Awal

1.9K 71 10
                                    

"Lan, lo dicariin tuh sama Bu Dita. Suruh keruang guru katanya."

Dylan mengerutkan dahinya, bingung. "Ngapain?"

Jeri mengedikkan kedua bahunya, alisnya saling bertautan. "Mana gue tau, pokoknya gue cuma disuruh sampein itu doang."

"Mampus lo Lan!" Ricky tiba-tiba menceletuk. "Pasti gara-gara lo belom ngumpulin tugas!" ucapnya lagi, dengan tampang sok dibuat-buat horor.

"Tugas apaan lagi dah?"

"Oh, Itu bego, yang udah lama, sekitar 3 bulan lalu. Lo sih, tugas di tunggak-tunggak!" Jeri geleng-geleng kepala, takjub.

"Sok bener!" Ricky menoyor kepala Jeri.

"Lo juga sama aja, sebelas-dua belas!"  tambahnya

"Tapi kan gue nggak pernah selama itu ya, yakali." Jeri mengisap kembali rokoknya dalam-dalam.

"Udah-udah! Kenapa jadi pada elo yang pada ribut?" Dylan mulai beranjak dari kursinya.

"Yaudah, gue ke ruang guru dulu. Lo pada nunggu disini aja. Jangan pada balik ke kelas lo!" Kecamnya.

"Iya. Ngapain juga gue di kelas? Pelajaran Pak Rusdi lagi," Ricky mengendurkan dasinya, gerah.

"Yaudah, gue cabut."

***

Dylan mengayun langkahnya menuju ruang guru yang terletak di dekat aula sekolah. Suasana koridor begitu sepi karena bel masuk memang sudah berbunyi sekitar se-jam yang lalu.

Bolos pelajaran. Jangan ditanya lagi kenapa Dylan bolos, itu emang udah jadi kegiatan yang hampir bisa dibilang rutin. Omelan para guru udah nggak mempan lagi buat Dylan, di timpuk pake penghapus papan tulis aja malah cengengesan. Akut banget bandelnya.

"Assalamualaikum." Dylan menundukkan kepalanya, sok santun ketika sampai di ruang guru. Ia berjalan menghampiri meja Bu Dita yang letaknya paling ujung.

"Ada apa ya bu? Kok saya dipanggil kesini?"

"Kenapa baru datang? Kan ibu manggil dari jam istirahat tadi?" Bukannya menjawab, Bu Dita malah balik bertanya.

"Jeri baru ngasih tau sekarang bu, saya langsung kesini deh."

"Emang dikelas kamu lagi nggak ada guru?"

Dylan meringis, Mana gue tau, kekelas aja enggak.

"Hmm, ada bu. Tapi saya izin sebentar." Dylan mengeles.

"Ngeles aja kamu!" Kini nada suara Bu Dita naik satu oktaf diiringi tatapan mengerikan miliknya.

Dylan, yang seharusnya takut dan tegang, malah bersiul dengan asiknya melantunkan nada-nada aneh.

Ibu Dita dan guru-guru lain, memang sudah sangat terbiasa menghadapi tingkah nakal yang Dylan perbuat, sudah berulang kali para guru memarahi, menasehati, bahkan sampai mengancam DO. Tetapi Dylan tidak pernah takut akan hal-hal seperti itu, bahkan Ia mengulangi kesalahan-kesalahan nya.

"Jadi, tujuan ibu sebenernya manggil saya kesini tuh buat apa?" Dylan menanyakan pertanyaan sama untuk yang kedua kali.

"Biasa, soal beberapa tugas kamu yang sampe sekarang masih belum dikumpul." Bu Dita menyandarkan bahunya. "Mau dapet nilai nggak sih kamu?"

"Mau lah bu," jawab Dylan cepat, tanpa harus berpikir panjang.

"Yaudah, mana tugasnya?"

Dylan mengetuk-ngetuk dagunya, ber-akting seolah-olah dirinya sedang berpikir. "Hmm, minggu depan deh bu."

Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang