Siang itu anak-anak berlarian keluar dari kelasnya setelah mendengar suara lonceng sekolah, hal biasa yang terjadi dan selalu saja ada yang menyelengkat kaki Hansol atau mendorongnya hingga terjerembab. Tidak ada kesalahan yang dilakukan Hansol kecuali ia terlahir sebagai anak Korea berdarah Amerika atau sebut saja gyopo.
Hansol kecil tidak lah tahu apa maksud dari istilah itu, ia lebih tidak mengerti lagi mengapa teman-temannya begitu membenci kulit putihnya, rambut pirangnya, mata cokelat karamelnya, bulu mata lentiknya juga aksen kebarat-baratan yang keluar dari mulutnya setiap kali ia berbicara.
Yang Hansol tahu selalu ada tangan yang akan terulur saat ia jatuh, menghapus air mata yang mengalir di pipinya seraya menyodorkan sebuah permen manis dan berkata, "Ayo pulang!"
Tangan yang menggenggamnya itu terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan tangan Hansol meski tetap saja terlihat kecil, kakinya terlihat lebih panjang hingga kepala Hansol hanya sejajar pada pundaknya saja, kulitnya putih pucat seperti Hansol dengan mata besar berbulu mata lentik yang hampir serupa dengan Hansol, kecuali jika kau lihat warnanya yang kelam dibandingkan kelereng cokelat milik Hansol.
Choi Seungcheol namanya, bocah kelas 6 sekolah dasar yang tiga tahun lebih tua dari adiknya, yang selalu mengantarkan Hansol sampai ke depan kelasnya dan kembali datang ke kelasnya di jam istirahat dan pulang sekolah.
Seungcheol begitu tampan layaknya pangeran kecil dalam opera akhir tahun yang selalu dipentaskan setiap perpisahan kakak kelas, ia sangat pintar dan selalu menjadi juara umum. Tapi yang membuat Hansol bingung adalah mengapa tidak ada yang pernah mengejek Seungcheol seperti Hansol diejek oleh teman-temannya.
"Kak..."
Seungcheol menolehkan kepalanya dan tersenyum hangat, jauh lebih hangat dari pelukan ayahnya saat ia menggendong Hansol yang sakit minggu lalu, senyum yang menjadi favorit Hansol sejak pertama kali ia mengerti makna dari sebuah senyuman maka digelengkannya kepalanya dan mengatakan bahwa permen yang diberikan Seungcheol sangat manis dan ia begitu menyukai permennya.
Seungcheol tersenyum lagi dengan tangan bebasnya ia mengusap kepala Hansol dan tertawa gemas melihat tingkah manis adiknya yang bahkan lebih manis dari pada permen pemberiannya.
.
.
."Nilaimu bagus sekali Seungcheol." Ibu muda itu mengusap kepala belakang Seungcheol dengan senyum merekah, Seungcheol adalah kebanggaannya, kebanggaan suaminya juga semua yang mengenalnya.
Hansol berjalan menjauh dan masuk ke kamarnya, menjadi murid kelas akhir membuat Seungcheol sibuk ulangan dan setiap sampai di rumah ibu akan selalu menanyakan hasilnya, hasilnya pun selalu sama, nilai Seungcheol selalu paling bagus dan ibunya akan tersenyum memuji dan memeluk Seungcheol penuh kasih sayang.
Hansol menatap gagang permen lollipopnya yang sudah habis, rasa manis di mulutnya sudah hilang, ia membuang gagang itu ke dalam tempat sampah, menyimpan rapih tasnya dan mengganti pakaiannya.
Seungkwan bilang setiap pulang sekolah, ibunya akan menunggunya di depan rumah, memeluknya dan membawakan tasnya. Pakaian ganti sudah tersedia dan ia akan langsung diajak makan setelahnya. Bukan hanya Seungkwan bahkan Chan, Dongjin dan yang lainnya pun menceritakan hal yang sama.
Hansol masih ingat betul karena saat hari ibu beberapa pekan yang lalu, wali kelas mereka meminta mereka menceritakan tentang ibu mereka. Hansol juga menulis tentang ibunya. Hansol bercerita bagaimana ia selalu mendapatkan permen yang manis, susu cokelat, eskrim dan segala yang diinginkan anak kecil.
Hansol terlihat bangga dan bahagia, ibu guru bahkan menepuk puncak kepalanya dan mengatakan bahwa tulisannya sangat bagus, Hansol hanya bisa tersenyum tulus dengan kilatan polos di mata beningnya.
"Eum..."
Hansol mengambil sebuah permen yang disimpannya di kolong kasur, permen yang dicurinya dari kulkas, permen yang dibelikan ibu untuk Seungcheol saat Seungcheol mendapatkan nilai sempurna untuk ulangan Matematikanya. Bukan permen biasa melainkan permen berbalut cokelat dengan bentuk lucu yang menggemaskan yang berhasil menangkap ketertarikan Hansol untuk mencurinya diam-diam.
Seungcheol berkata pada ibunya bahwa permennya sangat enak jadi dalam sekejap saja ia sudah menghabiskannya, Hansol tahu bahwa Seungcheol kembali melindunginya jadi ia mengaku pada sang kakak soal pencurian yang dilakukannya, Seungcheol malah tertawa dan mengatakan bahwa permen itu memang untuknya.
"Kakak?"
"Jangan lupa sikat gigimu, tapi sekarang kita makan siang dulu ya."
Hansol mengangguk patuh dan mengekor di belakang Seungcheol. Masakan ibu adalah yang paling enak dan Seungcheol akan selalu duduk di sampingnya dan membantunya makan walau ibunya akan selalu mengatakan padanya untuk memakan makanannya sendiri. Telinga Hansol sudah tuli dengan suara lain, ia hanya mendengar Seungcheol karena saat ia berbicara pun hanya Seungcheol yang mendengarnya.
.
.
.Hari sudah malam saat Seungcheol masuk ke dalam kamar Hansol dan membawakan segelas susu cokelat untuknnya, "Minumlah, ibu membuatkan susu untuk kita, kau sudah mencuci kaki dan tanganmu kan?"
Hansol mengangguk dan meminum susunya hingga habis, susu hangat buatan ibu pun terasa begitu lezat di lidahnya. Hansol naik ke atas ranjangnya, Seungcheol menutupi tubuh adiknya dengan selimut hingga sebatas dada, mengusap kepalanya dan mengucapkan selamat tidur.
"Hansol sayang kakak."
"Kakak juga sayang Hansol, kakak janji akan memberikan permen besok, mimpi indah ya."
Seungcheol mengecup kening Hansol, mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur. Hansol benci gelap jadi selalu ada lampu tidur yang menyala di sampingnya. Seungcheol menutup pintu itu perlahan dan kembali ke kamarnya.
Seungcheol tidak tahu sampai kapan ia bisa membagi permennya pada Hansol bahkan beberapa minggu dari sekarang ia akan lulus dan pindah sekolah, ia tidak bisa lagi menjaga Hansol tapi ia berjanji akan selalu meletakkan permen di dalam tas Hansol agar Hansol bisa merasakan manisnya permen seperti yang ia inginkan.
tbc
a/n
Cerita ini pure brothership.
Akan ada beberapa tokoh lain sebagai selingannya tapi akan fokus pada Seungcheol dan Hansol.Mohon berikan kritik dan saran. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyung...
FanfictionKarena hanya kakak yang aku punya, karena hanya kakak yang selalu ada dan hanya kakaklah yang selalu terjaga dalam setiap mimpi burukku. Kakak berharga lebih dari apapun dan aku menyayanginya.