[]
"KAPAN LO MAU BAYAR SEMUA UTANG-UTANG LO, HAH?!"
Aku menutup kedua telingaku dengan telapak tangan. Meskipun percuma saja, suara ibu paruh baya itu tetap terdengar menggelegar di telingaku.
"Maaf, Bu, minggu depan pasti saya bayar," ujarku dengan nada sememelas mungkin.
Ibu paruh baya itu bernama Bu Imah. Setengah menahan amarah, Bu Imah hanya membanting pintunya tepat di hadapanku.
Pupus sudah harapanku untuk meminjam uang padanya. Baru saja aku akan berbalik untuk pulang ke rumahku yang hanya berjarak beberapa langkah dari rumah Bu Imah, sebuah bohlam muncul di atas kepalaku.
Ide brilian muncu. Aku masih punya option lain.
Meskipun yang satu ini agak beresiko, sih.
[]
Remang-remang seperti biasanya. Tetapi, aku sama sekali tidak takut.
Berbekal beberapa lembar uang yang jumlahnya tidak seberapa, aku memasuki ruangan sempit itu dengan percaya diri.
Seketika, tatapan semua orang yang asyik tertuju pada dadu-dadu mungil di depan mereka langsung teralihkan padaku.
Senyum mereka melebar.
"Wow, the Queen of Gambling is here, guys! Welcome to home, Alea Azalia," ujar seorang pria kekar berotot.
Aku tersenyum. Ya, tidak akan ada yang menyangka bukan kalau seorang queen-bee yang terkenal seantero SMA ter-elit di Ibukota, adalah seorang pejudi yang handal?
[]
"Al, Al, liat deh, ini lucu banget!"
Aku menoleh malas pada Kina yang menunjukan salah satu halaman di majalah yang sedang beken.
Gambar jam tangan berwarna ungu transparan dengan kilauan yang mempercantik benda itu.
Fani ikut melongok pada gambar jam itu dan aku hampir meringis jijik saat mendapatinya hampir meneteskan air liurnya.
Kina berseru heboh dengan Fani karena Fani ikut menyetujui kata-kata Kina barusan tentang betapa lucunya jam itu.
"Astaga, seseorang tolong beliin gue ini," ujar Kina dengan mata terarah padaku.
Tiba-tiba, Alice datang menghampiri dan berujar lantang.
"Mall yuk, guys!" Kina dan Fani bersorak heboh seolah mendapat lotere milyaran rupiah.
Aku hanya tersenyum masam dan meraba saku rok-ku. Yah, menghabiskan beberapa ratus ribu tidak masalah kan?
[]
"Whoaaa! Makasih Alea sayang! Muah! Lo dijemput sama supir kan? Maaf ya gue ga bisa nemenin ke jalan yang itu, soalnya arah rumah kita berlawanan!" Aku langsung menutup mulut Kina dengan tangan.
Telingaku sudah tidak tahan mendengar ocehan tidak bergunanya.
"Ya ya ya, kalian juga hati-hati ya, gue duluan," ujarku sambil melambaikan tangan pada Alice, Fani, dan Kina yang baru saja menyetop sebuah taksi.
Setelah mereka semua pergi, aku melanjutkan langkahku menyusuri trotoar.
Berjalan kaki selama hampir satu jam benar-benar membuat kakiku pegal! Yah, aku tidak punya pilihan lain karena ... isi dompetku benar-benar terkuras habis karna membelikan 'teman-temanku' barang-barang yang mereka inginkan.
Untungnya, kemarin malam aku menang dalam perjudian itu, kalau tidak, aku terpaksa harus mengarang berjuta alasan untuk membuat Kina yang kepo berlebihan berhenti bertanya alasanku bolos dari jadwal shopping bulanan kami.
[]
Rumah petakan itu terlihat sangat sempit. Tetapi mau tak mau, aku harus kembali ke sana. Atau mau tidur di mana aku malam ini?
"Kamu tuh! Kerjaannya keluyuran terus, mau jadi anak apa kamu hah?!"
Aku terus berjalan mengabaikan seorang pria paruh baya dengan rokok terselip di bibirnya langsung menyambutku dengan kata-kata kejinya.
Aku langsung membanting pintu setelah sampai di kamar yang sangat sempit. Bahkan tidak ada kasur disana. Hanya ada karpet usang tempatku setiap malam tidur.
Haha, inilah kehidupan sebenarnya dari seorang Alea Azalia.
Shocked enough?
[]
KEKAYAAN PALSU
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamuflase [5/5 END]
Cerita Pendek[CERPEN] Aku akan menceritakanmu sebuah kisah. Kisah tentang betapa kejamnya dunia ini, menggilas orang-orang dari kalangan bawah. Kisah tentang betapa uang menjadi sesuatu yang jauh lebih dielu-elukan daripada kemanusiaan. Kisah tentang betapa miri...