JIMIN PART [GO HOME]

512 9 0
                                    

||Go Home || Jimin Park || Jihyun Nam || OneShot ||

Desiran angin menambah kantuk Nam Jihyun, ia menguap entah yang keberapa kalinya, ingin ia beranjak dari meja belajarnya namun tumpukan tugas memaksanya untuk tetap setia bersama komputer dihadapannya. Ia lirik jam yang bertengger di dinding. Sudah larut, pikirnya.

Ia menghela nafas jengah kala disadarinya tugas dihadapannya semakin sulit saja. Angin malam semakin dingin dirasa, ia putuskan untuk menutup jendela bergorden putih tersebut.

Terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya, siapa yang bertamu selarut ini? Jihyun mengintip dari balik gorden, terlihat sesosok namja keluar dari mobil dengan ransel besar dipunggungnya, ia tercengang sesaat, kemudian senyum manis terbit diwajahnya, disusul dengan matanya yang menyamar layaknya bulan sabit.

Ia berlari kearah cermin, merapikan rambutnya dengan sisir birunya, menambah jepit rambut berbentuk pita disisi kanan kepalanya, bermaksud menambah kadar manis yang sudah ada didalam dirinya.

Jihyun menatap cermin lekat, meratapi betapa sempurnanya dirinya, bahkan tanpa bantuan make up sedikitpun. Ia meraba pipinya hingga leher jenjangnya, kemudian matanya beralih pada jepit rambut yang baru saja ia kenakan.

"Aku tidak butuh ini untuk menarik perhatiannya." Ia melepaskannya, menaruhnya kembali bersama jepit rambut yang lain, Jihyun segera berlari mematikan lampu kamarnya, dan membaur bersama bantal, guling dan kasur. Ia tarik selimut putihnya hingga tertelan tubuhnya.

Derit suara pintu terdengar, langkah pelan dari seorang namja membuat Jihyun gugup dibalik selimutnya.

"Apa dia benar-benar tidur? Kenapa membiarkan komputernya hidup begitu saja." Suara Jimin memecah keheningan, namja itu meletakkan ranselnya, melepas jaket, topi dan masker penutup mulutnya. Jihyun menyingkap sedikit selimutnya, membiarkan matanya menangkap sosok Park Jimin yang sudah ia nantikan sejak 3 bulan yang lalu, kesibukan Jimin sebagai Idol yang rutin mengadakan konser diberbagai belahan dunia membuatnya sulit untuk sekedar bertemu dan minum teh bersama, mata Jihyun membulat seketika kala didapatinya Jimin membuka kaosnya, ia semakin tenggelam dalam selimut. Kamarnya senyap, bernuasa remang-remang, sumber penerangan hanya dari cahanya komputer yang masih menyala sedari tadi, Jihyun memberanikan diri untuk mengamati otot perut namja itu.

"Ternyata rumah ini bagus juga." Jimin berbalik mengamati sekeliling, gadis bermarga Nam itu dengan sigap menutup matanya rapat-rapat, berusaha agar tak ketahuan. Jihyun merasakan bahwa kamarnya semakin gelap, 'mungkin komputernya telah dimatikan', pikirnya.

"Jihyun-ah.." Bisikan itu terdengar jelas oleh telinganya, namun matanya masih setia terpejam.

"Saranghae.." Ia merasa Jimin begitu dekat dengannya, hembusan nafasnya telah menyatu dalam kulit lehernya, detik berikutnya sebuah kehangatan telah memeluknya, menjauhkan dinginnya malam dari tubuhnya.

"Hentikan." Lenguh Jihyun kala ia rasa sesuatu meraba bagian sensitifnya, gadis itu terbangun, ia menatap kekasihnya dalam gelap, matanya bagai bulan dilangit tanpa bintang.

"Wae? Ini kan malam pertama kita?" Keduanya terdiam gugup, sama-sama memikirkan apa arti dari malam pertama. Sepertinya Jimin salah dalam pemilihan kata.

"Maksudku, aku belum menempati rumah ini semenjak kita membelinya beberapa bulan lalu." Imbuh namja bermarga Park itu, seolah ingin meluruskan apa yang baru saja ia ucapkan.

"Jadi.. ini malam pertamamu, karena aku sudah menempati rumah ini sejak awal." Jihyun menyingkap selimutnya, ia beranjak menuju komputer, berniat menuntaskan tugas yang belum ia selesaikan.

"Tidurlah, perjalanan dari Seoul ke Busan pasti melelahkan." Kata Jihyun.

"Ne." Namja itu hanya menjawab seadanya, sepertinya ia kecewa karena gagal melakukan sesuatu terhadap gadis yang telah menjadi bagian dari hidupnya selama 4 tahun terakhir. Seharusnya malam ini ada sebuah sambutan untuknya, namun gadis ini membuatnya seperti ini adalah hari biasa.

"Jimin-ah, kenapa kau pulang kesini? Seharusnya kau kerumah orang tuamu." Jihyun memutar kursinya, memastikan bahwa lawan bicaranya belum terlelap.

"Ini kan juga rumahku, apa kau tidak ingat ak-"

"Baiklah, baiklah." Gadis berambut coklat itu segera memotong ucapan Jimin, ia rasa akan percuma saja mendengarnya, ujung-ujungnya namja itu hanya akan pemer bahwa ia yang mengurus segalanya tentang rumah ini.

Jihyun kembali fokus dengan tugas-tugasnya, suara Jimin pun tak terdengar lagi, mungkin sudah berada dalam alam mimpi, hanya dentuman jarum jam yang menemani Jihyun untuk tetap terjaga malam ini.

FIN'

BANGTAN BOYS LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang