Part Two

44 3 0
                                    

Dua hari kemudian In-Su bersiap untuk pergi ke Gyeongju, daerah terpencil yang jauh dari kota Seoul dimana masa kecil In-Su dihabiskan di daerah ini. Perjalanan Seoul Gyeongju ditempuh selama 6 jam perjalanan menggunakan bus. Sesampainya di Gyeongju, ia menyusuri sepanjang jalan, dan berhenti didepan sebuah gerbang kayu lusuh bertempelkan banyak jimat.
"Paman.. Paman" Teriak In-Su sembari menggedor pintu gerbang
Sang paman lalu keluar sembari menengok kekanan dan kekiri.
"Tidak ada yang membuntuti kau kan" Ujar paman yang disambut In-Su dengan seutas senyum melihat kelakuan pamannya.
Kemudian masuklah dua orang tersebut kedalam rumah. Rumah itu sangat sederhana, halamannya tak terlalu besar berbentuk persegi. Disamping kiri halaman terdapat bangunan rumah yang didalamnya terdapat ruang terbuka sebagai ruang tamu dan disampingnya terdapat ruang tertutup sebagai kamar tidur. Di ruang tamu tersebut terdapat berbagai jimat yang tertempel didinding dan ditiang penyangga bangunan, lengkap dengan rak-rak yang dipenuhi barang, disalah satu rak tersebut terdapat sebuah belati berbahan kayu dengan ukiran mantra kuno, belati tersebut digunakan ketika ritual pengusiran arwah. Tepat disamping kiri agak ke atas terdapat sebuah foto kakek buyut In-Su yang terlihat jadul. Kakek buyutnya dulu ialah seorang pengusir hantu yang terkenal, bahkan dengan sekilas melihat fotonya, kebanyakan hantu akan menghilang. Sedangkan disamping kanan halaman terdapat bangunan rumah yang difungsikan sebagai gudang, terdapat pula sebuah motor tepat didalamnya. Paman dan In-Su terlibat obrolan hangat setelah itu.

###

Esok paginya In-Su memasuki sekolah barunya, SMA Sunghan. Seorang guru perempuan bernama Han Hyeo-Jin menuntunnya untuk memasuki kelas barunya, kelas 3-2. Diruangan itu tampak berbagai ornamen khas sebuah kelas, dengan 24 bangku.
"Ini adalah Kang In-Su, siswa yang baru pindahan ... Jangan jahat. Bersikaplah baik. Mengerti?" tambah Ms. Hyeo-Jin, diikuti suara yang tetap senyap, tak ada satupun siswa yang menjawab pernyataan Ms. Hyeo-Jin tersebut.
"Apakah kalian tidak mau menjawabnya?" Ucap Ms. Hyeo-Jin kemudian dengan tangan mengacak kepinggang.
Baru setelah Ms Hyeo-Jin mengucapkan pertanyaan tersebut, seluruh siswa serentak mengiyakan. Sungguh kelas yang sangat senyap, tak ada ekspresi gembira diantara wajah-wajah yang akan menjadi teman baru In-Su itu. Perkenalannya sebagai siswa baru pun sudah diwakili oleh Ms. Hyeo-Jin yang terkesan seadanya. Membuat In-Su merasa semakin kikuk berada dikelas yang seluruh siswa cenderung masa bodoh, suasana dingin pun menyelimuti ruangan itu.
In-Su kemudian menempati bangku kosong dijajaran meja paling tepi tepatnya kolom keempat didekat jendela yang mengarah tepat kearah lapangan dibaris nomor tiga. Setidaknya posisi tersebut tidak membuatnya berada paling belakang sebab disitulah satu-satunya bangku kosong yang masih tersedia.
"Kalian semua tahu bahwa ujian akhir semester dalam beberapa hari lagi kan?" Ucap Ms. Hyeo-Jin setelah In-Su menempati posisi duduknya.
"Siapkan itu dengan baik" Ms. Hyeo-Jin mengakhiri pertemuan singkat itu sebelum keluar dari kelas, membuat seluruh siswa meng-Ohkan diri tanda malas mengingat sebentar lagu akan diadakan UAS.
Sebelum pelajaran dimulai, Hyun-Ji seorang siswi yang penuh gaya karena menjadi pacar dari Kang Ki-Tae mendekati In-Su, dan duduk tepat disampingnya setelah mengusir Lee Byung-Jo. Semua yang berada dikelas itu sudah tahu seperti apa Hyun-Ji tersebut, dia adalah seorang yang suka membully. "Aku Hyun-Ji.. Park Hyun-Ji" Ia mengucapkan sembari menatap In-Su dengan tatapan penuh goda.
In-Su kemudian menatap Hyun-Ji sekilas dan berpaling. Hening sejenak tercipta diantara keduanya.
"Apakah anak-anak Seoul semua memiliki tangan yang lembut seperti ini?" Ucap Hyun-Ji sembari memegang tangan In-Su, In-Su pun sejenak menatap tangannya tanpa membuka mulut dan segera mengalihkan tangannya.
"Kamu benar-benar imut. Apa pendapat kamu tentang aku?" Ucap Hyun-Ji kemudian, In-Su kini kembali menatap kearah Hyun-Ji sekilas tanpa mengeluarkan sedikit pun suara.
Kim Ji-Young yang sedari tadi duduk dibaris paling belakang dikolom ketiga dengan kepala tertunduk di meja setelah mendengar kalimat terakhir Hyun-Ji kepada In-Su akhirnya menengok ke arah mereka. Kim Ji-Young adalah siswi yang juga pindahan dari Seoul tepatnya dua bulan yang lalu, ia memiliki wajah lonjong dengan mata bulat kecoklatan,ditambah rambut coklat yang tergerai panjang itu kian mempercantik wajahnya.
Kalimat terakhir Hyun-Ji seolah memberikan magnet kepada semua orang yang bisa mendengarnya sehingga banyak yang menoleh kearahnya, di lain sisi pacarnya yang berada tepat dibelakang In-Su seolah sedang terbakar api cemburu hingga ia mengepalkan kedua tangannya.
Pelajaran seperti biasa pun dimulai, hari pertama In-Su kali ini diawali dengan mata pelajaran Sejarah. Suasana begitu senyap hanya suara hentakan kapur tulis yang digunakan Ms. Hyeo-Jin untuk mencatat materi dipapan. Hingga sesuatu mengganggu In-Su kemudian, ia mengedarkan pandangannya keseluruh kelas dan berhenti tepat di jendela yang mengarah ke lorong di depan kelas. Ia terus menatap jendela itu dengan menyipitkan mata,tiba-tiba ada lima jari tangan pucat yang menempel di jendela itu. Lima jari tangan itu kini menghilang, namun In-Su tetap menatapnya. Dan tiba-tiba seseorang bermasker merah diikuti Lima jari tangan itu muncul dengan menggedor kaca disertai dengan cap darah, hal itu sempurna membuat In-Su terkejut. Dilain pihak Ji-Young yang menyadari kejadian itu juga terkejut, hingga napasnya memburu. In-Su kemudian memalingkan wajahnya ke arah teman-temannya, namun mereka tetap dalam keadaan biasa. In-Su serta merta kembali menatap jendela yang kini telah bersih dari cap darah yang tadi menempel, membuatnya tergeragap. Namun tak disangka pandangan In-Su berhenti ke arah Ji-Young yang saat itu terlihat shock dengan pandangan mengarah ke jendela, di jendela yang sama tempat hantu tadi berada. Kejadian itu tanpa sadar telah membuatnya penasaran dengan siswi disampingnya itu.
Ketika jam istirahat berbunyi, seluruh siswa dikelas tersebut segera keluar menuju kantin untuk makan siang. Bersamaan dengan itu Ji-Young juga segera menuju kantin. Ia duduk di kursi paling pojok di kantin itu sendirian. Dengan nampan makanan yang dibawa, In-Su mengedarkan pandangan untuk menemukan sosok yang dicarinya, Ji-Young. Setelah melihatnya, In-Su pun pergi duduk menyejajari Ji-Young. Ji-Young sesaat terkejut mendapati In-Su telah duduk didepannya.
"Hai, namaku Kang In-Su" Sapa In-Su dengan ramah
"Oh.. Ji-Young. Kim Ji-Young" Dengan agak kikuk Ji-Young memperkenalkan diri.
Mereka pun menikmati makan siangnya.
Usai makan siang, In-Su mengajak Ji-Young menuju lapangan mengingat jam istirahat yang masih panjang. Setelah duduk di bangku yang berada ditepi lapangan, In-Su pun mulai membuka mulut memecahkan hening yang sedari tadi menyelimuti keduanya.
"Tampaknya kau selalu sendiri, apakah kau tidak punya teman? Bukankah kau cukup lama berada di sekolah ini?"
"Aku baru dua bulan berada di sekolah ini. Sama sepertimu aku siswa pindahan dari Seoul"
"Kukira kau siswa lama disini"
"Karena suatu alasan untuk itulah keluargaku pindah ke Gyeongju ini"
"Oh.. begitu rupanya"
"In-Su, aku merasakan hal yang berbeda ketika aku berada didekatmu"
"Hah? Sungguh? Memangnya apa yang berbeda?"
"Ada sesuatu yang membuat auramu begitu kuat ketika aku didekatmu"
"Ah.. mungkin karena aku.." Kalimat In-Su terhenti, sesaat ia ragu untuk meneruskan kalimatnya. Lalu kemudian In-Su berpikir untuk mengganti kalimatnya.
"Ah.. sebenarnya aku ingin bertanya sesuatu kepadamu"
"Pertanyaan soal apa?" Jawab Ji-Young sembari menatap manik mata In-Su
"Waktu dikelas tadi, apa kau melihat sesosok hantu bermasker yang tadi di jendela? Karena kulihat tadi kau juga terkejut sama denganku" Tanya In-Su dengan ragu
Sesaat keheningan menyelimuti mereka, Ji-Young ragu untuk menjawabnya, namun dengan ragu akhirnya Ji-Young menjawabnya, "Oh.. itu, iya memang benar aku melihatnya. Hantu itu selalu berbuat hal yang sama semenjak aku pertama kali pindah kesini"
"Jadi kau juga bisa melihat hantu sama sepertiku?" Tanya In-Su yang terlihat antusias
"Iya.. Ternyata dugaanku benar. Ketika pertama melihatmu, aku sudah merasa auramu begitu kuat, tak heran jika ternyata kita sama" Ucap Ji-Young yang diikuti anggukan In-Su.
"Lalu tentang hantu bermasker itu, siapa dia? Kau tahu?" Timpal In-Su kemudian
"Sampai sekarang aku tidak tahu siapa sebenarnya dia... Namun aku merasa ada hubungannya dengan kelas kita" Jawab Ji-Young
Obrolan mereka terhenti karena bel tanda masuk telah berbunyi. Tak terasa obrolan mereka itu membawa mereka menjadi akrab satu sama lain.
               
                          ###

Malam telah menyelimuti Gyeongju lengkap dengan dingin yang serasa menusuk hingga tulang  membuat paman dan In-Su mengenakan baju tebal. Sembari menyantap makan malam berupa mie instan ditambah kimchi, paman dan In-Su pun terlibat obrolan menyangku apa yang terjadi di sekolah hari ini.
“Jadi kau bertemu dengan orang yang dapat melihat hantu seperti kita?” Ucap paman
“Ya benar, namanya Ji-Young. Aku mengetahuinya saat kami berdua melihat hantu yang menempelkan kelima jari tangan membentuk sawit dijendela” Imbuh In-Su
“Gambar sawit di jendela?” Tanya paman disertai anggukan In-Su
“Dan itu berwarna merah. Benar-benar mengejutkanku selama pelajaran. Apalagi kata Ji-Young hal itu terus terjadi setiap hari” In-Su memperjelas pernyataannya.
“Itu berarti ada banyak dendam” Jawab paman
“Apakah itu terjadi karena banyaknya dendam?” Tanya In-Su sambil menyantap makanan
“Aku kira kau belum pernah bertemu hantu yang sangat menakutkan?” ucap paman dengan melihat kearah keponakannya itu.
“Apa yang harus kulakukan jika muncul lagi?” Tanya In-Su kemudian
“Tentu saja kau harus mengabaikannya!” Timpal paman dengan mulut penuh

Horror CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang