Part 5

73 4 7
                                    

"Aku tidak berbohong, aku hanya tak memberitahukan kebenarannya, apakah itu sama saja?
Awalnya kukira tak apa karena mereka bahagia, namun kini kusadar, tak ada kebahagian tulus dari sebuah kebohongan."

-Ares Julian Handoko-



Author POV

Persiapan pesta pertunangan Ares dan Nadia sudah sepenuhnya terkendali. Ares memandang dua cincin emas putih yang terlihat sama, hanya saja satunya bermatakan satu berlian dan satunya polos. Cincin dengan inisial AN didalam lingkarannya. Cincin yang dia pesan untuk wanita yang dicintainya, tapi besok cincin ini akan menjadi cincin pertunangannya dengan wanita lain.

Ares meneguk vodka sambil mengingat wajah gadisnya, wajah orang yang ia cintai. Kamu dimana Nes? Sudah hampir 4 tahun aku mencarimu. Apakah ini akhir dari kisah kita? Nes, besok aku akan bertunangan dengan wanita lain, apa kau tidak keberatan? Nes, aku merindukanmu. Aku... aku masih mencintaimu.

Pikirann Ares melayang kesaat dimana ia sedang bersama dengan orang yang ia cintai.

Saat itu Ares adalah mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyelesaikan skripsinya dan Nessa, wanita yang dicintainya adalah siswa SMA kelas 3.

Ares ingat ketika berpamitan pada Nessa untuk melanjutkan pendidikannya ke Jerman. Saat itu, Nessa sedang dalam keadaan berduka. Orang tuanya mengalami kecelakaan dan tak dapat diselamatkan. Nessa memohon agar Ares membatalkan niat untuk kuliah di Jerman. Ares menolaknya keras. Bagaimana bisa dia membatalkannya? kuliah disana adalah impiannya sejak duduk di bangku menengah atas. Ares takkan menyia-nyiakan kesempatan ini.

*flashback on*
Nessa sedang memohon kepada Ares, bahkan sekarang dia berlutut dengan air mata yang terus mengalir.

Ares ikut berlutut disampingnya, mensejajarkan tinggi terhadapnya, menghapus air matanya dan membawanya kepelukanku. Ares mengelus punggungnya untuk menenangkannya dan menghentikan tangisnya. Tangisnya mulai mereda. Hening. Tak ada dari mereka yang berniat berkata apapun hingga Nessa memulai pembicaraan.

"Res, aku mohon jangan tinggalin aku" pintanya dengan suara serak khas orang habis nangis.

"Tenang Nes, aku takkan meninggalkanmu. Aku sunggu mencintaimu" balas Ares.

"Kamu nggak jadi pergi ke Jerman, kan?" ucapnya pelan namun masih terdengar oleh Ares.

"Cukup Nes jangan bahas itu lagi. Aku takkan meninggalkanmu bukan berarti aku tak jadi ke Jerman. Universitas itu adalah impianku, Nes, kamu tahu itu lebih dari siapapun. Walaupun raga kita berpisah, hati kita nggak Nes. Aku takkan meninggalkan hatimu, cinta kita. Tunggu aku. Setelah lulus aku pasti kembali padamu. Aku mohon mengertilah kondisiku" balas Ares memohon pengertiannya.

"Aku butuh kamu, Res. Aku. Butuh. Kamu. Disampingku. Saat. Ini. Res!" Ada penekanan disetiap kata-katanya.

"Kamu egois, Nes. Kamu nggak pernah ngertiin aku" balasnya sinis.

"Res, kumohon, sekali ini mengertilah keadaanku. Bahkan tanpa kau pergi akupun sudah ingin mati. Aku butuh semangat darimu, Res. Aku butuh seseorang yang mengeluarkanku dari keterpurukan ini. Aku bahkan masih terpuruk karena kematian orang tuaku, dan sekarang, kamu, orang yang paling aku harapkan ingin meninggalkanku juga. Lalu apa yang harus aku lakukan?" Ada kemarahan diakhir kalimatnya. Nessa kembali menangis setalah mengucapkan itu.

"Kematian orang tuamu, hanya kau jadikan alasankan, Nes? Sejak awal, kau memang tak ingin aku pergi ke Jerman-kan, Nes? Apa yang kau takutkan, Nes? Kau takut aku berselingkuh, huh? Segitu takpercayakah kau dengan hatiku?" Balas Ares yang kembali sinis.

Love And SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang