"Sekuat apapun aku mencoba, aku tak akan pernah bisa mencuri hatimu darinya" - Bamas-
--------++--------
Bamas melajukan motornya dengan kecepatan penuh untuk segera pulang ke rumah. Seperti sebuah film yang terus terulang di pikiran Bamas.
Kerja kerasnya selama ini untuk membuang Narendra dari hati Ara ternyata hanya sebuah angan-angan yang tak tersampaikan. Semua terasa sia-sia, kenyataan bahwa Bamas gagal menyisihkan Narendra membuatnya kesal.
Bahkan ia belum menyatakan perasaannya pada Ara. Bagaimana bisa Narendra datang kembali di hidup Ara. Mengganggu kedekatannya dengan Ara yang sudah mencapai titik dimana Ara mulai meresponnya.
Entah, Bamas tidak mengerti usaha apa lagi yang harus ia lakukan. Ia hanya bisa pasrah, menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya, dan menunggu keputusan Ara.
Mungkin sekarang? Bamas melirik ponsel yang berada diatas kasurnya. Haruskah? Haruskah ia katakan sekarang saja? Menyambar ponsel tersebut, lalu dicarinnya nomor Ara. Berhenti sejenak untuk memencet tombol calling yang tertera di layar.
Bamas masih ragu atas keputusannya. Menghembuskan nafas dengan kasar mencoba menggerakkan jarinya ke tombol calling begitu sulit. Dadanya naik turun. Detak jantungnya bergemuruh. Dilemparnya ponsel tersebut ke arah kasur, dan berbaring di kasurnya yang empuk sambil memejamkan mata.
---------++---------
"Kasih aku kesempatan lagi, Ra. Aku janji gak akan ninggalin kamu lagi. Kamu mau kan?"
Pernyataan sekaligus pertanyaan Narendra tersebut memenuhi pikiran Ara. Lelaki itu kembali lagi, setelah satu tahun menghilang. Setelah berhasil membuat Ara putus asa mencarinya. Berhasil menciptakan rasa kalut setiap kali memikirkannya.
Bunyi dering yang berasal dari ponsel Ara membuyarkan lamunannya. Tertera nama Bamas di layar ponselnya. Ara terlihat berfikir sejenak untuk mengangkat panggilan Bamas.
"Halo, Ra." terdengar suara yang tak asing di telinga Ara.
"Oh. Kenapa, Mas?"
"Gu..e. Mau ketemu lo, Ra."
"Tumben. Gak biasanya lo telpon dulu. Biasanya langsung jemput," ujar Ara.
"Aah.. Iya, gimana? Bisa, kan. Gue jemput sekarang ya?" terdengar berbeda pada setiap pengucapan Bamas. Seperti bukan Bamas yang ceplas-ceplos di setiap ucapannya. Yang ini seperti ada sebuah kehati-hatian dalam setiap kata-nya.
"Hmm.. Iya."
Mendengar perbedaan Bamas dalam berbicara sedikit membuat Ara merasa canggung.
Setelah memutuskan sambungan telponnya, Ara segera berbenah. Tapi rasa-rasanya ada yang aneh. Seperti Bamas sedang mengajaknya kencan. Ahh.. Mungkin hanya perasaan Ara saja.
--------++--------
"Lo mau ketemu gue buat ngomong apaan, Mas?" tanya Ara yang melipat kedua tangannya di depan meja.
Bamas menatap mata Ara secara intens, mencari suatu rasa yang mungkin sedikit ia rasakan. Suatu rasa yang mungkin sama dengan apa yang Bamas rasakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/67288590-288-k146291.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melepas
Novela JuvenilSebuah cerpen yang saya persembahkan untuk seseorang sebagai hadiah ulang tahunnya. ---++--- Ara tak pernah bisa melupakan cinta pertamanya. Bagaimana bisa jika orang tersebut selalu ada dalam kerinduan Ara. Hingga datang seseorang yang sedikit meng...