-03-

4.7K 214 28
                                    

Brakk!!

"ALE LO GAK APA-APA?" suara gaduh berhasil ditangkap oleh indra pendengaranku.

Astaga siapa yang membuat keributan sepagi ini?

Dengan sungguh berat hati kubuka kedua mataku dan melihat sesuatu berada dipinggir ranjang. Spontan aku terbangun dari tidurku. "Akmal?! Ngapain lo disini?"

"Gue khawatir sama lo. Kata Erry lo sekarat, mangkanya gue langsung kerumah lo." Seketika aku membulatkan kedua mataku.

"Erry! Ngomong apaan aja lo sama Akmal?!" Aku menatap tajam seseorang yang berada diambang pintu.

"Jangan salahin gue, salahin tuh bocah. Lagian Akmal tidur mulu, kapan sekolahnya? Gue bilang aja lo sekarat, dan rencana gue berhasil." Balasnya dengan tampak tak berdosa. "Gitu-gitu lo seneng kan Akmal kesini," sambungnya.

Hening.

"Wah kacau lo Ry, cewek gue lo bilang sekarat." Akmal bersuara.

"Gue bukan cewek lo," sahutku.

"Dikit lagi,"

"Yaudahlah gue mau mandi dulu. Lo berdua tunggu dibawah." Ucapku dan melenggang pergi menuju kamar mandi.

***

"Eh lo berdua duluan aja ke kelas, gue mau ngapelin kelas doi dulu," Erry berucap dan berbelok arah ke kiri.

"Mal, masa lo kalah sama Erry. Erry aja udah dapetin doi, lo kapan?" Aku tertawa kecil.

"Yeh, sabar Le. Pacar gue masih ditangan Tuhan,"

Aku mengangkat sebelah alisku. "Terus?"

"Ya gue takut lah ngambilnya." Akmal mencubit pipiku.

"Halah sepik, bilang aja kalo gak laku," sindirku.

"Dih, sori aja nih ya. Gue laku kali. Banget malah," Akmal menunjukkan senyumnya bangga.

"Ya kalo laku kenapa belum jadian?" Tanyaku.

"Orang yang gue taksir gak peka-peka, Le. Udah puluhan kali gue kodein, eh dia malah nganggep kalo gue cuman bercanda."

Curhat bang?

"Siapa sih elah, sini gue bantuin." Tawarku.

"Kepo lo,"

Aku memajukan bibirku. "Dih, mumpung gue lagi baik nih. Siapa taksiran lo? Gue bantuin deh,"

"Susah jelasinnya Le, masalahnya dia sahabat gue sendiri." Akmal menjawab.

"Siapaaa?" Tanyaku makin penasaran.

"Lo juga tau kok, Le." Akmal melangkahkan kakinya lebih cepat, meninggalkanku yang masih berkutat dengan otakku dibelakang.

Sahabat sendiri? Maksud lo Erry?

***

Sesampaiku dikelas, keadaan kelaa sudah sangat ramai bak konser band rock. Tumben sekali pak Teguh belum datang. Biasanya jam segini Pak Teguh sudah datang untuk mengajar matematika dikelasku. Guru matematikaku yang satu ini terkenal dengan belahan rambutnya yang khas.

"Cha, si belah tengah mana?" Tanyaku pada teman perempuanku, Icha.

"Semua guru pada rapat dari tadi pagi, au deh ngerapatin apaan," aku hanya mengangguk mendengar balasannya.

Pantesan Erry sempet-sempetnya ngapelin kelas doi.

Kulangkahkan kakiku menuju kursi. Kebetulan sudah ada Akmal yang sedang berkutat dengan ponselnya disebelah kursiku.

"Wey, jahat banget lo tadi ninggalin gue." Ucapku dan menyambar ponselnya.

"Lagian lo lama banget, langkah kaki lo sama bekicot aja masih cepetan bekicot." Ucapnya yang kuyakin menyindir. "Oh iya lupa, kaki lo kan pendek,"

"Dih kalo ngomong, bukan temen gue, lo." Ucapku.

"Emang sejak kapan gue jadi temen lo?"

"Akmal!" Seruku.

"Canda, jangan baper." Ucapnya.

"Hm,"

Hening.

"Mal,"

"Hm?"

"Erry belom kesini?" Tanyaku.

"Mana gue tau. Emang gue emaknya?" Akmal memalingkan wajahnya.

"Dih, sensi amat." Gerutuku

Akmal menyerocos. "Lagian lo ngomongin Erry mulu, suka?"

"Masalah?"

Suasana hening kembali.

"Hoy Mal, Le. Eh lagi pdkt ya? Wah sori ganggu," tiba-tiba Erry datang dan menaruh tasnya tepat didepan kami.

"Tuh, urusin cewek lo." Akmal bangkit dari kursinya dan pergi meninggalkan kelas.

Aku menggebrak meja yang ada didepanku. "Kalo bukan sahabat gue, udah gue tenggelemin lo!"

Eryy menggaruk kepalanya. "Lo berdua kenapa sih?"

"Gak usah dibahas." Sahutku. "Ngomong-ngomong Shazia tadi gimana?"

Erry menghela napasnya kasar. "Ya lo tau sendiri kan kalo Shazia cantik. Tadi pagi gue liat dia lagi digodain cowok sekelasnya. Pengen banget gue tonjok tuh orang."

Aku tertawa mendengarnya.

"Ry,"

"Hm?"

"Pacaran enak gak sih?" Aku menatapnya.

"Ya ada enaknya ada juga gak enaknya." Balasnya. "Enaknya itu lo ngerasa kayak ada orang yang merhatiin lo. Dan gak enaknya kadang pacar suka cemburuan."

"Shaz-"

"Halo semua tolong minta perhatiannya sebentar." Obrolan kami terhenti karena seorang siswi sekelasku datang dengan berteriak. Dan seketika kelas menjadi hening, semua tatapan penuh kebingungan tertuju padanya. Siapa lagi kalau bukan si biang ulah, Alya.

"Thanks. Gue cuman mau kasih tau sama lo semua, senin depan sekolah kita bakal ngadain lomba pasangan pakaian adat daerah antar kelas. Jadi gue disini cuman mau minta suara kalian buat milih siapa perwakilan dari kelas kita. Cowoknya aja ya, kalo ceweknya udah yakin pasti gue."

Bener kan?

"Ayo sekarang tulis dikertas siapa pilihan kalian buat jadi pasangan lelakinya, kalo bisa tulis Akmal," seru Ayla dan dengan santainya duduk dikursi guru.

Dasar gila.

"Le, tulis siapa?" Ucap Erry didepanku.

"Aldo,"

"Kenapa gak Akmal?"

Kulipat kertas suaraku menjadi kecil. "Males banget"

"Cemburu ya?" Erry tersenyum menggoda. Berbanding terbalik denganku yang menatapnya tajam.

"Madep depan sana ah, ganggu gue, lo!" Seruku dan mendorong tubuhnya kedepan.

Alya mulai mengumpulkan kertas suara kami dan membacakannya didepan. Telingaku terlalu malas untuk mendengar ucapannya.

Tak lama kemudian Erry kembali menghadap kebelakang. "Le, Akmal tuh yang kepilih. Gak cemburu?" Aku langsung menyambutnya dengan timpukan pulpen. "Erry!"

"Gak asik lo, daritadi marah mulu," aku tidak membalasnya.

"Eh iya, ngomong-ngomong Akmal mana? Dari tadi masih belom balik?"

Aku menatapnya bingung.

Kemana dia?

***
Next? 3++ votes pls?

-everything.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love In LeukimiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang