Gerrald yang memegang sebuket bunga mawar merah tepat di depan seorang gadis semampai yang mengulum senyum.
"Ya, gue mau." Belum sempat Fey menghembuskan nafas, Gerrald langsung memeluk gadis itu.
Sorak-sorai makin membahana taktala Fey menerima buket mawar. Gerrald berkali-kali berterimakasih pada Fey yang tersenyum.
Kecut.
[]
Baru beberapa hari yang lalu sekolah terasa riuh karena penembakan Gerrald pada Fey, tetapi hari ini bahkan sekolah makin gempar karena kabar dari pasangan yang baru menginjak lima hari bersama itu.
"Gerrald, kita putus ya," ujar Fey datar. Tepat di tengah-tengah kantin yang sedang ramai-ramainya.
Satu kantin langsung hening karena suara Fey yang sedikit keras itu. Bahkan, para penjual makanan dan minuman sempat terhenti dari pekerjaannya.
Wajah Gerrald langsung berubah pias.
"L-loh, kenapa Fey? Kita baik-baik aja bukan?"
Fey mengabaikan perkataan Gerrald dan langsung beranjak pergi dari kantin. Saat kaki Fey sudah menginjak luar kantin, suasana langsung kembali seperti biasa.
Seolah tidak terjadi apa-apa. Kecuali dengan Gerrald yang masih terpana dengan kepergian Fey.
Fey Alvionita, seorang heartbreaker ulung dari SMA ter-elit se-Ibu Kota, baru saja melancarkan aksinya.
[]
Kapas-kapas yang sudah berubah warna menjadi merah muda dan ungu itu, tersebar tak beraturan di atas meja rias tersebut.
Fey menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah seorang gadis yang terlihat kusam dan kuyu.
Biasanya, mata Fey akan terlihat indah dengan tambahan eyeliner, eyeshadow, dan berbagai macam kosmetik lainnya.
Biasanya, pipi tirus Fey yang berjerawat akan tertutupi oleh bedak dan terlihat cerah dengan blush on yang berwarna merah muda.
Biasanya, bibir Fey yang berwarna gelap dan pecah-pecah, akan tertutupi dengan liptint berwarna pink cerah.
Biasanya, kulit wajah Fey yang aslinya tidak cerah, berwarna agak gelap, tertutupi oleh bedak tebal yang anehnya tidak disadari orang-orang.
Mungkin ini karena bakat menggunakan make up dari ibunya yang menurun padanya.
Sedikit orang yang mengetahui kalau Ibu seorang Fey Alvionita adalah seorang make up artist papan atas.
Fey adalah penganut paham seperti ini :
Kalau kau tak cantik, tidak akan ada orang yang menyukaimu, mau sebaik apapun dirimu, kau hanya akan diperalat orang lain pada akhirnya.
Memilih diperalat atau memperalat?
Fey selalu beranggapan kalau munafik jika kau menyangkal paham Fey itu. Lihat saja berapa banyak orang-orang yang menjual tubuh mereka demi sepeser koin yang akan habis?
Lihat saja berapa banyak orang yang ditindas secara tak langsung hanya karena kekurangan fisik mereka?
Lihat saja betapa transparannya orang-orang bertampang rata-rata yang berusaha untuk tetap menjadi baik hati.
Toh pada hakikatnya, manusia menyukai keindahan. Jadi, berhentilah menyangkal kenyataan pahit itu.
Fey meraih kotak kosmetiknya dan mulai memoleskan alas bedak dengan sangat hati-hati. Setelah sebelumnya melirik ponsel di atas meja.
Gerrald : Fey, bisa kita ketemuan? Buat ngomongin semuanya baik-baik, aku masih sayang sama kamu
Lihat? Orang-orang hanya melihat tampilan luar saja. Hanya segelintir yang peduli isi di dalamnya.
Fey tersenyum masam. Mematahkan hati manusia bodoh itu untuk kedua kalinya sepertinya terdengar menyenangkan.
[]
MAKE UP
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamuflase [5/5 END]
Short Story[CERPEN] Aku akan menceritakanmu sebuah kisah. Kisah tentang betapa kejamnya dunia ini, menggilas orang-orang dari kalangan bawah. Kisah tentang betapa uang menjadi sesuatu yang jauh lebih dielu-elukan daripada kemanusiaan. Kisah tentang betapa miri...