Yoroshiku

2.1K 95 10
                                    

"Hey! Kau bahkan sudah lupa namaku belum ada 1 jam kau keluar dari sana!"

Orang itu menatap Hinata tak percaya sambil menunjuk bangunan Hyuuga berdiri. Gadis yang ditatap seperti itu merasa aneh. Hinata memperhatikan penampilan orang di sebelahnya. Merasa tak perlu mengingat Hinata angkat bahu acuh hendak meninggalkan pemuda aneh di sebelahnya. Namun belum ada seberapa jauh tangannya tersentuh pemuda di belakangnya yang tersenyum teduh. Hinata refleks menepis tangan orang asing itu.

'Antipati..'

"Gomenasai. Duduklah. Aku tidak akan mengganggu". Ucap orang itu lagi masih tersenyum teduh.

Hinata menampilkan raut tak terbaca meneliti mata indah di hadapannya. Mencari-cari niat buruk yang terselubung dari sorot mata pemuda tersebut. Membutuhkan sekitar 15 detik berusaha meneliti mata indah itu. Dirasa waktunya cukup dengan hasil nihil. Dengan kemantapan hatinya Hinata mengeluarkan nafas panjang melalui hidung mungilnya dan berbalik duduk.

Pemuda bersurai putih dengan bentuk gelombang itu terus memperhatikannya tanpa berkedip. Karena perkataan pemuda di sebelahnya omong kosong Hinata tiba-tiba mendelik dengan celetukan tajam.

"Pembohong!"

Alis orang itu menukik tanda tak mengerti. "Maksudnya?"

Kepala Hinata menoleh sepenuhnya menatap pemuda di sebelahnya dengan pandangan datar. "Kau- pembohong!".

"Apa?! Aku tid-"

"Kau bilang kau tidak akan mengangguku lalu apa yang kau lakukan? Kau membuatku tidak nyaman karena pandangan laparmu yang terus-menerus!" Potong gadis lavender tersebut mengalihkan pandangannya lurus ke depan.

"Namaku Otsutsuki Toneri".

Hinata terdiam. Ah. Orang di sebelahnya yang baru saja bekerja sama di perusahaan milik Hyuuga ternyata. Hinata sedikit merasa bersalah. Bagaimana bisa ia lupa akan rapat tersebut. Pikirannya mulai kacau. Surai halusnya bergoyang ke kanan dan kiri karena gerakan menggelengnya.

"Ada apa?" Tanya Toneri.

Hinata menggeleng kembali. "Bukan urusanmu".

Mereka duduk berdampingan di bangku taman. Suasana canggung yang dirasakan Toneri mulai muncul. Tak biasanya. Memang, biasanya itu para gadis lah yang canggung agresif padanya. Bagai ditampar Toneri merasa tertantang untuk mendapatkan gadis mungil bermarga Hyuuga di sebelahnya. Dengan mempelajari trik merayu ala Otsutsuki, Toneri mulai bertanya-tanya.

"Kau tahu aku sangat beruntung bisa seperti ini bersamamu."

Mendengar suara bariton di sebelahnya Hinata mengernyit dan menoleh ke arah Toneri. Maksudnya apa bicara barusan?. Dengan raut tak terdefinisi. Mata beningnya seakan mengintimidasi menelan Toneri hidup-hidup. Pria tampan yang dipandangi seperti itu menjadi salah tingkah dan mulai tersenyum awkward.

'Tidak terayu?' Pikir Toneri kalut.

"Dan beruntungnya juga aku sedang tidak mood mencongkel matamu dan merobek mulutmu Tuan Otsutsuki!". Pelan sih memang bicaranya. Namun perkataan Hinata mampu membuat pemuda di sebelahnya sedikit menelan ludah kasar.

Sebelum angkat kaki dari taman Hinata menyempatkan diri untuk tersenyum mengejek pada Toneri yang terbengong bodoh menatapnya. Kaki mungilnya mulai berjalan menjauh meninggalkan pemuda tampan yang terpesona akan aksi Hinata.

Setelah beberapa langkah Hinata menjauh dengan tubuh yang semakin mengecil dari pandangan Toneri tertawa kecil "kau membuatku penasaran nona". Gumamnya kemudian. Toneri ikut bangkit dari duduknya dan meninggalkan taman.

-

-

Padatnya supermarket di hari minggu membuat Hinata harus rela mengantri untuk mengambil aneka kebutuhan pangan pada lemari dapurnya. Beberapa ibu-ibu yang tak sabar habis dimarahi petugas keamanan di ujung sana.

Hinata menggeleng prihatin. Apa susahnya ya bersabar saja, toh nantinya akan mendapat giliran untuk belanja juga.

Petugas mulai memberi isyarat Hinata untuk masuk jalur. Gadis itu segera gerak cepat demi mendapatkan sayuran dan ikan segar. Maklum saja, Jepang memang tak memiliki nilai plus pada sayur-sayuran tak heran jika persediaan sayur di swalayan ini mulai banyak, banyak pula ibu-ibu yang membelinya segera.

Hinata mulai memilah-milah dan menemukan beberapa sayur dan buah segar untuk lemarinya. Karena tak ingin mengulur waktu Hinata lekas membayarnya di bagian kasir. Baru saja Hinata akan mengeluarkan lembaran cash. Seseorang di belakangnya malah lebih dulu membayar melalui ATM seraya mengatakan-

"bayar milik Nona manis ini sekalian". ucapnya pada si kasir

Hinata menoleh cepat menemukan mata indah itu lagi yang ia temukan. "Tidak perlu Tuan. Mba. Saya bayar sendiri".

"Maaf Nona Kami membuat inputan dengan kartu kredit Bapak yang di belakang Anda". balas Kasir cepat.

Hinata menggeram kecil. Dengan cepat Hinata meraih tangan pemuda bermata indah itu lalu menyerahkan uang pas.

"Aku tidak butuh!!!".


TEBESE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heartache | NaruHina FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang