-02-

3.8K 171 10
                                    

Sembari memotong daging dengan pisau, aku menoleh ke sisi lain. Erry duduk disudut meja makan. Sendirian. Dia terlihat murung dan hanya menatap piring yang tersaji dihadapannya. Aku langsung teringat kejadian tadi siang.

"Ry, lo kenapa?" Suaraku memecah keheningan. Erry hanya membalasnya dengan gelengan kepala.

"Masih bete sama gue?" Tiba-tiba Akmal muncul, entah darimana asalnya.

"..." Erry tidak membalas ucapan Akmal.

"Ngomong napa Ry, lo bikin gue khawatir tau gak?" Seruku.

"Lo denger Mal? Ale khawatir sama gue. 1-0." ucap Erry bangga.

"Gak bisa gitu dong. Gak masuk itungan itu." Akmal mengelak.

Erry tetap menggoda Akmal. "Terus salah gue?"

"Bodo, gue bilangin Shazia!" Akmal mengeluarkan ponselnya dari saku.

"Wah gak seru lo, mainnya aduan." Erry kembali duduk.

"Mangkanya jangan berani godain cewek gue," ucap Akmal.

Aku mengerutkan dahiku bingung.

"Eh? Sejak kapan gue jadi cewek lo?" Tanyaku.

"Haha, sukurin. Ngaku-ngaku sih lo!" Celetuk Erry.

"Eh udah-udah becandanya, makan dulu tuh," Akmal berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Ah, ya! Hampir gue lupa. Dagingnya udah mateng nih." Ucapku dan membagi daging itu menjadi tiga piring.

"Daging sapi saos bbq ala chef Aletha!" Seruku.

"Ry, siapin baskom muntah!" Akmal mengejek.

Aku mendatarkan wajahku. "Masakan gue gak sehina itu juga kali Mal,"

"Gue coba dulu sini." Erry langsung menyambar sepotong daging yang ada dipiringnya. "Enak Le! Lo harus cobain!"

Aku menggelengkan kepalaku. "Gue udah kenyang sama tingkah laku lo berdua,"

"Eh gak boleh gitu, yang bikin harus ikut makan." Akmal menyodorkanku satu potong daging.

Apa mereka lupa leukimiaku? Atau mereka mengabaikan kesehatanku? Ah tidak, mereka tidak sejahat itu. Kalau aku makan sedikit tidak masalah bukan?

"Iya iya," aku memasukkan dua potong daging kedalam mulutku.

"Enak kan? Mantap!" Ujar Akmal. Aku hanya menganggukan kepalaku lalu mengambil potongan yang lain.

Ugh, aku merasa pusing sekarang. Apa aku mabuk daging? Aku hanya memakan tiga potong, apa masalah?

"Le? Lo kenapa?" Erry memanggilku.

Akmal menatap gelagat tubuhku. "Lo sakit?"

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Kepalaku makin terasa pusing dan berat.

"Ale, lo mimisan. Lo gak sakit kan?" Aku mengerutkan dahiku bingung. Mimisan?

Langsung saja kusentuh hidungku dan benar ada darah segar mengalir disana.

Sejak kapan? Pikirku.

"Le, ke klinik yuk," Wajah Erry berubah panik.

Kembali kugelengkan kepalaku.

Apa aku kelelahan?

"Astaga, leukimia lo Le! Ry, cepet nyalain mobil, kita bawa Ale kerumah sakit," perintah Akmal panik. "I-Iya sebentar. Gue pinjem kunci mobil lo Le," Erry segera berlari menuju garasi.

"Ale, lo masih kuat?" Akmal menggendongku kedalam mobil.

"..." aku tidak sanggup menjawab, mataku sudah mulai sedikit terpejam.

Love In LeukimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang