Hari minggu adalah hari males-malesan bagiku, hari yang selalu kutunggu-tunggu kedatangannya. Karena hari ini di TV di siarin anime-anime kesukaanku, tapi hari ini aku harus pergi nganterin sintya, aku sudah janji padanya. Untung berangkatnya agak siang jadi bisa nonton dulu.
'You are my friend aa ano hi no yume...(HP.ku bunyi)'"Halo?"
"Assalamualaikum! Rin nanti jam 9-an ya, biar bisa main kemana gitu..."
"Waalaikumsalam... jam 9 ya? Hm... ok!
"siip deh! Ketemuan depan mall ya! Bye..."
"bye..."
Hari ini sintya memintaku untuk mengantarnya jalan-jalan, yah biasanya sih dia Cuma disuruh belnanja ibunya saja terus pulang. Tapi tadi dia bilang mau 'main kemana gitu... emangnya mau kemana sih?'pikirku sambil jalan.
"Rin sini!"sintya melambai-lambai kearahku.
Aku berlari kecil ke arahnya,"hei, udah nyampe aja kamu? ontime amat..."
"Nggak, orang aku juga baru datang..." "eh yuk main!"
"Main? Lho nggak belanja ya?"
"Yee... emang siapa yang bilang mau belanja!"
Akhirnya kami Cuma keliling-keliling mall, lalu ke game center, ke toko buku, ke toko kaset, dan finalnya kami duduk-duduk di taman.beberapa saat kami hanya diam dan melihat langit, sampai Sintya berkata
"Harusnya hari minggu gini pergi sama pacar ya?"
"Bagiku sama ja tuh..."
"Ya beda tau! Ng... Rin belakangan ni lagi banyak pikiran ya?"
"Nggak juga kok, napa emang?"
"Jangan bo'ong, ketahuan banget tau!"
"Hehe... yah sebenernya sih pemikiran dari dulu, tapi sekarang jadi makin berat"
Akhirnya kuceritakan semua yang aku pikirkan selama ini pada sahabatku satu-satunya itu.
"Ooo... gitu toh"katanya. "Ya begitulah... :D"
"Menurutku nih ya Rin... Kamu tuh kurang komunikasi sama orang tuamu, jangan Cuma bilang iya iya iya aja, kalo kayak gitu sih mereka nggak bakal tahu keinginanmu."
Kuanggukkan kepalaku"hm..."
"malah hm doang! Kamu tuh ya pantes aja orang nggak ngerti apa yang kamu pikirin, kamu itu terlalu diem aja sih!meskipun kamu itu nggak pinter bicara tapi usahain dong bicara sama Ortumu. Mereka itu sayang sama kamu pasti kamu didengerin kok!"
"Aku juga sayang mereka! Baik, aku akan coba saranmu."
Sesampainya dirumah kukumpulkan keberanianku dan kukatakan semua yang kurasakan selama ini pada Orang tuaku. Saat itu aku sudah siap jika mereka memarahiku karenanya, tapi ternyata mereka malah tersenyum dan berkata
"Bapak dan Ibu tidak bermaksud menekanmu kami hanya ingin memotivasimu saja, maafkan Bapak dan Ibu karena sudah membuatmu terbebani".
"Rin juga minta maaf Pak Bu..."
Setelah itu semua menjadi lebih baik, Orang tuaku masih tetap suka membanding-bandingkanku. Tapi entah kenapa aku tidak pernah lagi terbebani olehnya, aku malah bersyukur karena pernah merasakan beban itu. Karena itu aku jadi lebih dekat lagi dengan orang tuaku, dan lebih menerima apa adanya diriku. Aku tetaplah aku, tidak bisa dan tidak mungkin menjadi orang lain, Orang tuaku menyayangiku karena aku adalah aku, dan aku juga menyayangi mereka. Bagaimanapun kami semua saling mengerti karena saling menyayangi, Oh ya aku juga bersyukur punya sahabat yang baik seperti Sintya, yang selalu ada di saat bagaimanapun. Aku mensyukuri hidupku ini, dan aku bahagia bisa menjadi diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku ya Aku
Short StoryAku yang merasa tak dimengerti, Aku yang merasa sendirian, Aku yang merasa dibandingkan, dan aku yang selalu merasa diriku tak ada apa-apanya....