"danial yusuf saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anakku yasmin azzalea qaireen dengan mas kawin seperangkat alat shalat serta sebuah Al-qur'an dibayar tunai"
ucap ayah dengan suara bergetar,ayah seperti sedang menahan haru,karna akan melepaskan anak semata wayangnya.
"saya terima nikah dan kawinnya yasmin azzalea qaireen binti ehsan faziq dengan mas kawin seperangkat alat shalat serta sebuah Al-qur'an dibayar tunai"
dengan satu tarikan nafas lelaki yg duduk disampingku ini sudah sah menjadi suamiku. Mati kau lea,mulai sekarang hidupmu akan berubah 300 derajat. Kau salah dalam memilih suami, bukan,bukan kau yg memilih,tapi orang tuamu yg memilih dia untuk jadi suamimu. Dan itu terjadi juga karnamu bodoh.. Argh...
Dasar.. Bodoh,idiot. Aku terus mengutuk diriku sendiri dan suami idiotku. Apa sih yg dilihat ibu dan ayah sampai memilih dia menjadi suamiku. Secara aku ini putri kampus dan banyak diincar lelaki,dari kalangan pengusaha sampai artis.
Dan orang tuaku malah memilih lelaki ini yg berprofesi sebagai ustadz, oke aku ulangi sekali lagi dia adalah seorang USTADZ.
Oh my gosh...
Sepertinya dia salah memilih istri,seharusnya dia memilih istri yg rajin ke pengajian,bukan rajin clubing.
Dasar idiot.
"sayang.." suara ngebass tapi terdengar sangat lembut ditelingaku berhasil menarikku kealam sadar.
"apa??" tanyaku datar
"sini tangannya.." dia tersenyum lembut,tangan nya terjulur menyentuh tanganku lalu memakaikan cincin. Cincin emas putih itu kini sudah melingkar sempurna dijari manisku,dengan penuh keterpakasaan kupakaikan juga cincin satunya lagi dijari manisnya. Lalu kucium punggung tangannya.
Tak diduga-tak disangka dia mengecup pucuk kepalaku cukup lama,aku kaget dan bola mataku nyaris terjun dari tempatnya. Tapi aku tak bisa menolaknya,secara sekarang banyak tamu yg sedang tersenyum bahagia.
**
"semoga kalian selalu bahagia,dan segera berikan ibu cucu"
pesan ibu sambil tersenyum lembut.
Sekarang aku,suamiku,ibu,ayah serta umi dan abi -mertuaku- sedang berada dirumah baru yg dibelikan suamiku sebulan yg lalu.
Setelah acara resepsi tadi mereka mengantar aku,eh maksudnya kami -aku dan suami - sekalian mereka juga melihat-lihat rumah baru kami.
"iya,umi sudah tak sabar pengen gendong cucu"
aku tersenyum kaku. Hey!! Aku masih muda,aku belom kepikiran punya anak,aku masih mau senang-senang.
"insyaAllah secepatnya.." lagi dan lagi suara itu membuyarkan lamunanku.
Apa? Dia bilang secepatnya? Dengan kata lain dia aka meminta hak nya? Aku sama dia 'gitu-gitu'? Membayangkannya aku takut sendiri.
"kamu kenapa sayang?kok pucat? " ibu khawatir dengan perubahan ekspresi wajahku.
"ngg.. tak apa-apa kok bu"
jawabku kaku dan susah payah untuk tersenyum.
"yasudah,kita pulang dulu ya,selamat bersenang-senang sayang" umi mengedipkan matanya lalu tersenyum penuh arti.
Setelah mereka pergi,aku tetap mematung diruang tamu. Kini hanya ada akua dan dia dirumah ini. Pikiranku menjelajah entah kemana,bagaimana kalo dia memaksaku untuk melakukannya? Bagaimana aku bisa melakukannya dengan orang yg tak aku cintai? Aku juga baru mengenalnya sebulan yg lalu.
"my Jannah..."
panggilnya lembut dan berhasil bikin aku kaget setengah mampus.
"ishh..astaga kau bikin aku jantungan"omelku
"maaf,aku mengagetkanmu " ujarnya sungguh-sungguh
"oh ya,jangan panggil aku Jannah,kau tau kan namaku ? Cukup panggil lea" ujarku datar
"my jannah adalah panggilan sayangku untuk istriku tercinta,dan aku tak akan mengubahnya"
ujarnya santai,lalu meningalkan ku masih membatu.. Ih..dasar idiot.
Argh...aku jadi gerah,gara-gara masih menggunakan kebaya dan jilbab.
Menikah dengan ustadz harus menggunakan jilbab,tapi tidak seterusnya,hanya hari ini saja.
Aku ingin segera melepas baju ku,aku berjalan mengekori suamiku.
"dimana kamarnya?" tanyaku
dia mberhenti,lalu berbalik.
"mari ikut ..." ujarnya lembut dan kembali melangkahkan kakinya
Dia memutar handle pintu,dan detik itu juga mataku melotot sempurna. Kamar bewarna soft peach,lampu yg temaram,bed cover merah serta bunga mawar yg bertabur diatas ranjang.
What? Apa-apaan ini?sungguh menjijikkan,siapa yg merancang ini semua? Apa ini sebuah film yg biasa ibu tonton?
Aku menghela nafas berat,tak percaya dengan apa yg kulihat.
"silahkan masuk my jannah"
kata suamiku,aku memutar bola mataku . Oh ya aku baru ingat bahwa koperku masih berada diruang tamu.
"kau saja dulu,aku mau mengambil koperku"