Luna's POV
Aku kembali menarik selimutku sampai menutupi kepala. Ini aku udah rela bayar listrik mahal-mahal demi alat bernama penghangat ruangan berfungsi dengan baik dan benar eh tapi malah bermasalah lagi. Dan ujung-ujungnya aku bakal kedinginan kayak gini (lagi). Ini udah malam kedua aku tidur dengan memakai baju 3 lapis ditambah dengan jaket tebal plus selimut. Yang akhirnya bukan ngebuat aku tidur dengan nyaman. Aku malah nggak bisa tidur dengan baik.
Sial! Umpatku kesal. Seberapa lama aku bisa tahan disini tanpa penghangat ruangan? Aku menyibakkan selimutku dan membuka jaket tebalku. Dingin mulai menusuk kulitku yang kian memucat. Aku bergegas mandi dengan air hangat agar badanku nggak terlalu merasa dingin.
Memang hangat, tapi disaat mandi aja. Setelah keluar dari kamar mandi, badanku langsung kedinginan lagi. Aku menatap mataku didepan cermin. Sialan, aku udah mirip panda aja. Lagu today my life begins milik Bruno Mars mengalun dari ponselku. Siapa lagi yang berani menelponku pagi-pagi?
"Halo?" ujarku ketus.
"Ketus amat sih Na." Andra. Mau apa dia pagi-pagi begini.
"Ndra cepetan deh lo mau ngomong apa? Gue lagi badmood abis hari ini. Errr sebenernya udah dua hari sih." ujarku.
"Hari ini ada acara ngumpul bareng anak-anak. Lo ikut ya."
"Oh acara rutin toh. Oke oke dimana dan jam berapa?" ujarku.
"Jam 8. Hari ini lo nggak kerja kan? Rencananya ngumpul di Spring Coffe Na. Mau gue jemput?" tawarnya.
"Cih sok mau jemput gue, yang ada gue beku nungguin elo diapartemen." Jawabku.
"Hahaha ada penghangat ruangan kali Na."
"Duh, lo nggak usah bahas barang gila itu deh Ndra. Dia udah tua, udah nggak berfungsi dengan baik. Dan akhirnya gue harus rela nggak tidur dua hari dua malam gara-gara kedinginan." Jawabku.
"Haha parah lo Luna, oke deh terserah lo aja. Pokoknya ngumpul jam 8 disana.Kita sekalian hangout. Udah lama juga kan kita nggak jalan-jalan bareng." Ujarnya lagi.
"Yaa terserah lo deh." Ujarku. "Ntar lagi gue jalan." Tambahku.
Aku memilih-milih baju didalam lemari. Cuma satu yang aku cari. Baju paling hangat dan nyaman. Nggak perlu waktu lama untuk nemuin baju yang pas karena well isi lemariku baju hangat semua wkwkwk. Aku menarik satu set baju dengan bahan dasar wol yang menutup sampai pergelangan tangan, celana jeans, dan mantel coklat muda. Untuk bawahan gampang, aku punya koleksi sneaker yang nyaman dan hangat. So here I go.
~~~
Andra's POV
"Oh oke oke, Luna udah lo kasih kabar Yo?" ujar gue sambil berkaca dan memastikan kalau nggak ada brewok disekitar dagu gue. Konon Luna bilang brewok itu membuat wajah tampak lebih tua 10 tahun. Tapi gue heran saat ngelihat Luna histeris jumpa sama Adam Levine pas nonton konser lifenya--dari tipi. Adam Levine kan brewokan juga kali, tapi Luna sehisteris itu kalau ngeliatnya. Denger ya, umur Adam Levine itu 37, dia brewokan. Berarti tuh wajah si Adam udah keliatan kayak umur 47 dong. Ya kan? Luna parah amat pengen banget rasanya gue ngejitak kepalanya.
"Iya ntar gue yang bilangi." Jawab gue. "Oke oke gue ntar lagi jalan." Ujar gue sambil memutuskan hubungan telepon. Gue mencari nama Luna didaftar favorite. Nah, ketemu.
"Halo." Ujarnya. Bisa gue tebak ini manusia pasti masih tidur. Luna nggak bakal seketus itu kalau dia lagi nggak tidur. Well karena yang gue tau Luna paling benci sama orang yang menganggu tidurnya.
"Ketus amat sih Na." ujar gue dengan sok imutnya.
"Ndra cepetan deh lo mau ngomong apa? Gue lagi badmood abis hari ini. Errr sebenernya udah dua hari sih." ujarnya. Busyet dah, serasa ngomong sama monster dah kalau begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moments
RomanceKisah klasik Luna, Wildan, Andra, dan Rio yang diwarnai dengan beragam hal. Tak ubahnya seperti kisah yang mereka awali dari 19 tahun yang lalu sampai sekarang mereka kembali bersama-sama di Inggris untuk menuntut ilmu. Kisah yang sangat minim sekal...