DAY 4
Dimanapun kamu
Harapanku terus bersamamu
Bagai padi yang merindukan hujan
Bagai ikan yang merindukan daratanMengenalmu adalah sebuah pertanyaan dari ribuan jawaban
Mengenalmu adalah sebuah rintangan yang tak mudah dijalankanAku merindukan mu. Melebihi siapapun yang aku rindukan. Kau yang hanya bisa merubahku menjadi orang yang benar benar baik. Tapi hanya kau jugalah yang bisa merubahku menjadi benar benar tersesat. Ku kira yang terbaik dari semuanya adalah waktu...
For people that i miss.
-------------------------------
"Lo nulis apa sih?"
Kembali menutup buku kecil hitam itu kembali. Memasukan ke dalam tas seperti sediakala. Dan berfikir apa yang selanjutnya aku tulis untuk esok...
"Why always you?"
"I don't know"
Ia memberi ku wajah yang sangat polos.
"Go away! Leave me alone!"
"Kenapa anti sosial banget sih?"
"cause i hate everyone"
Hunter duduk di mejaku. Mendekati wajahnya padaku. Aku hanya menatap matanya sedetik. Lalu bangkit dari tempat duduku dan pergi meninggalkannya. Belum dua langkah ku berjalan, hunter teriakiku.
"BUKAN KARENA TEMEN TERBAIK LO NINGGALIN LO PERGI! LO JANGAN JADI ORANG TOLOL KAYA GINI DONG! MENUTUP DIRI UNTUK SEMUANYA! APATIS! ANTISOCIAL! YOU'RE LIKE A BITCHAS!"
Aku seketika membalikan tubuhku. Tubuhku terasa kaku lagi. Semua ini seperti aku berjalan di sebuah terowongan gelap yang penuh dengan pecahan kaca. Lalu aku melihat matanya seolah olah tak percaya apa ia katakan. Aku tegang. Tapi dia kembali meneriakiku.
"LO TAU? LO LEBIH SAMPAH DARPADA GUE!"
Aku berjalan perlahan lahan menuju tubuhnya. Yang masih duduk di mejaku itu.
"Ya. Its true."
"So, lets give me to change your life.."
Nada suara kami tiba tiba menurun. Seperti berbisik. Karena semua orang tidak boleh tau itu.
"I'm sorry"
Itu kataku. Hunter tersenyum manis padaku.
"Mau tau tempat istimewa lagi? Lo tau ga, di deket sekolah ini ada danau yang bagus banget"
"Can you take me?"
"Sure, dear"
Kami berdua tersenyum.
-------------------------------
Sehabis pulang sekolah aku sudah janji pada hunter untuk memulai sesuatu yang baru. Dan mulai berdamai dengan keadaan.
Tidak. Hunter tidak seburuk yang aku pikirkan. Sesungguhnya ialah yang lebih baik dari aku. Dia benar, akulah yang sampah.
"Bagus ga?"
Hunter mengantarkan aku pada sebuah danau yang sangat menakjubkan. Indah. Dan dihiasi dua ayunan.
"Sepi banget..."
"Kalo di tempat kaya gini, gue bukan 'hunter yang brandalan lagi'. Hmm... Tapi apa yah sebutannya?"
"Age"
Aku mengucapkan itu secara spontan. Dengan logat indonesia.
"Umur?"
"Bukan! Bukan! Hahaha, nama lo Hunter Agestin kan? Ya, age itu diambil dari 'Agestin'"
"whooo-hoho Good name!"
Hunter kembali tersenyum padaku. Lalu ia menyuruhku untuk duduk di ayunan kayu itu. Namun danau itu tampak tenang. Seolah tidak ada apa apa di dalam danau itu. Tapi sekaligus ramai.
"Gue mau tau tentang lo dong! Boleh ga?"
"Apa yang mau lo tau tentang gue?"
"Apa aja yang mau lo ceritain sama gue"
"Hahaha, okey! I'm Cara Krey Laurie. Seseorang manusia yang sangat sangat terobsesi menemukan seseorang yang cukup lama menghilang. Seseorang yang selalu merasa kesepian dimanapun dia berada. Merasa kosong. Dan merasa hilang dari segalanya"
Aku mengatur nafasku sejenak.
"Nggak cuma itu, dia adalah perempuan yang ditinggalkan ayahnya saat ia bahkan, belum bisa berjalan. Lalu diasuh oleh seorang pengasuh yang cukup tua, selama bertahun tahun setelah ayahnya meninggal"
Aku mencoba mengatur nafasku kembali.
"Kamu menanyakan di mana peran ibunya? Ibunya hingga saat ini mencari harta. She thought, property is everything. More that love. Hahaha. Yeah, its me."
Hunter menepuktanganiku, ia tertawa tak percaya. Bahkan sampai aku bingung, kenapa ia sebenarnya?
"Great story!"
Dan hanya itu kata yang terucap dari mulutnya.
"Oh ya, ada yang mau gue tanyaiin ke lo. Kenapa hari minggu lo dateng ke rumah gue?"
"Gue kira lo bakalan lupain itu. Kenan yang nyuruh gue dateng ke rumah lo"
"Kenan? Kenapa bukan dia sendiri aja? Terus dia sekarang di mana?"
"Dia ga mau ketemu lo sekarang. Kalo waktunya udah tepat. Gue akan ngasih tau lo. But, not yet"
"Kenapa? Dia benci gue yah?"
"Nggak. Dia ga akan bisa benci lo. Dia cuma malu"
"Malu kenapa?"
"Banyak nanya banget sih lo! Eh-eh mau ujan nih! Ya udah yuk buruan pulang!"
"Iya"
Lalu hunter mengantariku pulang. Tapi sial! Ditengah perjalanan hujan begitu deras. Tak ada waktu untuk berhenti. Lebih tepatnya aku yang menyuruh dia untuk tidak berhenti. Karena rumahku sedikit lagi sampai. Dan akhirnya kita sampai.
"Hahaha, gue udah kaya di mandiin ujan!"
"Sori yah... Ya udah, lo di sini aja dulu sampe hujanya berhenti. Gue mau mandi dulu. Lo jug--"
"Ki-ta ba-rengg-aan ?"
"Gila lo! Nggak lah! Lo mandi di bawah, gue di atas. Nanti handuknya di kasih sama bi minah. Untuk bajunya.... Nanti pake baju gue aja"
"Lo kan cewe Cara!"
"Daripada ga pake baju?"
"Gpp sih...."
"Gue nya yang jiji!"
"Tunggu, kenapa Cara?"
"Dan kenapa Age?"
"Haih!"
------------------------------
![](https://img.wattpad.com/cover/63369072-288-k397720.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Inadaptability
Historical FictionAkankah aku menemukanmu semudah aku menemukan dia? Dan bisakah aku beradaptasi dan menemukan diriku sendiri?