Part 6

101 5 0
                                    

"Semua rencana indahku berjalan lancar.
Semua keinginanku menjadi kenyataan.
Kebahagiaan datang bertubi-tubi hingga membuatku ketakutan.
Aku percaya selalu ada harga yang harus dibayar untuk kebahagian dan kesedihan.
Bila kebahagianku sesempurna ini, kesedihan macam apa yang akan menggantinya?
Aku terlalu takut membayangkannya."

-Nadia Fransis William-

Nadia POV

"Jadi kali ini apa alasanmu, huh?" tanyaku kepada orang disebrang telpon.

"..."

"Ah sudahlah, aku bosan mendengar alasanmu. Sebenarnya kau menganggap aku sebagai sahabatmu atau tidak sih?" tanyaku penuh selidik.

Orang di sebrang telpon sana masih saja memohon maaf karena tak bisa datang ke acara pertunanganku semalam. Dan kalian tau siapa orang itu? Ya kalian benar, dia yang mengaku sahabatku, Vanessa.

Tok...tok...tok

Suara ketukan pintu menginterupsi obrolan kami. Dengan langkah gontai aku turun dari kasurku dan membukakan pintu.

"Kejutaaan!" katanya sambil memamernya deretan gigi putih rapinya.

"Buat apa kau kesini sekarang? Acaranya tuh tadi malam!" bentakku.

"Ayolah Nad, maafkan aku sekali ini saja, aku janji takkan menggulanginya lagi." pintanya masih dengan senyum diwajahnya.

Aku tidak menjawabnya, hanya melipat tanganku didepan dada dan sedikit membuang muka. Mencoba tak acuh padanya.

"Nad, sungguh kemarin itu aku sudah ingin berangkat, lalu sesaat sebelum berangkat, nenek pingsan. Aku langsung membawanya kerumah sakit. 3 jam kemudian nenek baru sadar. Dan kau tau apa yang nenek katakan pertama kali saat dia sadar? Dia memarahiku karena masih disana. Dia mengusirku dan menyuruhku langsung ke acara pertunangan kalian. Padahal itu sudah jam 8 malam. Angkutan umum sulit dan kalau aku paksa berangkat dengan taxi dan kereta api, paling baru sampai jam 10 malam, acaranya pasti sudah selesai, kan?" penjelasannya panjang lebar.

"Well, ini sudah yang ketiga aku mendengarkan alasanmu itu" kataku masih dengan tanpa ekspresi.

"Iya aku tahu. Maafkan aku. Bukankah video itu datang tepat waktu? Kau bisa menganggap itu sebagai pengganti karena aku tak datang" dia coba membela diri.

"Mana ada sahabat yang hanya mengirim video ucapan selamat disaat sahabatnya tunangan?" tanyaku menghakimi.

"Mungkin tak ada. Tapi kitakan bukan sahabat, kita saudara, kurasa sesama saudara akan saling mengerti" jawabnya sambil mengerling.

"Uh! Kau ini, ada saja cara untuk membalas" ucapku kesal.

"Haha ayolah sungguh aku minta maaf. Lagian kenapa tungangannya kemarin sih? Kenapa gak hari ini saja?" idenya yang jelas-jelas tidak masuk akal.

"Kalau tunangannya hari ini, yang hadir di acara itu hanya aku, kau dan Kak Ares!" jawabku kesal.

"Uh ayolah Nad, itu aku hanya bercanda. Aku sungguh menyesal tak bisa hadir tadi malam." ucapnya frustasi. Karena masih kesal, aku lagi-lagi tak mengacuhkannya.

"Apakau akan tetap seperti ini? Semalam nenek sudah memukul dan memahariku sepanjang malam, lalu hari ini nenek mendiamkanku. Kau juga mau melakukan hal yang sama seperti ini?" katanya frustasi.

Aku mencoba menahan tawaku, tapi tak bisa. Akhirnya tawaku lepas hingga hampir mengeluarkan air mata.

"Sudahlah mau sampai kapan kau tertawa?" tanyanya sambil berbaring dikasur ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love And SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang