DAY 2
Matahari kembali menyapa lewat jendala kecil kamarku. Lalu aku membuka jendela putih itu lebar lebar. Ada banyak pepohonan kecil yang aku tanami sejak itu masih menjadi bibit. Dan hingga sekarang besarnya. Salah satunya ada punyamu. Lebih tepatnya punya, 'kita dulu'.
Kamu tau kan dari dulu memang aku suka menanam tanaman. Ini masih menjadi rutinitas ku. Aku masih suka menanam. Apa kamu masih suka?
Aku masih merawat pohon kaktus itu. Tidak pernah lupa menyiraminya tiap pekan. Dan sekarang hari minggu. Itu waktunya ia mandi. Hahaha...
Aku disini masih mencari dan menunggu mu. Selalu. Dan apakah kamu sama?
For someone that i don't know where....
----------------------
"Nonnn" #knok #knok #knok
Tutup buku. Hari ini selesai.
"Apa?"
Aku mulai membuka pintu."Di depan ada temanya non. Cowo"
"Saya ga punya temen bi, siapapun dia. Suruh pulang aja"
"Loh non??? Siapa tau dia orang yang selama ini non cari?"
"..... Misi bi!"
Tampa pikir panjang. Aku mulai melangkah menuju pintu utama rumah ini. Lebih tepatnya berlari. Kaus oblong putih, celana pendek, sendal rumah. Ya, hanya itu yang aku kenakan sekarang.
#cklikk...
"Keee--"
Bukan dia. Bukan dia. Hunter agestin. Teman kelasku. Berandal sekolahku. Pemalas yang tak tau malu. Pecundang yang hanya bisa berantam melulu. Manusia hina yg melebihi sampah itu. Dan aku sangat kecewa untuk itu.
"Pulang!"
Aku langsung menutup pintu putih itu kembali. Tanpa sempat mendengar Hunter berbicara lagi. Aku tak peduli selain dia. Aku pergi dan kembali ke kamar tidur ku.
-----------------------
Hari ini hari minggu. Waktunya aku bermain dengan tanaman tanamanku. Yang terutama aku lihat adalah pohon kaktus itu. Sudah semakin besar saja tanaman hijau berduri itu. Setiap hari ada yang berubah saja darinya. Entah dari durinya, batangnya, ataupun daunnya. Semua tumbuh dengan sangat cepat. Hingga tak ku sadari. Pohon ini sudah sampai pahaku.
Saat aku menyirami tanaman tanaman indah ini di kebun miniku. Handphone ku berdering.
0896xxxxxxxx
Aku tak tau itu nomer siapa. Jadi, ku matikan saja. Mungkin salah sambung. Dan ku masukan itu kembali ke saku celana pendek hitamku. Tapi handphone ku terus-terusan mendering. Nomer yang sama. Tapi masih tak ku angkat. Mungkin benar benar bukan salah sambung. Tapi aku tak peduli. Ku nikmati saja lagunya. Itu salah satu lagu favorit ku. Avici - Wake Me Up. Dan melanjutkan spesial3 ini ( menyirami ).
#feeling my way though the drakness
#guided by a beating heart
#I can't tell where the journey will end
#but I know where it start#they tell me I'm too young to understand
#they say I'm caught up in dreams
#well life will pass me by it a don't open up
#my eyes
#will that's fine by me#so wake me up when it's all over
#when i'm wiser and I'm older
#all those time was finding myself
#and i didn't it know i was lostDan akhirnya lagu itu berhenti sendiri.
---------------------------------
Pic for Hunter Agestin
KAMU SEDANG MEMBACA
Inadaptability
Historical FictionAkankah aku menemukanmu semudah aku menemukan dia? Dan bisakah aku beradaptasi dan menemukan diriku sendiri?