"Gue bakal jujur ya sama lo. Gue suka sama lo Zayn. Dari lama. Tapi lo selalu nggak pernah ngerasa sedikitpun! Gue bener-bener pupus harapan. Apalagi pas Rachel dateng lagi. Dan kalian udah kayak couple. Hati gue sakit. Lo nggak pernah mikirin perasaan gue kan?"
Aku menatap Mal terkejut. Aku benar-benar ingin mengatakan sesuatu, tetapi mulutku seakan membisu. What's going on with my mouth?!
"Okelah. Mungkin kita emang cukup sampai disini. Anggep aja kita nggak pernah saling kenal. Tenang, gue juga nggak bakal ganggu lo sama Rachel kok. Lo bisa hidup
bahagia tanpa gue dan gue tau itu. "Aku masih terpaku ketika Mal hilang dari pandanganku. Tanganku mengepal.
"Lo nggak tahu yang sebenernya, Mal." Batinku.
-------
Aku kembali menuju aula yang sudah benar-benar penuh. Mataku berkeliling mencari seseorang.
"Bro! Gue butuh bantuan lo, Niall, sama Louis."
Harry menatapku heran. "Buat? Lo mau ngerusak pensi lagi kayak pas SMP?!"
Aku memutar bola mataku. "Kagak lah, njir. Udah kapok gue jadi troublemaker yang diencer guru BK."
Harry tertawa. Cowok berambut keriting itu menatapku geli. "So, lo butuh bantuan buat apa? Gue siap bantu asal nggak menyalahi aturan agama."
"Buset. Omongan lo udah tentang agama aja. Kebanyakan bergaul sama Marwah sih!"
Harry memukul bahuku. "Jangan comber! Gak gue bantu tau rasa!"
Aku terkekeh. "Oke, jadi gini ...."
--------
Hari sudah mulai petang. Sekarang dimulailah acara inti. Pertunjukkan musik dan juga pesta dansa. Lalu pensi baru berakhir setelah pemilihan Queen and king of the day. Aku sudah tidak sabar. Siapa yan bilang aku tidak peka? Aku peka, hanya kurang mengerti wanita. Bagiku wanita adalah makhluk yang rapuh sekaligus membingungkan. Bagi mereka, cowok selalu salah. Egois kan.
Aku sudah siap dengan gitar hitam kesayanganku. Sudah lama sekali aku tidak berdiri di atas panggung seperti ini. Mataku melirik Harry yang sedang menelpon seseorang. Niall sedang menyetel mik. Sedangkan Louis sedang melaksanakan tugas khusus, menjemputnya.
Niall tersenyum lebar lalu mengedipkan matanya padaku. "Good luck ya bro! Kalau lo ditolak, gue siap jadi pendamping lo!"
Aku tertawa. Niall turun dari panggung lalu menuju Harry yang menatapku sambil tersenyum yakin. Dia mengangguk.
Aku lantas mengecek mik. Mataku berkeliling. Dan dari pintu, muncul Louis dengan seorang gadis cantik di belakangnya. Gadis itu merengut lucu.
"Selamat malam semua." Sapaku.
Mal menoleh. Wajahnya terlihat lucu dengan mulut yang melongo. Dia menatapku tajam, sedangkan aku tersenyum lembut. Aku menoleh pada kru 1D yang telah membantuku, mereka tersenyum membalasku.
"Malaammm." Balas para penonton.
Aku berdehem. Grogi banget ternyata.
"Kenalin, gue Zayn. Gue bakal bawain lagu yang gue persembahin buat seseorang yang selama ini mengisi hati gue. Mala Nalendra. This song for you." Aku menatap Mal sambil tersenyum.
Mal terdiam menatapku tajam. Dia bersidekap dada.
Aku memulai intro. Lalu mulai bernyanyi lagu Perfect karya Ed Sheeran.
"I found a love for me.
Darling, just dive right in and follow my lead.
Well, I found a girl, beautiful and sweet.
Oh, I never knew you were the someone waiting for me."Aku tersenyum sambil menatap ke dalam mata Mal.
"Cause we were just kids when we fell in love.
Not knowing what it was.
I will not give you up this time.
But darling, just kiss me slow.
Your heart is all I own.
And in your eyes you're holding mine.Baby, I'm dancing in the dark.
With you between my arms.
Barefoot on the grass.
Listening to our favourite song.
When you said you looked a mess.
I whispered underneath my breath.
But you heard it,
Darling, you look perfect tonight."Aku bukan tipe orang yang bisa dengan mudah menyampaikan perasaannya. Tapi sejak pernyataan Mal beberapa saat yang lalu, rasanya aku harus melakukan ini. Sebelum terlambat. Dan aku tak akan mendapatkan kesempatan seperti ini lagi.
Saat lagu selesai, aku bisa melihat Mal yang berusaha menahan tangisnya. Tangannya kompak menutup mulutnya. Speechless?
"Jadi, Mala, untuk membuat ini semua semakin jelas, I love you."
Tepuk tangan ada dimana-mana. Aku tak ingin berlama-lama, sambil mengucapkan terimakasih lewat tatapan kepada Harry dan yang lain aku bergegas menuju Mala. Gadisku itu sepertinya masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
"Mal."
"Zayn, ini maksudnya apa?" Tanyanya.
Aku terkekeh. "Kan udah jelas, Mal." Mala menggeleng. Ekspresinya senang campur bingung.
"Terus, Rachel? Lo apain dia? Lo kok--"
"Kami pura-pura."
Mal membelalakkan matanya.
"Aku minta dia buat pura-pura jadi cewek aku. Biar kamu cemburu. Tapi aku malah dapat pemandangan kamu sama si Liam itu. Untungnya kamu tadi nembak aku, jadi aku gak jadi sedih." Aku tersenyum lebar.
"Itu kalimat terpanjangmu, Zayn." Kata Mal sambil tertawa.
Seakan menyadari sesuatu, Mal melotot. "Aku nembak kamu?!" Histerisnya, aku mengangguk. Dia kan yang menyatakan perasaannya duluan.
"Kan aku nggak minta buat jadi pacar kamu, masa' bilang suka itu nembak sih?"Tanyanya polos. Aku semakin gemas dengan dia.
"Sama aja buatku. Eh kamu jadi ikutan aku-kamu."
Mal memutar bola matanya. "Serah! Jadi intinya kamu nembak aku buat jadi pacar kamu?"
Aku mengangguk. Mal terdiam, dan aku tidak tahu apa maksudnya. "Kamu maunya gimana?"
"Ya nggak gimana-gimana." Ucapnya pelan. Aku mengangkat alisku, bingung.
"Iya?"
"Ha?" Aku mendengus mendengar responnya itu.
"Kamu mau jadi pacarku gak? Kalau diem berarti mau. Kalau nolak berarti kamu bohong dan tetep jadi pacarku."
Mal menatapku kesal. " Maksa ya!"
"Aku udah suka semenjak kapan tau. Cuma aku takut kamu gak suka. Nah sekarang kita udah sama-sama suka gini, tunggu apa lagi?"
Mal tersenyum. Manis sekali. "Iya deh. Kamu lucu kalau cerewet gitu."
Aku mencubit pipinya. Mal merengut. Sepertinya ini akan menjadi hari yang paling kukenang.
Love you, Mal.
"KOK NYIUM-NYIUM?"
Akhirnya aku terkena pukulannya setelah mencuri ciuman di pipi.
---------