Dua

13 0 0
                                    

"Hoaamm." Lina menguap lebar. Dirinya barusan turun dari ranjang.

Mata dimelekkan ke arah jam dinding. Ternyata, waktu menunjukkan pukul 06.00, sedangkan sekolah masuk pukul 07.15. Lina terburu-buru menuju kamar mandi dengan baju piyama masih menempel di badan. Usai mandi, dia berlari ke kamar untuk memakai baju sekolah. Keluar dari kamar pun, Lina masih dalam keadaan kurang rapi. Seragam sekolahnya masih belum dimasukkan ke dalam rok. Rambut panjangnya belum tersisir rapi.

"Lina, ya ampun. Lihat penampilan kamu. Seperti bukan anak sekolah saja." omel ibunya yang sedang menyiapkan sarapan pagi.

Dia menoleh ke cermin sebentar. Benar yang dikatakan ibunya. Dia segera mengambil sisir yang berada di sebelah cermin itu kemudian merapikan seragamnya. Yakin penampilannya sudah cukup rapi, dia langsung menuju meja makan. Di sana, Rafly—adiknya dan ayahnya, duduk di meja makan, menunggu ibu menyiapkan sarapan pagi.

"Kakak, ada apa sih teriak-teriak di kamar tadi malam?"

"Jadi kamu dengar juga?"

"Ya jelas dengarlah. Sebenarnya, aku juga mau ke kamar kakak memastikan apa yang terjadi. Tapi, aku juga mengantuk sekali, jadi aku biarkan saja. Mungkin kakak sedang bermimpi buruk." tutur Rafly sambil memasukkan sesendok nasi ke dalam mulutnya.

"Semalam kakak bermimpi, seorang perempuan hendak membunuhku. Saat kakak mau melarikan diri, tiba-tiba kaki kakak tidak bisa bergerak. Disitu, dia langsung mengambil kesempatan mencekik seperti ini," katanya sambil berpura-pura mencekik leher adiknya.

"Ah, sudahlah kak," Rafly menyingkirkan tangan kakaknya yang hendak mencekiknya. "Lagian itu cuma hanya mimpi saja, lihat sudah jam berapa ini?" pungkasnya sambil melirik ke jam dinding.

"Oh ya." Lina langsung menghabiskan nasi yang tertinggal di piringnya. Ia langsung meneguk susu yang disediakan ibunya.

"Kami pergi ya, bu!" sorak mereka bertiga sambil melambaikan tangan usai berpamitan.

Ayah pergi ke kantor dengan menaiki sepeda motornya. Sementara Lina dan Rafly menunggu busdatang. Tak lama mereka menunggu,bus sudah berhenti tepat di hadapan mereka.

Busmelaju kencang membawa penumpang ke tujuan masing-masing. Terlihat dalam bus didominasi anak sekolah. Dan lainnya, diisi pegawai negeri dan swasta. Suasana dalambus cukup tenang. Penumpang disuguhi dengan alunan musik Pop Barat yang memanjakan telinga yang mendengarkannya. Tapi beda dengan Lina. Ia kelihatan sedang memikirkan sesuatu.

Dia memutar ingatannya tentang mimpinya semalam. Dalam mimpinya, dia melihat sekelompok perempuan sedang menyiksa seorang perempuan juga. Dia terus mencoba mengingat apa gambaran yang terjadi dalam mimpinya. Namun, ia tak kunjung mendapat titik terang mengenai keempat wanita yang berada di mimpinya.

"Ada apa, kak? Apa kakak sedang memikirkan sesuatu?" tanya Rafly. Alisnya terangkat sedikit ke atas.

"Gak apa-apa, kok. Kakak cuma sedikit haus saja." jawab Lina seraya mengambil botol minuman di dalam tasnya. Adiknya mengangguk pelan.

Lina membuka penutup botolnya, menenggak air yang mengalir ke dalam kerongkongannya. Sebenarnya, dia tidak merasa haus. Dirinya cuma berpura-pura agar adiknya tidak mengetahui apa yang sebenarnya dia pikirkan.

Hampir saja. Ujar batinnya.

Tak terasa, bus itu sudah tiba di sekolah. Lina menyetop di samping pagar utama sekolah. Bersama dengan adiknya, mereka bergegas menuju kelas masing-masing. Rafly berada di kelas X–2, Lina berada di kelas XII IPA 2. Dia melirik arloji. Ternyata 10 menit lagi, kelas akan dimulai. Untungnya dia belum terlambat. Ketika dia memasuki kelas, dia melihat seorang perempuan berdiri di tembok luar kelasnya. Dia mengenakan baju putih abu-abu. Lina tak mengamati dengan jelas bagaimana rupa wajahnya karena dihalangi rambut panjangnya. Dia merinding ngeri. Gadis itu terus berdiri di tembok luar kelasnya. Lina buru-buru masuk ke kelasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tumbal Arwah JelangkungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang