Kediaman Tuan Rowlleyl

34 3 0
                                    

"Halim ingatlah jangan sampai kamu memperlihatkan kepayahan kita pada keluarga Van Derline. Ibu malu terlalu banyak berhutang budi pada mereka. Dann jangan jadikan persahabatan mu menjadi hal yang harus mereka bayar dengan uang."
Nasihat ibunya.
"Ia bu maafkan Halim"

"Kukuruyuk..."
Kokokan si Bima (ayam tetangga halim) membangunkan Halim dari mimpi indahnya di pagi buta.
"Ibu apa sudah azan subuh? " tanya halim yang masih berusaha membuka matanya.
"Sudah nak"

Ibu Halim selalu bangun pukul 3 pagi. Biasanya dia bertahajud untuk mengawali harinya. Setelah itu ia akan mendidihkan air, memasak nasi, dan menumis sayuran liar yang ia dapatkan sepanjang jalan pulang kemarin. Setelah adzan subuh berkumandang biasanya ia akan membangunkan Halim atau Halim sendiri yang bangun terlebih dahulu. Setelah melihat anak sematawayang nya selesai sholat ia akan langsung pergi ke perkebunan kopi.

Hari ini agak berbeda. Setelah Halim sholat ibu belum pergi ke perkebunan. Ia malah menyetrika baju Halim yang paling bagus.

Tuan Van Derline mengajak Halim ke Kediaman Tuan Rowlleyl,yang sedang merayakan ulang tahun salah seorang anaknya,Raffles yang hari ini akan berumur 12 tahun.

Halim di antar ibunya sampai Gerbang Kompleks perkebunan. Tak lama kemudian berhentilah 2 kereta hitam didepan Pandangan Halim.

Lalu tiba-tiba pintu kereta tersebut di buka dari dalam. tampaklah sosok tuan muda dengan rambut pirang yang di sisirnya ke belakang, juga tuan putri Cantik bermata biru tua jernih.

"Ayo naik" ajak Jannie

Halim mengangguk dan melangkah masuk.

"Jandris dimana Tuan dan Nyonya Van Derline? "Tanya Halim
"Mereka di kereta belakang".

Walaupun diiringi gerimis perjalanan itu penuh canda gurau ke 3 anak tersebut. Kebahagiaan mereka tidak Perlu syarat satu ras, satu kasta atau hal-hal Egois lainnya.

Sampailah mereka di mansion putih yang sudah ramai dengan kereta-kereta lainnya. Alunan musik halus dari gramophone sudah terdengar.

Tuan-tuan Belanda asik mengobrol sembari menghirup cerutu mereka. Bocah-bocah berkulit putih berlalulalang di sekitar mansion besar itu. Bocah-bocah itu berusia sekitar 10 sampai 14 tahun. Baju mereka sangat indah bahkan baju terbaik halim yang sudah susah payah ibunya siapkan tampak kusam dan butut.

Kereta akhirnya berhenti sang kusir turun lalu membukakan pintu kereta tersebut.

"Cepatlah turun Halim aku sudah tak sabar lagi untuk makan!" Ucap Jandris

Tanpa banyak bicara Halim segera turun dari kereta kuda. Bau sedap langsung memenuhi hidung Halim yang mungil itu. Bau makanan yang baru kali ini ia menciumnya.

"Hei jandris jangan injak gaun ku " teriak Jannie yang tampak sangat kerepotan dengan gaun.sepatu.hiasan rambut dan kipas besarnya.

"Pfftt " Halim dan Jandris tertawa melihat Jannie yang kerepotan sendiri

"Jannie kau tampak seperti segulung benang wol yang kusut" ucap Jandris

"Kurang ajar kau Jandris lihat saja setelah pulang dan terbebas dari sepatu ini aku akan memukulku" amuk Jannie

"Ayo anak-anak " ajak tuan Van Derline

Saat Halim memasuki mansion tersebut semua pasang mata biru dan coklat langsung menatap nya dengan kesan jijik,dan tak bersahabat. Lalu beberapa detik kemudian terdengar suara bisik-bisik menggunakan bahsa belanda dan indonesia.

"Biarkan saja Halim nikmati saja pestanya" ucap nyonya Van Derline

Tiba-tiba seorang pria mendatangi keluarga Van Derline dan langsung menyapa Tuan Van Derline Dengan bahasa Belanda

"Hay Bruch terima kasih sudah datang!, hei Lucy kau sangat cantik Lady "
"Ah Adam kau selalu ramah. Oh ya ampun kenalkan Anak-anak ku Jandris dan Jannie kau pasti tau kan mana yang Jandris mana Yang Jannie"

"Hahahaha Bruch kau ini. Berapa usia mereka?"

"Keduanya 10 tahun mereka kembar"

"Oh tentu saja mereka kembar aku sudah mengetahui hal itu, oh iya silahkan nikmati pestanya dan suruh pembantuku itu ke belakang bersama pembantu lainnya"

"Tu..tunggu kami tidak bawa pembantu kusir kami menunggu di kereta."

"Lalu dia siapa?,jangan-jangan pengemis " tanya tuan Adam Rowlleyl
" Oh tidak-tidak dia bukan pengemis ataupun pembantu dia teman Jandris namanya Halim" ucap tuan Van Derline

"Oh" sahut tuan Rowlley sambil menatap Halim dengan tidak senang .

Coffee SmellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang