"Buka jilbab begini, lo nggak takut dimarahin Abi lo?"
Sembari tetap mematut diri di depan kaca, Jannah mengibaskan sebelah tangannya, "Nggak akan ketahuan, kok. Tenang aja."
Abel memutar dua bola matanya jengah, "Iya, Abi lo nggak akan lihat dengan mata kepalanya sendiri lo berpenampilan kayak begini. Tapi bukannya kenalan Abi lo ada di mana-mana, ya? Bahkan mungkin nih ya, sebelum lo sempat masuk ke night-club itu, lo udah dilaporin duluan, dan--aw!" Abel melotot, "Kebiasaan ya lo jitak-jitak orang sembarangan!"
Jannah tertawa pongah sambil memperbaiki lipsticknya, "Nggak usah parno gitu deh! Sekarang, lo ikut gue atau nggak?" Gadis itu kini beralih menatap Abel dengan alis kanan terangkat dan sebelah tangan berkacak pinggang. Sekian detik tak mendapat jawaban dari Abel, Jannah berdecak tak sabaran, "Gue tinggal nih?!"
"I-iya, iya! Gue ikut."
"Nah, gitu dong." Jannah kini beralih pada pantulan dirinya di cermin. Ia sedikit merapikan mini skirt-nya lalu tersenyum puas melihat dirinya yang tampak sempurna. "Yuk, berangkat!"
•••
Dentuman suara musik dari seorang DJ meletup-letup dalam telinga Jannah. Refleks, kepalanya bergoyang-goyang kecil mengikuti ketukan. Matanya mulai menyapu seluruh ruangan yang dipadati oleh orang-orang yang sedang sibuk menari, ditemani lampu yang temaram. Seulas senyum tipis tercetak di bibir Jannah. Inilah yang selalu gadis itu senangi; gemerlap malam.
Setelah puas mengamati mereka yang larut di atas dance floor, Jannah memutar kursinya menghadap seorang bartender berusia dua puluhan yang cukup tampan, "Sherry dua ya, Rel. As usual."
"Gue lagi nggak mood minum sherry. Tequila ada?" Abel menyahut dari sebelahnya.
Erel, si bartender, mengiyakan dengan mengedip sebelah matanya pada Abel yang hanya terkekeh.
"Dia naksir lo deh kayaknya." Bisik Jannah sambil menyikut lengan Abel sesaat setelah Erel balik badan untuk menyiapkan minuman mereka.
"Apaan sih? Nggak usah urusin gue deh. Mending lo urusin cowok lo tuh." Abel mengedikkan dagunya ke arah belakang Jannah.
Jannah mengikuti arah pandang Abel dan mendapati seorang lelaki berwajah oriental sedang mojok bersama seorang perempuan.
"Bener-bener cari mati tuh orang!" Jannah bergegas turun dari kursinya lalu menghampiri dua orang itu. "Hai, Putra! Lo punya cewek kok nggak bilang-bilang gue?" Jannah berlagak kaget. Ia lalu menatap perempuan di depannya sambil tersenyum dan berbicara sok akrab tanpa mempedulikan Putra yang terlihat gelagapan, "Baik-baik ya sama Putra. Denger-denger dia suka main cewek loh!" Jannah tertawa--tawa yang dibuat-buat, "Tapi gue yakin dia nggak akan mainin lo kok. Dan untuk lo, Putra..." Jannah beralih pada cowok di hadapannya, "...cewek asli lo bilang dia pengen putus sama lo." Jannah kembali tersenyum santai, "Maaf udah ngeganggu. Enjoy your time!"
Jannah berlalu. Dapat ia dengar Putra memanggil-manggil namanya, tapi gadis itu menulikan telinga. Ia kembali duduk di samping Abel yang tengah asyik mengobrol bersama Erel, "Jangan pacaran di sini!" Bentak Jannah pada dua orang itu, kemudian meneguk cepat segelas sherry di depannya.
Abel memandang iba pada Jannah yang kini sedang meneguk tequila miliknya tanpa permisi dengan satu kali teguk, "Gue liat-liat, semua mantan lo nggak ada yang bener. Habis ini, masih mau pacaran lagi?"
Jannah tak merespon. Gadis itu hanya menatap tajam gelasnya yang sudah kosong, "Kenapa sih semua cowok itu brengsek?!" Geramnya frustasi.
"Gue nggak tuh." Erel menyahut sambil mengedikkan bahunya. Lelaki itu langsung dihadiahi tatapan membunuh dari Jannah, membuatnya cepat-cepat mengatupkan bibir.
YOU ARE READING
Jannah Untuk Adam [ON HOLD]
SpiritualJannah adalah seorang bad girl yang menyembunyikan semua perilaku busuknya dibalik jilbab. Namun Adam membuka mata hatinya. Saat ia benar-benar ingin berhijrah, segala masalah seakan merentangkan tangan di depannya, menghalanginya untuk melangka...