Song: Emerald castle - Footsteps
Haura mengadahkan kepalanya ke arah langit yang kini mulai menggelap dan turun hujan. Ia melirik ponselnya yang mati dan jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
Pertengkaran hebat minggu lalu bersama mantan pacarnya, membuat Haura kini menjadi pribadi yang pemurung. Berbeda dengan sebelum pertengkaran dan pengkhianatan itu terjadi.
Haura menghela napasnya lalu berdiri mengambil payungnya dan berjalan pergi dari toko bunga miliknya.
"Haura?" panggil Diana, sahabat sekaligus karyawan florist nya.
Haura menoleh. "Ada apa?"
"Em, aku tadi dapat titipan lagi," jedanya. "seperti biasa dari Ryan, mantan kamu."
Haura hanya mengangguk menanggapinya kemudian berlalu dari hadapan Diana.
"Haura, kenapa kamu gak mencoba kembali sama dia? Gak semua masa depan berada di depan. Siapa tau, masa depan kamu ada di belakang. Masa lalu mu."
Haura berhenti sambil tertawa mendengus saat mendengar perkataan Diana.
"Gak usah sok nyeramahin aku kalau kamu aja belum pernah pacaran," Haura tertawa melihat Diana yang mengerucutkan bibirnya.
"By the way, yang tadi kamu bilang itu, lagu HiVi, kan?" tanya Haura sambil tertawa kecil. Seketika wajah Diana berubah menjadi merah.
"Udah tau yaudah, sana kamu pulang!" Diana langsung berlari kecil memasuki toko floristmilik sahabatnya itu.
- - - -
Seperti biasa, setiap pulang dari toko bunganya, Haura selalu mampir ke mini market untuk membeli persediaan makanan di rumah. Sebenarnya, Haura tidak tinggal sendirian. Dia punya adik dan mengenai orang tuanya, mereka tinggal di luar negri untuk sementara waktu karena pekerjaannya.
Haura mengambil beberapa bungkus mi instan ala korea (re: ramyeon), minuman botol, dan juga makanan ringan pesanan adiknya. Setelah itu, Haura langsung pergi ke kasir untuk membayar belanjaannya.
Saat Haura sudah mendapat struck belanjaan, pelayan kasirnya tiba-tiba memberi Haura sebuah coklat dan kertas kecil berbentuk hati berwarna pink.
"Buat apa?" tanya Haura sambil memegang coklat itu.
"Saya gak tau. Saya hanya disuruh memberikan ini untuk mbak nya sama mas-mas yang itu." jawab pelayan kasir itu sambil menunjuk ke arah cowok yang sedang berdiri di luar.
Haura mengalihkan pandangannya kepada cowok itu sambil menghela napasnya lalu mengangguk dan tersenyum kepada pelayan kasir sebagai tanda terimakasih.
Haura keluar dari mini market tanpa memperdulikan cowok yang tadi memberikannya coklat. Namun, tiba-tiba lengannya ditarik lembut oleh cowok yang ternyata bernama Ryan.
"Ada apa?" tanya Haura tanpa memandang ke arah Ryan.
"Aku mau minta maaf." Ryan menjawab.
"Buat apa?" Kini Haura menatap ke arah Ryan.
"Buat masalah kemarin. Aku tau aku salah, aku gak seharusnya nampar pipi kamu saat itu." ujarnya sambil mengusap pipi Haura. Dengan cepat, Haura langsung menepisnya.
Ketika Haura berbalik ingin mengambil payungnya, Namun ada seorang pria dewasa yang membawa payungnya pergi. Haura sudah berteriak, tetapi pria itu tak kunjung mendengarnya.
Haura menghela nafasnya sebal. Ryan tersenyum kearahnya. Menawarkan payung untuk dibawa oleh Haura. Haura terdiam lalu mengambil payung milik Ryan.
"Kamu .. gimana?" tanya Haura pelan. Ryan tersenyum.
"Gak apa. Aku pake jaket, kok. Jadi, gak perlu khawatir." jawab Ryan. Haura menatap Ryan dengan penuh kekhawatiran, namun ketika ia tersadar, ia langsung menepis pandangan itu.
"Baiklah, aku duluan. Besok akan ku kembalikan payungmu."
"Tidak usah. Anggap saja itu pemberianku sebagai kenang-kenangan." kata Ryan.
"Payung ini hanya bisa membuatku semakin takbisa melupakanmu, bodoh." kata Haura dalam hati. Haura mengangguk lalu pergi dari hadapan Ryan.
- - - -
Haura berjalan tanpa arah. Semua tingkah Ryan selalu terngiang diotaknya. Haura bimbang, hingga jejaknya membawanya kepada suatu tempat. Tempat yang Haura fikir dirinya sudah lupa.
Haura melepaskan payungnya hingga payung tersebut melayang entah kemana. Dirinya duduk pada ayunan kayu dimana Ryan dan dirinya bertemu untuk pertama kalinya. Haura sangat ingat moment manis itu. Membuat Haura bernostalgia tentang masa lalu.
Namun, nostalgia itu tak berlangsung lama karena langkahnya membawanya lagi ke tempat dimana ia mulai membenci lelaki itu karena tempat indahnya itu juga tempat yang buruk untuk dirinya.
Haura tak peduli jika dirinya masih mempunyai rasa benci ketika Ryan meninggalkannya, ia ingin bebas. Haura menelusuri taman yang menjadi saksi pertemuan dan perpisahan mereka. Terkadang dia tersenyum sampai meringis memikirkannya.
Haura percaya bahwa waktu akan menyelesaikan semuanya. Membuat dirinya melupakan rasa sakitnya. Walaupun sebenarnya waktu hanya membuatnya terbiasa dengan rasa sakit. Haura tak peduli. Ia hanya ingin pergi darinya.
Maaf, walaupun langkahku kini berada pada masa lalu. Hanya ini yang bisa ku lakukan. Karena, untuk langkahan selanjutnya, aku akan pergi. Sampai hari itu datang, dimana aku bisa memulai semuanya. Melangkahkan kakiku dan bertemu denganmu tanpa rasa cinta dan rasa benci kepadamu.
The end.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SONGFICTION] Rasa Dibalik Alunan Nada
Short StoryTernyata memendam jauh lebih mudah dibanding menyatakan. Menunjukkan bagaimana rasanya memendam perasaan. Hanya dapat menyaksikan tanpa bisa diungkapkan. Kumpulan songfict karya beberapa member DWGroup: @silfaara @haurazzury @griseldaenr14_ @x-adn...