Part 5

143K 6.1K 142
                                    

<<< DEVIAN POV >>>

Renata, aku sudah melihat gadis itu beberapa kali ketika di club. Entah kenapa aku penasaran.
Dia hanya akan mengantarkan minuman kemudian berlalu pergi.
Ketika ada lelaki hidung belang yang mengajaknya tidur, dia akan menolak dengan tegas. Benar- benar gadis yang berbeda.
Tak jarang pula aku melihat pemilik club memarahinya.
Akhirnya aku memutuskan untuk mencari informasi tentang gadis itu.

Namanya Renata Kelsey, dia yatim piatu. Dia tinggal di panti asuhan, dan sekarang dia sedang membutuhkan banyak uang untuk menyewa tempat tinggal untuk panti asuhannya yang baru.

Aku merasa ada celah untuk memanfaatkan kesempatan ini. Jangan bilang aku jahat tapi itulah aku. Aku akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan apa yang aku inginkan termasuk Renata Kelsey.

Aku yang menyuruh orangku untuk mendesak pemilik panti agar mereka segera meninggalkan panti.
Dan malam itu aku sengaja memberikan tawaran pada Renata. Aku merasa bahwa dia akan menghubungiku dan menerima tawaranku.
Dan ternyata benar, dia menghubungiku langsung.
Sekarang dia berada disini, bersamaku.

******
<<<< AUTHOR POV>>>>

Pagi tadi Dev menyuruhnya segera bangun dan bersiap. Hari ini Dev akan membawanya pindah dari apartemennya.

Renata tidak tahu kemana Dev akan membawanya.

Mobil Dev melaju menjauh dari apartemennya. Sekitar 2 jam perjalanan akhirnya mereka sampai di depan sebuah pagar tinggi, mobil Dev memasuki halaman yang luas. Dan berhenti di sebuah rumah yang cukup besar, ini bukan rumah tapi mansion.

Dev menyuruhnya segera turun.
Renata berjalan tertatih,dia merasakan nyeri-nyeri di seluruh tubuhnya akibat kejadian kemarin.

" Selamat datang Tuan. " sapa seorang laki-laki paruh baya memakai jas lengkap sambil membungkukkan badannya.
Mungkin ini pelayan rumah Dev. Batin Renata.

Dev hanya mengangguk.
" Ini adalah Albert, kepala pelayan disini. " Dev memperkenalkannya.
" Selamat datang Nona... "
" Renata, panggil saja aku Renata. " potong Renata.

" Baiklah nona Renata. " ujar Albert.
" Antarkan Renata ke kamarnya. " perintah Devian, kemudian pergi meninggalkan mereka.

Albert memandangi Renata sekilas.
Tuannya belum pernah membawa seorang wanita pulang ke rumah ini, apalagi ini seorang gadis yang masih muda. Dan yang membuat Albert penasaran wajahnya penuh luka memar, apakah Tuannya menyakiti gadis ini?

Renata merasa dirinya sedang dinilai oleh kepala pelayan rumah ini, dan itu membuatnya tidak nyaman.

" Mari nona saya antar anda ke kamar. " ucap Albert kemudian dengan sopan.
" Terimakasih Tuan. " ucap Renata.
" Jangan panggil saya Tuan,cukup panggil Albert saja Nona. " ujar Albert membenarkan ucapan Renata.

Renata mengikuti Albert dari belakang, dan sampailah mereka di sebuah pintu berwarna putih kemudian Albert membukanya.
" Ini adalah kamar anda Nona. "
Renata terkesiap, kamar ini begitu besar dengan ranjang King sizenya, ada jendela besar menuju ke balkon.

" Apakah anda menyukainya nona?" tanya Albert kemudian.
Kalimat Albert menyadarkannya bahwa dia tidak sendirian berada di kamar ini.
" Ini sangat besar Albert dan mewah, tapi sepertinya aku tidak cocok untuk tidur di kamar ini. " ucap Renata sopan.

" Maaf nona ini adalah perintah Tuan bahwa anda harus istirahat di kamar ini,dan perintah Tuan tidak boleh dibantah. " ucap Albert tegas.

Renata mengerti. " Terimakasih Albert. "
" Sudah menjadi tugas saya nona. " ujar Albert.

" Silahkan anda beristirahat nona, saya akan menyuruh pelayan untuk melayani anda. " kata Albert kemudian meninggalkan Renata sendirian.

Renata masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Kamar ini terlalu besar untuknya apakah Dev begitu baik kepadanya, sampai berbuat seperti ini.

Tok....tok...

Suara ketukan pintu mebuyarkan lamunannya.
Seorang pelayan wanita masuk ke kamarnya.
" Maaf mengganggu anda Nona, saya pelayan yang akan melayani semua kebutuhan anda selam anda tinggal disini, nama saya Haley. "ucapnya dengan sopan sambil menunduk.

Renata hanya mengangguk.

Lalu beberapa pelayan masuk membawa kotak dengan berbagai ukuran.
" Ini apa Haley? " tanya Renata.
" Ini semua adalah perlengkapan anda Nona. " jawab Haley.

Memang tadi Dev menyuruhnya untuk tidak membawa apapun dari apartemennya,bahkan pakaiannya sekalipun.
" Saya permisi dulu Nona, jika anda memerlukan sesuatu silahkan panggil saya. " ujarnya kemudian. Lalu Haley meninggalkannya diikuti beberapa pelayan tadi.

Tinggallah Renata sendiri menatap semua kotak yang ada di atas ranjangnya. Renata membuka satu per satu kotak tersebut. Dan sekali lagi Renata terkesiap, berbagai macam gaun yang cantik lengkap dengan sepatunya. Dan juga satu set perlengkapan make up.

Apakah Dev yang membelikan semua ini untuknya? Apakah dia benar-benar sebaik ini?

******

Dev berada di ruangan kerjanya. Ketika Albert datang menemui Tuannya, Albert merasa perlu menanyakan kepada Tuannya tentang gadis yang di bawanya pulang.

" Maaf Tuan. " ucap Albert dengan sopan.

" Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan Albert. " ujar Dev tanpa menatap pelayannya tersebut.

" Maaf Tuan jika saya lancang. " kata Albert hati-hati.

" Aku hanya tidak ingin terjadi apa-apa padanya jadi aku membawanya kemari, karena aku pikir disini dia akan lebih aman. " ucap Dev menatap sekilas pada Albert.

" Dan jika kau bertanya kenapa gadis itu bisa mengalami banyak memar di wajahnya, itu karena kemarin dia hampir di perkosa oleh pelayan gila di apartemenku. " terlihat rahang Dev mengeras.

" Baiklah Tuan, saya mengerti. Saya akan menjaga Nona Renata dengan baik. " ucap Albert patuh.
Dev mengangguk.

Albert tidak ingin bertanya lebih banyak lagi, karena dia tidak ingin ikut campur dalam urusan Tuannya tersebut.
Kemudian Albert permisi, meninggalkan Dev sendiri di ruangannya.

*****
Udara dingin masuk ke dalam kamar Renata, terlihat gadis itu sedang tidur dalam damainya. Dev masuk kedalam kamarnya, menatap wajah Renata kemudian mengusap dengan lembut bibirnya, setelah itu di kecupnya bibir mungil Renata yang entah kenapa Dev ingin melakukan lebih dari hanya sebuah kecupan. Rasanya gadis di hadapannya ini mampu membangkitkan gairah laki-lakinya.

Renata mengerjap-ngerjapkan matanya, dilihatnya hari sudah gelap. Dan dia tertidur lagi. Tadi setelah pelayan membereskan semua barang pemberian Dev, dia memutuskan untuk istirahat sebentar, badannya masih terasa nyeri.

Tapi sebelum matanya terjaga, Renata merasakan ada tangan yang mengusap wajahnya dan mengecup bibirnya.
Ah mungkin hanya mimpi. Batin Renata.

Tok.... Tok...
Ketukan pintu menyadarkannya.
Albert muncul dari balik pintu.
" Maaf Nona, mengganggu istirahat anda. " ucapnya sopan.

" Tidak apa-apa Albert aku sudah bangun daritadi. " kata Renata lembut.

"Makan malam sudah siap Nona, apakah anda ingin turun atau pelayan mengantarkanya kemari?" tanya Albert.

" Aku turun saja Albert. " jawab Renata.
Tapi ketika dia hendak turun dirasakan badannya sedikit sakit, bahkan lebih sakit.
Albert menangkap gerakan gadis dihadapannya.

" Sebaiknya saya menyuruh pelayan mengantarkan makan malam anda kemari nona. " ucap Albert kemudian pergi tanpa menunggu Renata menjawabnya.

Renata mengingat kembali kejadian kemarin. Air matanya kembali mengalir. Dia segera mengusap air matanya dengan kasar. Dia tidak boleh lemah, sekarang dia harus bisa mandiri jauh dari panti asuhannya. Ini sudah keputusannya, dirinya tidak boleh lagi bergantung pada orang lain, sudah saatnya dia berbuat sesuatu untuk orang lain. Terutama pengurus pantinya yang telah merawatnya sejak kecil.

DON'T Love Me Because My BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang