ONE WAY LOVE [JODOH?]

295 7 0
                                    


One Way Love

-Jodoh?-

| Kim Taehyung | Jang Eun hee | Lee Min hye | Lee Haerin |Lee Donghae |

Author : jiaeratnas

Note : Real story of my life

Ketika ketidakmungkinannya sebesar 99,9%, jangan dulu menyerah pada 0,1%

Sudah larut, belum juga ia terlelap, masih saja bermain ponsel diatas kasurnya, belum juga ia belajar, padahal besok ada jadwal tes Bahasa Inggris. Sesekali ia tersenyum, membaca deretan pesan yang dikirim temannya, kemudian ia membalas, setelah itu ia mendapat pesan balasan, lalu dia membalas lagi, begitu seterusnya hingga tengah malam benar-benar datang.

'Eun hee, aku tidur dulu ya'

'Baiklah, sampai ketemu besok Min hye'

Gadis bernama Eun hee itu akhirnya melepas ponsel dari genggamannya, matanya tertuju pada sebuah buku bercover kuning di atas nakas, terbesit dihatinya untuk sekedar membuka buku dan membaca judulnya, mengingat besok ada tes yang harus dia jalani. Namun dengan mudah niat itu menguap entah kemana, ia lebih memilih pergi ke kamar mandi untuk sikat gigi, cuci muka, dan cuci kaki, kemudian tidur.

Adanya Tes, Ujian, Ulangan dan semacamnya adalah momen yang paling tepat untuk belajar, namun tidak demikian dengan sebagian pelajar di Korea, seperti Eun hee dan juga Min hye, yang lebih memilih sibuk dengan ponselnya sepanjang malam daripada serius baca buku. Bodoh? Tidak, hanya saja malas, namun meskipun malas mereka tetap bisa mengerjakan soal.

Selepas dari kamar mandi, Eun hee melihat Haerin teman sekamarnya, tengah sibuk menata beberapa buku untuk dimasukkan ke lemari, apa gadis ini selesai belajar? Tentu saja tidak, ia hanya sekedar merapikannya karena sudah berantakan tak karuan.

"Apa menurutmu besok aku bisa satu ruangan dengannya?" Haerin menghentikan sejenak aktivitasnya, menoleh kesumber suara, raut mukanya berpikir keras. Eun hee menyukai seseorang dari jurusan lain, mengingat begitu banyaknya mahasiswa, dan ruang kelas yang ditentukan secara mendadak, sangat sulit bagi gadis ini untuk bisa satu ruangan dengan seseorang yang ia suka, bisa melihatnya sekilas saja sebenarnya Eun hee tergolong beruntung, apalagi bisa berada di ruangan yang sama.

"Jika berjodoh, kau bisa satu ruangan dengannya." Cukup lama Haerin berpikir dan akhirnya keluarlah sebuah jawaban. Dan ada benarnya juga jawabannya, jika jodoh bisa saja bertemu meskipun situasinya sulit.

"Kalau seperti itu, aku tidak akan satu ruangan dengannya." Eun hee masih menatap Haerin, dengan buliran air diwajahnya yang belum kering.

Haerin turut terdiam, mengenaskan juga kalau dipikir-pikir, Eun hee tidak pernah menyukai seseorang selama 18 tahun ia hidup, sekali ia merasakan perasaan suka, ternyata terlampau sulit digapainya. Terkadang begitulah kisah cinta, setiap individu punya ceritanya masing-masing, ada yang sama, ada yang jauh berbeda, ada yang mengesankan, ada pula yang menyedihkan.

"Sudahlah, jangan pasang wajah sedihmu yang mengerikan, kau tidak lihat aku? Aku sudah lama tidak melihat senior Donghae, bahkan aku sudah lupa bagaimana wajahnya." Gadis kelahiran 98 itu memutar bola matanya malas, digapainya buku yang terakhir, untuk diletakkan diatas tumpukan buku yang baru saja ia susun rapi.

Mungkin adalah sebuah kesalahan gadis seperti Haerin berharap pada seorang Lee Donghae, seorang kakak kelas dengan predikat The King di kampusnya. Ia layaknya seseorang yang hidup di jaman purba dan berharap pergi ke bulan untuk menetap, terlalu tinggi angannya, terlalu jauh tujuannya, dan terlalu sulit diraihnya.

Boleh dikatakan mereka terlambat jatuh cinta, kala gadis seusia mereka sudah punya barisan mantan, mereka hanya punya satu orang yang sangat sulit dijangkau.

***

Matahari sudah menyapa bumi dari sejam yang lalu, Eun hee dan Haerin masih enggan keluar dari selimut, sesekali menggeliat mencari posisi yang lebih nyaman. Kamar mereka masih gelap, sepi senyap.

Eun hee membuka matanya, Tes Bahasa Inggris adalah yang pertama kali terngiang dalam otaknya, satu-satunya hal yang membuatnya panik adalah karena dia belum belajar. Ia raih buku bercover kuning di nakasnya, halaman demi halaman dibukannya, hanya sekedar dibuka bukan dibaca, ia ingin memastikan sebanyak apa kira-kira materi yang akan keluar di tesnya kali ini.

Ia membangunkan Haerin untuk segera bergegas, tidak belajar dan terlambat ketika ujian adalah sebuah kombinasi yang sempurna untuk membuat panik. Gadis bersurai hitam pekat itu melangkah ke kamar mandi, menjauhkan sisa kantuk yang masih menempel ditubuhnya.

Eun hee mendapati Rose berada di kamarnya bersama Haerin kala ia masuk ke kamar dengan handuk hijau yang melilit ditubuhnya.

"Hay Rose, apa jadwalmu juga jam 8?" Sekedar basa basi ia menyapanya.

"Iya, kita bisa berangkat bersama." Rose sudah rapi dengan seragam dan tas hitamnya.

"Iya, tentu saja." Jawab Eun hee seraya menuju lemari kuning di pojok kamar, matanya menilisik diantara tumpukan bajunya, mencari seragam berwarna biru untuk dipakainya hari ini.

Tidak ada yang saling bicara setelah itu, karena sibuk dengan urusan masing-masing, mata Eun hee menangkap sebuah buku terbuka di ranjang, mungkin Haerin baru saja belajar ketika ia mandi, kesadaran dirinya pun muncul, minat untuk belajarnya telah terbit, disambarnya buku tersebut, ia letakkan disampingnya, ia baca sebisanya sembari menaburkan bedak pada wajahnya.

Hari ini ia sudah membuat janji dengan Min hye, janji untuk berangkat bersama agar bisa diruangan yang sama, namun sepertinya gadis itu akan terlambat, Eun hee sudah meraih sepatunya di rak dan Min hye masih antri untuk mandi.

Orang-orang sudah berlalu lalang beraktivitas, jalanan tentu sudah sangat ramai dengan mobil yang melintas. Awan putih dan langit biru, Eun hee, Haerin dan Rose berjalan dibawahnya, langkah mereka semakin jauh dari rumah, dan membawa mereka semakin dekat dengan kampus. Mereka mengobrol dan tertawa sepanjang jalan, lupa bahwa sebentar lagi akan menempuh ujian.

Suasana sudah sepi ketika mereka sampai di depan kampus, tidak mungkin karena mereka berangkat terlalu pagi, ini pasti karena semua mahasiswa sudah berada di ruangan mereka masing-masing. Seorang petugas mengarahkan mereka bertiga untuk segera bergegas.

"Kalian di 302, cepat." Sebuah sambutan mereka terima kala sampai di lantai 3, Eun hee berada dipaling belakang, jantungnya meminta istirahat karena sedari tadi berjalan cepat, nafasnya memburu memaksanya berjalan lebih pelan, Haerin dan Rose memasuki ruangan terlebih dahulu, sementara Eun hee masih berusaha menstabilkan detak jantungnya. Namun usahanya gagal kala ia memasuki ruangan, yang dilihatnya pertama kali adalah Taehyung, pemuda yang selama ini telah mengambil hatinya, sekarang detak jantungnya jauh dari kata stabil, terus berdetak tak karuan, sepertinya ia butuh alat bantu pernafasan.

Sejenak Taehyung menatap mata gadis itu, kemudian ia kembali menunduk, pemuda itu lebih memilih melihat buku yang dipegangnya. Eun hee mendengus kesal, 'sombong sakali' pikirnya.

Matanya menangkap sebuah bangku kosong dibelakang, tanpa pikir panjang ia menuju kesana, mendudukkan dirinya dan mulai mengatur nafas, Haerin berada disebelahnya, gadis itu segera mengeluarkan buku untuk belajar sebelum tes dimulai.

"Haerin, Jodoh." Eun hee membisikkan sesuatu pada teman sekamarnya.

"Hah?" Haerin terliat bingung, wajahnya meminta sebuah penjelasan.

"Jika aku bisa satu ruangan dengan dia, berarti kami berjodoh." Eun hee tak henti-hentinya tersenyum, entah memang jodoh atau sekedar keberuntungan dari Tuhan, ia tak terlalu ambil pusing selama itu tak merugikannya.

Haerin mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas, mencari sosok Taehyung yang dibicarakannya semalam, ia tersenyum ketika mata bulatnya berhasil menemukannya.

"Ya, jodoh." Bisiknya.

Ini adalah saat-saat terindah untuk dikenang, dimana hal-hal sepele berhasil membuatnya tak henti-hentinya tersenyum, sebuah harapan kecil yang ternyata menjadi kenyataan karena kehendak Tuhan. Eun hee percaya ini bukan keberuntungan, melainkan sesuatu yang telah direncanakan oleh sang pencipta.

Ia tidak tahu apakah Tuhan benar-benar menjodohkannya dengan Taehyung atau tidak. Hanya satu hal yang Eun hee inginkan, menjadikan cinta pertamanya sebagai cinta terakhirnya.

.

.

FIN

BANGTAN BOYS LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang