Part Three

64 3 0
                                    

Sepulang sekolah, In-Su melihat seorang gadis yang tengah duduk di tepi sungai. Gadis itu buta dengan hantu anjing kesayangannya yang satu tahun lalu telah mati. In-Su duduk agak jauh dari gadis tersebut dan menggambar sketsa gadis itu beserta anjingnya.
“Kamu menggambar dengan sangat bagus, In-Su” Ucap Ji-Young yang tengah berdiri tepat dibelakangnya
“Oh ternyata kau Ji-Young” In-Su berhenti menggambar dan mengarahkan pandangannya ke Ji-Young, tangannya menepuk-nepuk tanah disampingnya seraya menyuruh Ji-Young untuk duduk disampingnya.
Ji-Young tersenyum kemudian duduk tepat disamping In-Su, “Dia tidak bisa melihat” Ji-Young meneruskan kalimatnya sambil menatap ke arah In-Su, “Dan anjingnya yang selalu memandu dia, sebelum anjing itu mati”
Tiba-tiba terdengar teriakan di belakang mereka yang kontan membuat mereka menoleh ke belakang, “Hey murid pindahan!” Dikejauhan terlihat dua siswa yang sok berkuasa dikelas mereka, siapa lagi kalau bukan Kang Ki-Tae dan Lee Byung-Jo yang mengekor dibelakang.
“Apa yang kalian lakukan disini?” Tanya Kang Ki-Tae
“Oh sedang berpacaran ya kalian berdua” Imbuhnya
“Untuk apa kalian disini?” Ucap Ji-Young dengan nada tak senang, sementara In-Su hanya terdiam
Sketsa gambar ditangan In-Su direbut oleh Ki-Tae, seraya berucap dan melihat ke arah gadis buta “Hei gambarmu cukup bagus ya?.. Tapi dimana anjing kampungnya”
“Wow, kau ingin menjadi pelukis?... Tapi kami punya masalah yang harus diurus” Timpal Byung-Jo
“Hei, Byung-Jo, Ki-Tae berhentilah untuk mengganggu In-Su” Sergah Ji-Young seraya menahan lengan In-Su yang tengah ditarik pergi oleh Ki-Tae.
Namun usaha Ji-Young dihalangi oleh Byung-Jo yang dengan segera memegang tangan Ji-Young dengan kuat hingga terlepas dari lengan In-Su.
“Hei In-Su, kau jangan hanya diam saja Ki-Tae akan memukulimu!” Ucap Ji-Young, namun In-Su tetap diam sementara tubuhnya digiring Ki-Tae menjauh
Ji-Young tak bisa mengikutinya karena di tahan Byung-Jo. Setelah berada di bangunan dekat danau, Ki-Tae mendorong tubuh In-Su hingga menabrak tiang besi penyangga bangunan itu.
“Apa kau cukup kuat?.. Bisakah kau menerima pukulan?” Ucap Ki-Tae sembari memukul dada In-Su. In-Su akhirnya buka suara sembari menatap Ki-Tae, “Mengapa aku harus menerima pukulan?”
“Karena kau telah menganggu Hyun-Ji!” Teriak Ki-Tae penuh emosi
“Aku tidak tertarik padanya” Ucap In-Su kemudian
“Tidak tertarik? Tidak tertarik? Tidak tertarik? Bajingan! Keparat!” Ki-Tae kembali berteriak penuh dengan emosi
“Kau tidak sadar! Dia gadis tercantik di sekolah kita keparat!” Sergah Ki-Tae
“Apakah kau memandang rendah aku karena kau dari kota besar?” Teriak Ki-Tae sembari memegang dagu In-Su yang tetap diam
Ki-Tae kembali berucap dengan emosi yang menggelegak “Mau tahu tidak apa yang paling ku benci keparat? Pertengkaran! Bajingan Kau!”
Dengan menarik kerah In-Su kemudian ia membanting tubuh In-Su ke tanah, Ki-Tae memukul In-Su tepat dipipi kirinya membuat bibirnya berdarah.
“Tidakkah kau ingat aku? Sekolah Dasar Yeolsung. Ingat Ah-young?” Ucap Ki-Tae dengan tangan masih memegang kerah In-Su
“Aku tidak mau orang yang dikuasai hantu dekat dengan Hyun-Ji!”
“Jadi, kau lebih baik merendah dan jangan membuat aku menyebar rumor tentang kamu”
Ki-Tae kembali melayangkan pukulan setelah ucapan terakhirnya itu sebelum akhirnya teriakan Ji-Young menghentikannya.
“Cukup Ki-Tae! Lepaskan In-Su!”  Ki-Tae menatap sejenak Ji-Young dengan senyum angkuh dan kemudian segera berdiri
“Maaf bos, aku tak bisa menahannya” Ucap Byung-Jo yang masih kesakitan karena gigitan Ji-Young
“Baiklah memang sudah cukup” ucap Ki-Tae, pandangannya beralih menatap In-Su yang masih terbujur di tanah, “Kau camkan kata-kataku!” dengan gertakan Ki-Tae mengakhiri kata-katanya dan berangsur pergi disertai Byung-Jo yang mengekor dibelakangnya.
Ji-Young pun segera membantu In-Su yang tergolek lemah untuk berdiri. Dengan agak kesulitan Ji-Young memapah tubuh yang sempoyongan itu duduk di tepi bangunan.
“Apakah kau baik-baik saja In-Su?” Ucap Ji-Young menatap In-Su yang masih diam. Tak ingin menunggu In-Su menjawab pertanyaannya, ia keluarkan hansaplast dan tissue berikut dengan air minum. Ia angsurkan tissue yang telah dibasahi dengan air itu perlahan di luka bibir In-Su dan dahi In-Su.
“Kau seharusnya melawan Ki-Tae, tidak seharusnya kau menerima pukulan itu sedangkan kau tidak melakukan kesalahan apapun” Ucap Ji-Young sembari menempelkan hansaplast didahi In-Su.
In-Su kemudian meraih tangan Ji-Young dan mengenggamnya seraya berucap, “Aku tidak apa-apa, tidak usah terlalu khawatir”
Melihat perlakuan In-Su tersebut kontan membuat wajah Ji-Young merona merah.

Setelah itu Ji-Young bersikeras mengantarkan In-Su hingga sampai ke rumahnya, selain karena keadaan In-Su yang masih berjalan  dengan tergopoh-gopoh juga karena arah rumah mereka searah.
Mereka berdua memasuki pelataran rumah In-Su dengan Ji-Young yang masih memapah In-Su hingga sampai didepan ruang tamu, mereka pun duduk. Ji-Young terkesima dengan ruang tamu In-Su yang penuh dengan jimat dan aneka barang yang digunakan ketika ritual pengusiran arwah.
“Jadi pamanmu itu pengusir arwah ya? Ada banyak sekali jimat dan barang-barang ini” Ucap Ji-Young seraya menunjuk ke arah belati berbahan kayu berukir mantra.
“Ah.. itu semua peninggalan kakek buyutku, dialah yang sering melakukan pengusiran arwah” Jawab In-Su sembari memasuki kamar dan mengganti baju.
“Lalu saat ini siapa yang menggantikan kakekmu itu untuk pengusiran arwah? Pamanmu? Atau appamu?”
“Tidak keduanya, mereka lebih memilih bekerja seperti biasa daripada bekerja sebagai pengusir arwah” Suara In-Su agak tinggi agar Ji-Young mendengarnya dibalik kamarnya.
“Oh.. “ Gumam Ji-Young kemudian yang masih asyik mengamati benda-benda di ruangan itu.
Sesaat kemudian paman In-Su pulang dari bekerja, mendapati ada seorang siswi di rumahnya. Ia kemudian heran karena baru pertama kali ini In-Su mengajak seorang teman ke rumahnya. Paman pun menegur Ji-Young sementara In-Su masih berganti baju didalam, “Kau temannya In-Su?”
Ji-Young yang mendengar pertanyaan paman In-Su sontak menoleh ke arahnya dan tersenyum, “Oh.. iya paman, saya temannya In-Su, Ji-Young Kim Ji-Young”
In-Su pun keluar dari kamar setelah mendengar suara pamannya, “Iya paman ini Ji-Young yang waktu itu kuceritakan”
Paman kemudian ber-oh seraya mengangguk paham.
Mereka bertiga kemudian duduk mengobrol sembari meminum teh.
“Jadi kau juga dapat melihat hantu?” Tanya paman kepada Ji-Young
Ji-Young pun mengangguk seraya berucap, “Iya paman... sudah dua tahun ini sejak pertama kali aku bisa melihat hantu”
In-Su bergumam, “Heh? Jadi itu bukan karena kau memiliki keturunan yang dapat melihat hantu?”
Ji-Young pun menjawab seraya menggelengkan kepala, “Tidak, aku mendapat penglihatan ini setelah mengalami kecelakaan hebat yang membuatku koma selama enam bulan”
“Ya itu memang bisa terjadi” ucap paman
“Aku baru tahu kalau ternyata itu bisa terjadi” In-Su menatap Ji-Young dengan keheranan.
“Sewaktu aku terbangun dari koma, aku belum menyadarinya. Namun setelah aku mengikuti rehabilitasi otot yang mengharuskanku keluar dari ruanganku, aku sangat terkejut dan berteriak karena melihat begitu banyak hantu yang berkeliaran disepanjang lorong rumah sakit. Suster yang mengantarku pun heran dan segera menyuntikkan obat bius karena aku berteriak seperti orang gila” Tutur Ji-Young seraya mengulang kembali kenangan itu.
In-Su dan paman mendengarkan dengan seksama. Obrolan itu masih berlanjut dengan Ji-Young yang bercerita panjang lebar mengenai masa lalunya, masa dimana kehidupan biasanya berbalik 180 derajat semenjak kejadian itu.
Obrolan pun berakhir ketika Ji-Young menyudahi kisahnya karena sore telah menjelang. Ia harus segera pulang karena jika terlalu malam itu akan membuatnya melihat begitu banyak hantu, sedangkan ia tidak menginginkan itu. Kebanyakan hantu lebih suka berkeliaran ketika malam telah bercokol dilangit.
###
Semenjak siang itu In-Su selalu pulang bersama Ji-Young. Siang sepulang sekolah, In-Su berniat mengantar Ji-Young pulang sekaligus main ke rumahnya untuk pertama kali. Niatan itu pun kemudian disetujui oleh Ji-Young. Ji-Young ingin memperkenalkan sahabat barunya itu kepada eommanya, ia merasa gembira karena setelah sekian lama akhirnya ia menemukan sahabat yang sama dengan dirinya, ia merasa tak lagi setakut dulu sewaktu ia masih sendiri semenjak In-Su berada disisinya.
“Eomma, aku pulang” Ucap Ji-Young membuat Eommanya segera menghambur untuk menyambutnya.
Eomma segera tersenyum sembari bertanya setelah didapati In-Su dibelakang Ji-Young “Itu temanmu? Siapa namanya?”
“Saya Kang In-Su bibi, teman barunya Ji-Young” Ucap In-Su
“Oh.. jadi kau yang selalu diceritakan Ji-Young kepadaku. Ayo sini masuk, bibi buatkan teh dulu” Ucap eomma Ji-Young
Obrolan ringan sembari minum teh pun terjadi, sesekali tawa renyah Ji-Young, In-Su, eomma dan appanya terdengar mewarnai ruangan itu. Appa Ji-Young baru saja pulang dari bekerja dan langsung bergabung dengan obrolan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Horror CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang