Part 5

6.1K 680 69
                                    

"Eka! Bawa ini" Ibu menarik tanganku, ia memberikan dua buah sarung. "Ini jangan lupa" Keningku mengerut bingung. Untuk apa sarung? Aku kan akan menemani Jhon ke rumah sakit bukannya ke Mesjid. Jhon akan masuk islam 5 hari lagi terhitung dari sekarang.

"Ini buat apa, bu?" Tanyaku menatap Ibu aneh.

"Udah bawa aja nanti kamu juga tau. Hari ini kamu ke rumah sakit sama Jhon kan?

"Lha, Ibu kok tau?"

"Bapak udah cerita lagi malem. Udah sana pergi, Jhon udah dateng nungguin kamu" Ku genggam sarung itu daripada repot ku masukan ke dalam tas. Ini, sarung buat apa sih?! Aku menuju ke depan rumah. Jhon hari ini mengenakan kemeja krem. Ia menyandarkan tubuhnya di samping mobil dengan melipat tangannya.

"Kita berangkat sekarang?" Aku mengangguk. Jhon membukakanku pintu mobil lalu aku loncat menaikinya. Ia jalan memutar dan duduk di kursi sebelahku. "Jangan lupa seatbeltnya" Aku mengangguk lagi. Entah kenapa aku jadi pendiam seperti ini. Menuruti semua permintaannya. Jangan-jangan aku dipelet, keluhku.

Ping

"Eka, hari ini Jhon ke rumah sakit mau dikhitan"

Mataku melebar, tanganku terasa kaku untuk membalasnya. Ia mengajakku menemaninya untuk dikhitan?. OH!! MY!! Jadi sarung ini buat Jhon yang mau dikhitan?. Aku ingin pingsan!. Aku mengatur deru napasku, menoleh padanya yang sedang serius menyetir. Ya, ampun ini wajah mau taruh dimana.

Di depan rumah sakit kakiku terasa mati rasa. Tidak bisa digerakan sedikit pun. Apa iya aku harus menemaninya dikhitan?

"Eka, kenapa diam? Saya sudah di tunggu Dokter Reza" Ia mengandeng tanganku yang enggan untuk masuk ke dalam. Aku menatap sekeliling seakan di mataku semua orang sedang menertawakanku. Aku menggelengkan kepalaku mengusir bayangan itu. Di bagian resepsionist ia menanyakan Dokter Reza. Ucap sang Suster jika Jhon sudah di tunggu.

Aku menolak masuk ke ruangan Dokter itu. Ingin sekali melepaskan tangannya, ingin kabur. Seharusnya aku mengantar anakku yang mau dikhitan ini malah calon suami. Wajahku memerah, malu. Ibu! Bapak! HELP ME!!

Jhon mengetuk pintu ruang kerja sang Dokter. Dengan tidak sopan Jhon membuka pintunya sedikit. Dokter Reza, seorang Pria paruh baya bertubuh gemuk. Aku kira Dokter Reza masih muda. Aku hanya bisa menunduk. Setelah mendapat persetujuan untuk masuk kami pun ke dalam. Dokter Reza sedang menulis sesuatu.

"Assalamua'alaikum, Dokter Reza" salam Jhon. Mereka saling berjabat tangan dan aku juga.

"Wa'alaikumsalam, Jhon. Silahkan duduk" Dokter itu melirikku. "Ini calon istrinya?"

"Iya, Dok" Jhon tersenyum sumringah beda dengan diriku yang menarik bibir untuk senyum pun susahnya minta ampun. Saat ini aku tidak bisa tenang karena harga diriku sedang dipertaruhkan.

"Jadi bagaimana Dok, langsung saja?"

Apa maksudnya langsung dikhitan begitu?. Huuaaahh, Ibu aku mau pulang!

"Iya, kamu ganti pakaian dulu. Kamu sudah memesan kamar VIP kan?" Jhon mengangguk.

Aku menunggu Jhon yang sedang mengganti bajunya. Duduk di sofa dengan hati dan pikiran yang gamang. Sesekali aku melirik pintu sampai knopnya berbunyi. Aku terkejut segera mengalihkan pandanganku ke kaca berpura-pura melihat indahnya langit.

Ia duduk di sebelahku. Dadaku berdesir di dekatnya. Apa aku harus menunggunya dikhitan? Apa aku bicara saja, kalau aku ingin pulang.

"Kenapa diam saja, Eka?" Tidak tau apa ini jantung sudah kebat-kebit dengan tingkahnya yang berpura-pura tidak tau. "Eka.." ucapnya lagi dengan lembut seolah-olah mendayu-dayu di telingaku. Aku menyerah, aku ingin melambaikan tanganku, aku tidak kuat lagi.

Love Is Simple (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang