Gadis itu mengetukkan jarinya dimeja pemesanan. Si bartender menyerahkan nampan berisi satu black coffe, dua vanilla latte, dan satu green tea latte lengkap dengan dua porsi cinnamon roll, dua blueberry muffin, dan satu smoked chicken croissant. Ia tampak sedikit bingung dengan dua buah nampan yang jelas-jelas tidak akan bisa dibawa oleh satu orang. Seseorang yang dari tadi memperhatikannya mulai beranjak dari sofa dan mengambil alih satu nampan lalu membawanya ke meja.
"Damn." Umpat gadis itu. "Gue kira siapa, hobi lo selain fitness ternyata ngagetin orang yang Wil." Mereka berjalan beriringan. Gadis itu meletakkan nampannya dimeja dan mengarahkan satu per satu gelas kehadapan tiga pria didepannya. Persis seperti seorang ibu.
"Black coffe buat Rio, vanilla latte buat Wildan dan Andra, sisanya gue." Ujar gadis itu.
"Tumben lo green tea latte, biasa caramel macchiato." Laki-laki dengan gelas black coffe menginterupsi ucapannya.
"Kebetulan tadi pagi ada yang ngatain gue gendut, jadi gue berniat diet supaya mirip sama Miranda Kerr." Ujarnya sambil menatap sinis ke arah pria yang duduk disamping Rio.
"Apa?" Tanya Andra pura-pura nggak ngerti. Gadis bernama Luna itu hanya memutar bolamatanya sebal.
"Miranda Kerr ya? Si Victoria's secret angel itu? Yang model nana dalem sama kutang itu? Yang body-nya mulus aduhai itu?" Tanya Andra dengan wajah jahilnya.
"Engga, Miranda Kerr si bartender yang tadi gue samperin." Ujar Luna yang hanya ditanggapi dengan kekehan dari mereka bertiga.
"Iya kali badan lo bisa setipis Miranda Kerr, liat breakfast lo aja itu kalorinya udah berjibun. Bukannya mirip Miranda Kerr yang ada lo mirip sama si Fat Amy di film Pitch Perfect." Ujar Andra disaat Luna menggigit muffinnya. Luna membelalakkan matanya dan melempari Andra dengan cubitan mautnya karena kesal dengan Andra yang menyamai dirinya dengan Fat Amy a.k.a Rebel Wilson.
"Lo jadi manusia resek amat ih Ndra sumpah deh. Nggak ilang-ilang dari dulu. Awas lo ya gamau gue masakin bubur ayam buat lo."
"Eh jangan dong iya-iya lo mirip sama Miranda Kerr deh mirip, cantik, bohay, tapi sayangnya lo galak." Ujar Andra.
"Gue ngambek." Luna meletak muffinnya dan menyilangkan kedua tangannya didepan dada persis seperti balita yang merajuk karena tidak diizinkan memakan es krim oleh orang tuanya. Sontak ketiga pria didepannya melonjak dan berkata dengan kompaknya, "EH LUN JANGAN DONG LUNA. LO SEGALANYA DEH SUMPAH." Luna tersenyum samar melihat tingkah laku ketiga sahabatnya.
"Lo sih resek Ndra, Luna gue ngambek jadinya kan." Ujar Wildan.
"Tau nih, Luna gue kesel jadinya gegara lo." Sambung Rio.
"Heh nyet, Luna lo semua Luna gue juga kali." Ujar Andra. Luna terkekeh mendengar pertengkaran kecil mereka yang ia tahu pasti hanya sekedar gurauan seperti biasanya.
"Aww lo semua ih sini-sini peluk dulu." Luna mengarahkan tangannya kedepan seperti hendak memeluk sampai Andra kembali bersuara, "Ogah ah lo gendut."
PLETAK!
PLETAK!
PLENTANG!
Sontak dua jitakan dan sebuah slentikan mendarat mulus di dahinya. Andra hanya memegangi dahinya yang terasa pedas.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moments
RomanceKisah klasik Luna, Wildan, Andra, dan Rio yang diwarnai dengan beragam hal. Tak ubahnya seperti kisah yang mereka awali dari 19 tahun yang lalu sampai sekarang mereka kembali bersama-sama di Inggris untuk menuntut ilmu. Kisah yang sangat minim sekal...