Awal

5K 254 13
                                    

"Oke, jadi lo mau apa?"

Aku memajukan bibir bawahku. Zayn menatapku datar dengan kedua tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana abu-abunya. Kami sedang berada di kantin. Dan aku masih bingung ingin makan apa,

"Males makan... tapi laper." Kataku.

Zayn tersenyum kecil. "Intinya lo laper kan?"

Aku mengangguk.

"Kalau gitu, gue beli dulu. Lo tunggu disini." Ucapnya. Aku bergumam malas. Zayn pun pergi menuju sebuah kios makanan milik Kang Somat--jika aku tidak salah.

Aku menatap kantin dengan bosan. Ramai. Satu kata yang mendeskripsikan keadaan kantin saat ini. Pagi ini melelahkan sekali. Jam pertama matematika, dan itu benar-benar menguras otakku. Apalagi Pak Bedo dengan kejamnya tanpa memberitahu kami tiba-tiba mengadakan evaluasi mingguan. Dan jelas, kami sekelas langsung syok.

Nyesek itu ketika kita udah ngitung capek-capek, tapi ternyata hasil akhir kita gak ada di pilihan.

SADES!

"Mal!"

Aku menoleh ke kanan. Rachel tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. Dia mengambil duduk di tempat depanku dengan mata yang seperti mencari seseorang.

Pasti nyariin Zayn.

"Zayn kemana?" tanya Rachel.

Kan.

Aku tersenyum. "Kenapa emang?"

Rachel tertawa. "Nggak. Tumben aja sih. Kalian kan udah kayak perangko. Lengket terus."

Aku ikut tertawa mendengar ucapannya. Cemburu ya mbak?

Rachel itu teman sekelasku dan Zayn saat kelas 10. Tapi saat naik ke kelas 11, Rachel mendapat kelas yang berbeda dengan aku dan Zayn. Rachel sebenarnya baik. Dia berbadan langsing, tinggi (lebih tinggi daripada aku), dan kuakui Rachel cantik. Tapi entahlah, aku tidak bisa nyaman ketika bersamanya. She's like a bitch, u know?

"Zayn lagi beli makan." Jawabku.

Rachel mengangguk-angguk kan kepalanya. "Gue boleh gabung kan?"

Males banget!

Aku mengangguk. "Terserah. Lagian ini kan tempat umum, bukan punya nenek moyang gue."

Aku mencari penampakan Zayn. Dia masih mengantri, entah memesan apa.

"Mal."

Aku menatap Rachel. "Ya?"

Rachel menatapku yakin dan tajam. "Lo suka sama Zayn ya?"

-----

"Lo suka sama Zayn ya?"

Aku mematung. Rachel menunggu, dia menatapku tajam. Sedangkan aku bingung harus menjawab apa. Dan akhirnya....

Aku tertawa keras. Air mataku keluar. Rachel menatapku semakin tajam dan keheranan kentara sekali di wajahnya.

"Hahahaha. Lo sakit? That is stupid question ever!" Kataku konyol.

Rachel mengerutkan keningnya. "Jadi lo suka atau nggak sama Zayn?"

Aku menatap Rachel sambil tersenyum geli. "Listen, Zayn itu sahabat gue dari kecil, dan... bukannya itu sesuatu yang aneh kalau gue suka sama dia? I mean, dia itu sahabat gue, Chel. Ya lo tau lah maksud gue. Gue suka dia, tapi sebagai sahabat."

Aku mengangguk yakin. Entah untuk meyakinkan siapa. Rachel, atau diriku sendiri.

Rachel menghembuskan napasnya, seperti lega akan jawabanku. Dia lantas tersenyum manis. Air mukanya sangat berbeda ketika dia menginterogasiku barusan.

✔️Si Dingin ZaynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang