Hari pertama sekolah baru saja dimulai, semua murid kelas satu yang notabenenya adalah penghuni baru di sekolah merasa harus beradaptasi terlebih dahulu. Hampir disetiap kepala murid kelas satu yang isinya hanya ingin mendapatkan satu teman di hari pertama ini, namun jika beruntung, mungkin segerombolan sekaligus, hal itu tak lain sebagai untuk teman berbicara, karena memang hal itulah yang di butuhkan pada hari pertama ini, disaat wajah-wajah asing memenuhi kata kata mereka.
Pak Adrian selaku wali kelas X-2 merasa harus memperkenalkan dirinya di depan murid-muridnya ini, tak ayal, beberapa kali perkenalan itu ditimpahi oleh tawa murid-murid karena Pak Adrian termasuk guru yang lumayan humoris. Pria berusia sekitar 40tahun itu sudah menikah dan dikaruniai 2orang anak kembar, dan beliau memegang kendali atas mata pelajaran biologi.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu kelas langsung menghentikan aktivitas semua orang yang ada di ruangan ini. Semua mata kini menoleh ke arah pintu, tak terkecuali Pak Adrian. Pria menurunkan sedikit kacamata-nya agar bisa melihat jelas siapa manusia yang berseragam berdiri di ambang pintu. Dia pikir ini sudah pukul berapa? dan kenapa pula murid baru itu datang? Saking penasarannya dengan jawaban murid itu, Pak Adrian memilih menghampiri murid tersebut, namun sebelum Pak Adrian melangkah, murid itu sudah lebih dulu berjalan ke arah Pak Adrian.
Murid perempuan yang sekarang sedang berjalan menghampiri Pak Adrian itu tak lepas dari tatapan murid-murid lainnya, bukan hanya karena dia telat di hari pertamanya sekolah, tapi karena suara tangis tertahan dan wajah gadis itu yang telah dipenuhi oleh air mata, belum lagi mata sembab yang lumayan merah itu.
"kamu tau ini jam berapa?" tanya Pak Adrian
Gadis itu melirik jam di pergelangan tangan kirinya. dengan suara serak yang hampir hilang dia menjawab "Baru jam 09.00" gadis itu cemberut menatap Pak Adrian lalu membuang pandangannya kelantai.
"Baru jam sembilan?" pak adrian membeo dengan takjub, tak menyangka reaksi gadis itu begitu tenang, namun juga terdengar menyebalkan, " Ini hari pertama kamu sekolah, seharusnya kamu datang lebih dulu daripada saya, dan berkenalan dengan teman-teman baru kamu. Coba perkenalkan diri kamu"
Gadis itu mengangkat wajahnya, merengut lagi menatap pak adrian, tapi dia mengubah posisinya mengjadi menghadap murid lain. Menatap sebentar ke arah calon teman- temannya, lalu meniup rambut yang menghalangi pandangannya, sebelum memperkenalkan dirinya.
"Nama gue Vanya Grace Lancaster, kalian bisa panggil gue Vanya atau Grace " katanya lalu menoleh ke pak adrian "Saya boleh duduk kan Pak?"
Sebelah alis pak adrian terangkat, lagi lagi merasa takjub dengan keberanian gadis didekatnya ini, lalu Pak Adrian mengangguk.
Gadis yang mengaku bernama Vanya itu berjalan sambil menunduk kearah meja yang mungkin saja dia tempati. Menunduk bukan karena dia malu karena telat atau cara bicaranya yang kurang ajar, tapi dia menunduk karena malu dengan keadaan wajahnya saat ini yang mungkin saja terlihat aneh.
Mata merah dan sembab, wajah kusam dipenuhi air mata. Oh, astaga.
*
Sudah setengah jam sejak Vanya masuk ke kelas, dan dirinya lebih memilih untuk duduk di kursi paling belakang bersama seorang lelaki yang dari tadi hanya dian. Sebenarnya tempat ini adalah tempat yang bagus untuk orang sepertinya, namun karena suasana hatinya yang sedang hancur, apapun yang terlihat menyenangkan akan terlihat sama menyebalkan.
Daritadi juga Vanya hanya duduk diam sambil menenggelamkan wajahnya diantara tangannya diatas meja. tidak menyadari berbagai pasang mata sesekali melirik ke arahnya karena suara sesegukan yang dihasilkan gadis itu sangat mengganggu, termasuk lelaki yang duduk disampingnya.
"Hmm, sepertinya cukup sampai disini saja perkenalan, dan bincang-bincang kita, dan untuk materi pertam kita..." ucapan pak adrian terhenti karena salah satu murid mengangkat tangan, seperti ingin mengatakan sesuatu. Pak Adrian berdeham dan berkata " Ya, Vanya?" Nada suaranya sebisa mungkin dia buat sinis.
"Apa ga sebaiknya hari ini kita fokus untuk perkenalan? mengenal satu sama lain? lagian hari ini hari pertama sekolah, saya yakin semua kelas ngelakuin hal yang sama," ucapan Vanya barusan terbilang cukup berani, dan hampir semua murid berdecak kagum karena ucapan gadis itu barusan, hal itu karena apa yang diucapkan gadis itu adalah gambaran isi hati para murid.
"Tapi kita baru saja melakukan perkenalan, apa itu kurang?" tanya pak adrian , kali ini dia menatap jauh ke arah Vanya yang berada dibelakang dengan tangan terlipat di dada.
Ini cerita yang kedua.. Yeayyyy! Baca yaaa. Jangan lupa kasih saran :) thnks :v
KAMU SEDANG MEMBACA
My Shit Girl
Teen FictionSeorang gadis SMP yang baru saja tamat. Kini sudah membuat kekacauan di sekolah barunya. Entah apa yang terjadi pada dirinya...