Satu

21 0 0
                                    

Gerakan badan Donni berayun lincah. Sepatu Sport-nya berdecit menggesek lantai semen.Sorot matanya begitu tajam, mencari celah-celah kecil di antara adangan badan William dan teman-temannya. Donni mampu mengecoh pertahanan mereka hingga mencetak three point melalui shooting keras ke ring basket.

"Skill-mu memang enggak bisa dilawan, Don. Kalau begitu, kita lanjutin besok aja ya. Soalnya aku sudah capek banget." ujar William sambil memasukkan kain lap ke dalam tasnya.

"Ya sudah. Aku pun juga lelah. See you tomorrow, bro. Be careful." tutup Donni seraya memanggul tas punggungnya.

William dan teman-temannya telah meninggalkan lapangan basket. Doni tinggal sendirian di sana. Setelah semuanya benar-benar sepi, Donni melangkahkan kaki menuju semak-semak yang berada di belakangnya. Ia meraih boneka yang tergeletak tak jauh dari sana.

Ini dia yang kucari. Ujar batin Donni.

Teman-teman Donni berkumpul tepat waktu. Seperti yang telah disepakati, mereka akan melakukan ritual pemanggilan arwah jelangkung pada Malam Jumat pukul sepuluhdi sebuah rumah kosong terbengkalai kira-kira tujuh tahun lamanya.

"Don, kamu yakin gak akan terjadi apa-apa?" tanya Lina ragu.

"Gak bakal terjadi apa-apa. Ini cuma sebentar, kok. Setannya bisa usir kalau kita sudah selesai bertanya," jawab Donni tenang.

"Iya, betul kata si Donni. Ini 'kan cuma permainan. Kalau sudah selesai kita bertanya, arwahnya bakal pergi sendiri kok. " timpal Heru.

"Bagaimana nih? Udah bisa dimulai gak? Dari tadi ribut melulu." gerutu Prakoso.

Shanti sudah menyiapkan perlengkapan ritual. Pulpen, kertas, boneka perempuan, sebuluh bambu serta segulung tali rafia. Bambu diikatkan pada bagian badan. Tidak lupa, pulpen diikat di bagian ujung bambu. Donni siap memegang bagian badan. Shanti dan Heru memegang bagian tangan. Lina dan Prakoso di bagian kaki.

"Kalian sudah siap?" tanya Donni.

"Tunggu dulu, Don," sela Lina.

"Ada apa lagi, Lina?"

"Ka-kalau boleh tahu, kamu dapat darimana boneka ini?"

"Aku temukan boneka ini dipinggir jalan dekat sungai kecil. Sudah jelas? Bisa kita mulai sekarang?"

Tak terdengar lagi pertanyaan dari siapapun. Mereka sudah siap memulai ritual. Mereka serempak mengucapkan mantra pemanggilan arwah jelangkung untuk merasuki media boneka.

Jelangkung jelangsetan di sini ada pesta

pesta kecil kecilan

Jelangkung jelangset

datang tak dijemput pulang tak diantar...

Mereka terus menerus mengucapkan mantra hingga muncul reaksi dari boneka. Boneka mulai bergoyang. Sepertinya, arwah dari dunia lain mencoba berkomunikasi dengan pemanggilnya. Awalnya pelan, semakin lama semakin kencang goyangannya sehingga mereka harus kuat menahannya.

"Don, bonekanya mulai bergerak. Turunkan pelan-pelan." perintah Prakoso pelan.Perlahan tapi pasti, mereka mengarahkan boneka ke atas kertas.

"Siapa yang mau nanya duluan?"

"Aku, Don!" jawab Heru.

"Tidak, Her. Aku dulu. Aku punya pertanyaan penting mengenai pacarku, Sandy." potong Shanti.

Tumbal Arwah JelangkungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang