3

44 2 0
                                    

“Hai maaf ya menunggu lama. Ini si Rendy susah banget disuruh ikut.” Kata Mama pada Om Gunawan dan Tante Sinta.

“Malam Om.” Ucapku, lalu menyalami Om gunawan dan Tante Sinta.

“Oh iya ini Dea, waktu kecil kalian sering main bareng loh.” Kata Tante Sinta sambil menunjuk Dea yang sejak tadi asik bermain dengan handphone-nya.

“Hai Dea.” Kataku menyapanya.

“Hai.” Kata Dea dan melihat kearahku.

“HAH.. ELO??” ucap kami bersamaan.

What? This impossible. Rendy yang dulu nggak mungkin nyebelin kayak lo.” Ucap Dea.

“Yee dasar cewek jutek seenaknya ngatain orang.” Ucapku nggak terima.

“Tapi bener kan? Buktinya tadi disekolah lo udah ngebuat gue jatoh.” Kata Dea.

“Tapi kan aku nggak sengaja.” Ucapku pada Dea.

“Jadi kalian satu sekolah?” Tanya Papa.

“Iya pa, Rendy sama Dea satu sekolah.” Kataku pada papa.

“Wah kalau begitu mulai besok Rendy, kamu kesekolah sama Dea ya!” pinta Om Gunawan.

“Hah, sama Dea?” Tanyaku.

“Iya, kamu setiap hari kesekolah sama Dea. Kamu mau kan?” Tanya Om Gunawan.

“Yaudah deh Om.” Ucapku terpaksa.

Pertemuan malam itu berlangsung cukup lama. Dan benar saja, setiap hari aku berangkat kesekolah bersama Dea.

“Turun lo, udah sampai!” perintahku pada Dea.

“Sabar sedikit dong. Gue kan cewek, pake rok, susah tahu.” Kata Dea dengan suara pelan.

“Iya.. iya maaf.” Ucapku pada  Dea.

Setelah memarkir motorku. Aku dan Dea berjalan menuju ke kelas.

“Jujur ya De, sebelumnya aku nggak pernah berfikir kalau kamu itu teman kecil aku.” Kataku sambil manatap wajah Dea.

“Aku juga nggak pernah berfikir gitu.” Ucap Dea. “Lo kenapa sih ngeliatin terus?” Tanya Dea kemudian.

“Nggak kenapa-napa. Cuma, kamu cantik.” Kataku pelan.

“Hah, kenapa?” Tanya Dea.

“I say, you are so beautiful.” Ucapku disertai seulas senyum tipis, yang hanya membuat Dea terdiam. “Kamu mau aku kawal sampai depan kelas kamu nggak?” tanyaku kemudian.

“Iih apaan sih, lebay banget.” Ucap Dea

“Ya sudah kalau nggak mau. Aku masuk kekelas dulu ya, daahhh.” Kataku sambil melambai kearah Dea.

“Daahhh.” Kata Dea datar dan membalas lambaian tanganku.

                Ya setiap hari aku dan Dea selalu bersama, dan hubungan kami pun semakin baik. Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Sekarang kami sudah berada di kelas XII, tepatnya di kelas XII IPA-2. Dan tentunya aku duduk bersama Dea.

“Oke pelajaran hari ini ibu akhiri, jangan lupa PR-nya dikerjakan. Assalamualaikum.” Kata Bu Renata.

“Waalaikumsalam.” Ucap anak-anak IPA-2.

“Ren mau ikut kita kekantin nggak?” Tanya Ryan.

sorry, gue nggak bisa. Lagi nanggung!” ucapku sambil menunjuk buku matematika yang ada di atas mejaku.

Saputangan PutihWhere stories live. Discover now